-
Yoon Jeonghan, seorang penulis yang menulis kisah hidup nya sendiri dalam novel nya.
Ia cukup dikenal bagi kalangan kalangan yang memang pecinta novel sejenis Jeonghan.
"Permisi, anda mencari apa?" seorang wanita berumur 40-an menghampiri Jeonghan yang tampak sedang kebingungan mencari sesuatu.
"Ah, aku lupa meletakkan kacamataku. Apa anda melihatnya?"
"Kacamata? Oh, tadi ada seorang lelaki yang mengatakan ia menemukan kacamata di meja pojok sana. Ini dia" wanita itu mengeluarkan benda dari saku jaketnya dan memberikannya pada Jeonghan, membuat mereka berdua saling melempar senyuman manis.
"Terima kasih! Aku benar benar tak tau harus bagaimana. ngomong ngomong, dimana lelaki itu? Aku harus berterima kasih"
"Sayang sekali, dia sudah keluar dari perpustakaan. Em, 4 menit yang lalu?"
"Baiklah kalau begitu. Sekali lagi terima kasih!" Jeonghan membungkuk 90° selama 2 detik lalu berlari keluar dari perpustakaan kota menuju rumahnya.
-
"Ibu, aku ingin pindah ke Seoul" pinta Jeonghan yang baru saja menutup pintu masuk rumah.
"Pindah?" Sang Ibu tampak kaget mendengar permintaan anak semata wayang nya.
"Aku ingin cari kerja disana. Sampai kapan aku menulis dan tak dapat penghasilan? Pokoknya aku ingin pindah" Jeonghan langsung berlari menuju kamarnya dengan senyuman. Sang ibu hanya menggeleng karna kelakuan anaknya.
Yang dilakukan Jeonghan sekarang ini adalah memasukkan semua pakaiannya ke koper besar berwarna biru miliknya.
Ia tampak menghitung barang bawaannya.
"Cukup"
Ia meletakkan tas punggung besar dan koper nya didekat pintu, lalu membersihkan badannya dan tidur dengan wajah damai.
-
"Ibu aku pamit!" Jeonghan memeluk ibunya erat, seakan tak mau lepas. Begitupun juga Ibunya.
Ibu Jeonghan telah memikirkannya matang matang tentang permintaannya mencari kerja ke Seoul. Dan ia menyetujuinya.
"Jaga dirimu baik baik. Kabari ibu setiap hari!"
"Pasti! Aku sayang ibu~" lagi lagi Jeonghan memeluk ibunya.
8 menit kemudian ia keluar dari rumahnya dan tepat saat itu taxi yang ia pesan sampai.
Ia masuk dan menutup matanya.
Kuharap aku bisa melupakannya.
-
Butuh waktu cukup lama untuk sampai ke Seoul, tapi itu tak masalah padanya.
Ia langsung naik bis ke alamat rumah temannya, Kim Mingyu.
Mingyu dan Jeonghan memang dekat sedari SMA, jadi wajar saja jika Jeonghan sering bercerita padanya.
Mingyu menawarkan Jeonghan agar tinggal dirumahnya, sampai kapan pun yang ia mau. Biayanya juga gratis.
"Ah, ini dia"
Jeonghan memencet bel dan tanpa menunggu lama sosok Kim Mingyu yang lama tak ia jumpai membukakan pintu dan saat itu juga Jeonghan langsung berlari kearahnya.
"Hey, santai" Mingyu terkekeh melihat kelakuan Jeonghan yang tak ada bedanya dari 4 tahun lalu.
"Minggir, aku lelah" Jeonghan menerobos masuk dan lagi lagi Mingyu terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't See The End
Fanfiction"Aku akan selalu menunggumu di kursi ini, entah sampai berapa tahun lagi." -Yoon Jeonghan