Chapter 1

29 3 0
                                    

Chapter 1

Alarm ponselku sama saja seperti kemarin-kemarin, berbunyi pada pukul 02:17, aku sangat benci jika selalu begini.

Aku melangkah ke balkon untuk menghirup udara segar. Suhu diluar sangat dingin, meskipun begitu aku tetap saja berdiri disana, memandang lingkungan sekitar.

Secara tidak sengaja, aku menoleh ke taman tetanggaku yang luas. Aku menyipitkan mata ku dan merasa ada yang bersembunyi di balik semak-semak lamun hasilnya nihil, aku tetap tidak bisa melihat apapun disana. Daripada membuang waktu, lebih baik aku kembali masuk ke kamar. Aku merebahkan diriku di kasur yang lembut itu. Mencoba untuk kembali tidur.

                          .....


Alarm ponselku kembali berdering jam 07:17, aku segera bangkit dan berjalan ke kamar mandi.

Pagi ini sangat segar. Aku menatap diriku di cermin oval itu. Membandingkan diriku yang dulu dengan yang sekarang. Namun terkesan seperti iklan perawatan wajah, before after (italic). Huh... sudahlah. Tapi kejadian tadi masih tergiang dikepalaku.

"Apakah yang tadi itu ?" batinku.

"Ah, sudahlah mungkin hanya seekor kucing ataupun sejenisnya." gumamku

Aku meraih ransel, ponsel dan barang yang diperlukan. Pagi ini aku sedang tidak nafsu makan, jadi aku hanya mengambil selembar roti dan berjalan ke luar.

.....


Hari ini aku tidak kuliah dikarenakan hari Minggu. Walaupun begitu, aku tetap bekerja sebagai pelayan di sebuah kafe.

Sebenarnya kafe ini buka pada pukul 08:30, tapi aku tetap datang lebih awal untuk membersihkannya terlebih dahulu.

Setelah selesai, pelayan lain pun mulai berdatangan. Mereka tampak terkejut melihat ruangan yang telah kubersihkan.

"Wow! Kau melakukan semua ini sendiri ?" tanya salah satu dari mereka. Aku hanya mengangguk tanpa berkata.

                           .....


Aku berjalan ke arah pelangganku yang baru saja tiba. Ia duduk dibangku yang biasa ku duduki kalau kafe ini sepi.

"Permisi, anda ingin memesan apa ?" tanyaku tanpa menoleh ke arahnya, melainkan ke buku pemesanan yang ku genggam. Tidak ada satu pun suara yang muncul dari pelanggan itu. Sampai akhirnya aku menoleh ke arahnya karena sudah menunggu lama.

"Hai! Kau yang kemarin kan ?" tanyanya.

Aku menaikkan sebelah alisku, "Yang kemarin ?" gumamku.

Aku baru ingat, dia adalah laki-laki yang kutemui di taman itu. Namanya Grissham Shamus.

"Kau Grissham Shamus ?" tanyaku meyakinkannya.

Dia menganggukan kepalannya, "Iya, cukup Grissham saja." balasnya. Aku pun hanya tersenyum.

Namun aku tidak menyadari bahwa beberapa pasang mata tertuju padaku.

"Aneh, mengapa mereka menatap ku ? Bukankah menyapa seseorang adalah hal yang wajar ?" batinku. Aku pun tidak menghiraukannya dan lebih memilih untuk melanjutkan pekerjaanku.

"Kau ingin memesan apa ?" tanyaku untuk kedua kalinya.

"Chocolate milk (italic) dan Cheesecake (italic) -nya satu." balasnya, setelah selesai mencatat aku lekas pergi.

Tatapan itu pun tidak ada lagi. Lega rasanya. Namun saat aku tengah mempersiapkan nampan untuk pesanan, ku lihat dari sudut mataku. Laki-laki itu kini menatapku tajam. Mengapa sekarang ia menatapku ?.

.....

Sudah beberapa jam berlalu, tapi kursi itu tidak pernah kosong. Ia bertingkah seolah-olah aku adalah buronan yang kabur dari penjara. Jika ia memiliki urusan dengan orang lain, mengapa ia terus saja menatapku.

"Sungguh, ia membuatku salah tingkah." gerutuku.

Setelah beberapa pelanggan pergi, aku pun memberanikan diri untuk menghampirinya.

"Kau tidak pulang ?" tanyaku sembari mengambil gelas pesanannya. Dia menoleh lalu memperhatikanku dari puncak kepala sampai kaki, kemudian kembali menatapku.

"Kau bekerja disini ?" tanyanya tanpa menjawab pertanyaanku sebelumnya.
Aku hanya mengangguk.

"Duduklah." suruhnya.

Aku mengangguk, kemudian duduk tepat di hadapannya. Setelah ku lihat-lihat, mengapa mereka -orang yang tersisa- menatapku seperti tadi, meskipun tidak banyak tapi tetap saja membuatku risih.

Bila dipikir-pikir, mereka selalu menatapku di saat aku tengah berhadapan dengan Grissham Shamus. Apa ada masalah ?. Aku tidak tahu apa yang terjadi, maka dari itu aku memutuskan untuk segera pergi.

"Permisi." ucapku lalu meninggalkannya  dengan wajah kebingungan. Ah! Apa urusannya denganku.

.....

Sekarang sudah waktunya kafe tutup, tapi ia belum juga pulang. Padahal kafe ini sudah kosong sedari tadi, hanya tersisa aku dan beberapa pelayan yang masih membersihkan kafe. Lagipula apakah ia tidak memiliki urusan yang lebih penting daripada hanya sekedar duduk dan menatapku dengan aneh ?

Karena kesal, aku segera membuka pintu bagian dapur dengan keras, sehingga beberapa pelayan menoleh ke arahku.

"Irene! Kenapa orang itu tidak kunjung pulang ? Bukankah kafe ini sudah tutup sejam lalu dan kenapa tidak ada yang menyuruhnya pulang ?" tanyaku sembari menunjuk Grissham.

Irene hanya menatapku diam, bahkan dia tidak menjawabku. Aku hampir muak karenanya, ditambah lagi mood (italic) ku sedang tidak baik hari ini. Dengan perasaan kesal, aku membuang celemekku ke sembarang tempat lalu bergegas mengambil jaket.

Langkahku terhenti saat Irene memanggil namaku, tapi tiba-tiba seseorang datang dan membuat Irene bungkam.

"Apa kau sudah selesai ?" tanya seseorang yang berasal dari belakangku. Secara otomatis aku berbalik dan mendapatkan Grissham tengah membalas tatapanku.

Lagi-lagi aku mendapatkan tatapan itu dari semua pelayan disini termasuk Irene.

"Apa lagi ini ? Mengapa ini selalu terjadi saat aku berhadapan dengan Grissham Shamus ?" batinku.

Silent Sound From The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang