Yuki Kato as Yuki Anzani
Stefan William as Stefan Liamzay
ini story aku ambil dari kisah aku sewaktu aku SMK awal mula kenal sama cinta pertamaku hihii flash back masa sekolah dan mantan (cieilah mantan:D) bedanya kalo di story bukan sekolah melainkan kuliah ya dan alur ceritanya aku tambahin dikit:) bukan ngegantung story yang lain atau so,aku tau kok story" aku belum baik semua dan aku juga baru penulis amatir .tapi apa salahnya dicoba hihi :)
Jangan lupa vote dan comen
Happy Reading
****
Yuki tidak pernah melepaskan perhatiannya dari Maxime sejak lima belas menit terakhir. Perhatiannya terus tertuju pada dentingan indah piano yang mengalun yang di hasilkan oleh jari-jari Maxime. belum lagi di tambah suara merdu pria berlesung pipi itu. Menambah keindahan lagu yang sedang di bawakannya. Di ruang musik Universitasnya, Yuki terhanyut dalam lagu yang Maxime nyanyikan
Prok... prok... prok...
"waaah... lagu yang benar-benar hebat. Berapa lama kamu membuatnya" Tanya Yuki antusias usai Maxime menyelesaikan nada terakhir dari lagu yang di bawakannya sore itu
"gue baru membuatnya semalam" Mata Yuki membulat mendengar jawaban Maxime
"semalam? Kamu serius" Maxime mengangguk dengan wajah polosnya
"Ya. Memang kenapa"
"woaaaah... itu luar biasa,Maxime. aku tidak tau kalau kamu sejenius ini" Maxime terkekeh mendengarnya
"lu berlebihan. Itu bukan apa-apa"
"Aissh... kamu terlalu merendah. Lalu, jika boleh tau lagu itu untuk siapa? Kamu begitu menghayati saat menyanyikannya. Aku yakin lagu itu pasti di tujukan untuk seseorang. Katakan padaku siapa gadis itu" Yuki bertanya antusias. Maxime mengusap tengkuknya sambil tersenyum malu
"Ehm... itu sebenarnya..." Yuki menatap Maxime tak sabaran. "itu untuk... ah, lu akan tau nanti" Jawaban yang langsung membuat Yuki merengut seketika
"kamu gak asik"
"bukan begitu. gue hanya belum siap, saat gue udah siap gue janji gue akan memberitahu lu"
"Janji?" Maxime mengangguk
"Janji" Ujarnya mantap
"baiklah"
.
.
.
.Kelas Pak Andre baru saja selesai lima menit yang lalu. waktu masih menunjukan pukul tiga. Yuki dan Veby belum memutuskan untuk segera pulang. Mereka memilih berjalan ke cafetaria dulu, sekedar mengisi perut yang belum terisi sejak jam makan siang tadi. Selain itu Veby memang masih ada urusan dengan organisasinya sehingga belum bisa pulang. Yuki sendiri memang sedang malas pulang cepat. Jadi dia memilih ikut dengan Veby
sepanjang koridor yang Yuki dan Veby lewati banyak pasang mata memandang ke arah mereka. Ke arah Yuki mungkin lebih tepatnya. Tidak jarang mereka berbisik dengan teman di dekatnya saat melihat Yuki
entah apa yang terjadi. Yuki sendiri bingung, terutama Veby. Mereka tidak tau kenapa tiba-tiba mereka jadi sorot perhatian sepanjang mereka berjalan
"kenapa dengan mereka sebenarnya" Gumam Veby. Yang mampu tertangkap oleh pendengaran Yuki. Sedangkan gadis itu hanya menggedikan bahunya tanda tidak tau
memilih cuek dan tidak ambil pusing Yuki terus berjalan tanpa peduli dengan tatapan aneh orang-orang yang di temuinya. Lain halnya dengan Veby. Gadis itu merasa risih. Biar pun tatapan itu bukan di tujukan untuknya, tetap saja dia tidak suka jika ada orang lain yang memandang sahabatnya seperti itu