tiga

455 7 2
                                    

"Dan tibalah waktunya Sie bilang kepada Ibunya tentang keputusan gila yang telah dia buat. Kalian bayangkan, ruangan gawat darurat, pukul sepuluh malam, hanya ada Sie dan Ibunya yang terbaring lemah di ranjang. Suster jaga menunggu di sudut ruangan, dokter sudah pulang. Sie gemetar, mengabarkan pada Ibunya, perihal dia akan menjadi isteri belian, dibawa orang asing pergi ke negeri seberang lautan.

'Sie janji, Ma. Sie janji semua akan baik-baik saja.'
Remaja enam belas tahun itu memeluk ibunya, menahan menangis.

'Kau tidak boleh melakukannya, Nak.'

'Sie janji, Ma.' Gadis itu berbisik terisak.

'Kau sungguh tidak boleh melakukannya, Nak.' Ibunya terbatuk pelan, ikut menangis.

'Keputusan Sie sudah bulat, Ma. Semua sudah diatur, semua sudah selesai, Sie sudah jadi istri orang.' Sie Sie menyeka bibir Ibunya, 'Biarlah, Ma. Tidak mengapa. Dengan begini... dengan begini Ma bisa sembuh, kita punya uang untuk makan, adik-adik bahkan bisa sekolah.'

'Tidak boleh, Nak. Tidak boleh. Ya Tuhan, semua ini salah kami. Kenapa Sie yang harus menanggung semua beban?' Ibunya tersengal.

Sie Sie memeluk erat Ibunya, 'Sie janji, Ma. Pernikahan ini akan bahagia. Sie akan mencintai dia apa adanya. Sie janji Ma, dia juga akan mencintai Sie apa-adanya.'

Itulah janji suci yang diucapkan seorang amoy yang masih berusia enam belas tahun. Dia berjanji, akan mencintai apa-adanya suaminya yang datang dari antah berantah. Dan dia juga berjanji, akan membuat suaminya mencintainya apa-adanya. Sie Sie berjanji akan memaksa perasaan itu tumbuh mekar di pernikahan mereka."

"Ah, cinta, selalu saja misterius. Bisa apa seorang gadis tanggung enam belas tahun di negeri orang? Menikah dengan seseorang yang bertabiat buruk dan sejak awal sudah benci pernikahan itu. Bisa apa dia?"

Kisah Cinta Sie SieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang