Yuki Kato as Yuki Anzani
Stefan William as Stefan Liamzay
Hey aku bawa story baru, ini story aku ambil dari kisah aku sewaktu aku SMK awal mula kenal sama cinta pertamaku hihii flash back masa sekolah dan mantan (cieilah mantan:D) bedanya kalo di story bukan sekolah melainkan kuliah ya dan alur ceritanya aku tambahin dikit:) bukan ngegantung story yang lain atau so,aku tau kok story" aku belum baik semua dan aku juga baru penulis amatir .tapi apa salahnya dicoba hihi :)
Jangan lupa vote dan comen
Happy Reading
****
Belum genap satu tahun Yuki menjadi Mahasiswa di Gunadarma University, dia sudah merasa cukup betah. Maret lalu dia baru saja menginjakan kakinya di Jakarta. ini bukan kali pertama dia datang ke Jakarta, dia pernah tinggal di kota ini sebelum akhirnya dia sekeluarga pindah ke Jepang. karena pekerjaan sang Papah membuat dirinya dan keluarga harus menetap di Jepang hingga sekarang
kehidupan di Jepang dan Jakarta tidak terlalu berbeda jauh, jadi tidak begitu sulit untuknya beradaptasi. Harusnya setahun lalu dia memulai kuliahnya, karena permintaan Papahnya untuk membantunya di perusahaan yang sudah di bangun bertahun-tahun oleh Kakek buyutnya itu, jadilah dia menunda kuliahnya tersebut. Dan akhirnya tahun ini dia bisa menjalankan kuliahnya dengan tenang tanpa rongrongan dari sang Papah yang terus memintanya untuk membantu di perusahaan milik keluarganya itu
alasan itu pulalah kenapa dia memilih kuliah di Jakarta di banding di Jepang yang jelas-jelas keluarganya ada di sana. Dia ingin menghindari permintaan Papahnya tersebut. Bukan tidak mau membantu, hanya saja dia belum cukup mental untuk terjun langsung ke dunia bisnis yang Papahnya kelola. Setidaknya biarkanlah dirinya belajar dulu. Lagi pula jika boleh jujur dia tidak terlalu menyukai bisnis. Perekonomian, manajemen, dan sebagainya bukanlah gayanya yang sesungguhnya. Yang dia sukai adalah sastra, filsafat dan berbagai kata-kata indah yang terangkai dalam kalimat yang membuat pendengar atau pembacanya merasa terhanyut. Dia ingin jadi penulis. Tapi lagi-lagi, karena permintaan sang Papah dia harus mau tidak mau menurutinya. Karena memang dia adalah anak satu-satunya di keluarga Takesi . Jika bukan dirinya siapa lagi yang akan mewarisi perusahaan keluarganya tersebut? Mengingat Papah dan Mamahnya pun sama-sama anak tunggal
Yuki sudah mempunyai sahabat di sini. Seorang gadis yang memiliki kesamaan yang sama dengannya. Vebby Santika dia gadis menarik dan baik. Pembawaannya pun cukup ceria. Membuat Yuki merasa betah berlama-lama jika sedang bersamanya. walau terkadang dia cukup tidak tahan dengan sifatnya yang cerewet. Tapi itu tidak masalah baginya, intinya, kehadiran gadis bernama Vebby ini cukup membuat hidupnya terasa ramai
siang ini cukup panas. Cukup membuat kulit putihnya terbakar. Bahkan pelipisnya sudah mengeluarkan peluh walau tidak banyak. Untung saja siang ini kelasnya sudah berakhir, Sejarah Kesusastraan Jakarta menjadi mata kuliah penutupnya hari ini. Jadi dia bisa pulang ke apartemennya sedikit lebih cepat dari hari biasanya. Koridor tentu masih ramai seperti biasanya. Yuki berjalan santai menuju lokernya. Di ujung koridor dia berbelok, namun entah karena dia yang tidak memperhatikan sekelilingnya atau memang gadis itu saja yang tengah sial. Tepat saat dia akan berbelok sesutu menabraknya hingga dia harus terpental ke belakang, membuat buku-buku yang di pegangnya berserakan dan membuat bokongnya terasa sakit karena harus mencium lantai. Pekikan tertahan terdengar di sekitarnya saat melihat seorang pria yang selama ini mereka puja-puja terjatuh karena menabrak seorang gadis. Yuki bisa menebak dengan mudah pikiran-pikiran para gadis itu, mereka semua pasti ingin berada di posisinya saat ini
kejadian yang sungguh dramatis. Pikirnya. Benar-benar seperti drama yang selama ini sering ia tonton. Tapi dia tidak tau jika terjatuh seperti ini akan terasa begitu sakit
"Uh..." Ringisnya pelan
"Are you oke?" Tanya pria yang menabraknya itu. Yuki hanya mengangguk, kemudian mengumpulkan buku-bukunya. "Maaf, aku sedang terburu-buru jadi tidak melihatmu"
mereka berdua berdiri setelah buku-buku Yuki terkumpul rapih. Yuki mencoba untuk tersenyum walau sebenarnya merasa begitu canggung
"gak apa-apa, aku juga salah" Katanya. Setelah itu pria itu pun pamit pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi. Tidak mempedulikan banyak pasang mata yang sejak tadi menatapnya penuh ketertarikan
selepas pria tinggi yang menabraknya barusan pergi, Yuki pun berniat ingin melanjutkan langkahnya. Tapi semua itu tertunda karena seluruh gadis yang menyaksikan insiden kecil tadi dari menghampirinya dan menyerbunya dengan berbagai pertanyaan
"bagaimana rasanya bertabrakan dengannya"
"hey, apa kamu mencium wangi parfumnya? Dia menggunakan parfum apa"
"kalian tadi sempat bersentuhan kan? Bagaimana rasanya? Ayo katakan pada kita"
"lu benar-benar beruntung. Harusnya lu jangan membiarkannya pergi begitu aja"
"kenapa kamu gak minta tanda tangannya"
Pertanyaan-pertanyaan terkonyol yang pernah Yuki dengar. gadis-gadis di kampus ini gila atau apa? Meminta tanda tangannya? Yang benar saja. memang pria tadi seorang artis? Dan dari berbagai pertanyaan konyol yang di dengarnya ada satu pertanyaan yang membuatnya membelalakan matanya
"apa kamu mau untuk kita wawancarai"
Hey, apa ini? Wawancarai? Yuki mengusap tengkuknya bingung
"wawancara?" Ulangnya pada seorang gadis yang kini menatapnya dengan begitu antusias. Gadis itu mengangguk cepat sebelum menjawab
"Ya, untuk ku jadikan sebuah berita" Ucapnya semangat. "kita mendirikan fanbash khusus untuk penggemar 6 pria yang kita sebut pangeran di kampus ini. Dan berita tersebut tentu aja akan kita terbitkan dan di pasang di papan pengumuman kampus, juga di berbagai forum social media yang telah kita buat khusus. Mungkin kamu mau bergabung"
OH MY GOD
adakah yang lebih konyol dari ini? sepertinya gadis-gadis ini memang tidak memiliki pekerjaan lain selain menstalk idolanya. bahkan sebenarnya bisa di bilang pria-pria itu bukanlah idola sesungguhnya. Mereka hanya sekumpulan pria-pria tampan. Mereka masih Mahasiswa sama sepertinya dan gadis-gadis yang mengaku sebagai fans itu. Tidak lebih. Hey, ayolah mereka bukan artis. Yuki benar-benar merasa kasihan pada orang tua mereka yang sudah susah payah mencari uang untuk biaya kuliah anaknya, namun balasan yang di berikan anak-anaknya sungguh tidak setimpal
"mungkin kamu bisa mencari orang lain. Maaf aku duluan"
"hanya sepuluh menit, bisakah kamu membiarkan aku mewawancaraimu" Gadis yang tadi, masih belum menyerah akan keinginannya
"maaf, tapi aku sedang terburu-buru"
Yuki langsung berjalan pergi meninggalkan kerumunan gadis-gadis itu. Terserah jika setelah ini dia akan di benci oleh hampir seluruh gadis di kampusnya.
****
Maaf ya pendek,aku nulis ini dalam keadaan yang kurang sehat,insya allah kalau aku sehat story yang lain aku next juga..