Barista Series; Bab 2B

16.3K 753 31
                                    

OLMAIPREEEENNNN.. akhirnya eke aplot lagi ne cerita. wakakakakakkakakak.... biarpun kayaknya kurang peminatnya, eke tetep berusaha aplot deh. tapi OLMAIPREEENN pliiissss... jangan lupa vote sama komennya! PLIIISSSS...PLIIISSSSS....

wakakakakakakakk....

sulamaaattt menikmati olmaipreeeennnn!!!!!

Bab - 2B

“Lama nunggu?” tanya Loti sembari berlari kecil ke arahku yang menunggunya di depan kantornya.

Aku tersenyum menggeleng dan membukakan pintu Hummer hitamku. Dia terlihat terdiam sesaat sebelum akhirnya memutuskan untuk memasukinya.

“Selera mobilmu nggak berubah ya?” ujar Loti saat aku memasuki mobilku.

“Mobil ini bisa dipakai di semua medan, Lot. Jauh lebih praktis dibandingkan mobil-mobil lain.”

Loti terkikik mendengar jawabanku dan aku cuma bisa memandang heran ke arahnya sepintas.

“Masih tetap suka yang praktis dan nggak ribet. Khas kamu banget deh! Manusia memang sulit berubah ya!”

Aku tersenyum mendengarnya dan terus mengarahkan mobilku menuju restoran yang akan menyediakan makan malam kami berdua. Sepanjang perjalanan Loti terlihat sangat ceria dan beberapa kali menceritakan hal-hal yang lucu saat dulu kami masih bersama. Hingga akhirnya dia terdiam saat aku menanyakan keidupannya setelah kami sudah tidak bertemu kembali.

“Hendrik, kenapa dulu kita berpisah?” tanya Loti tiba-tiba tanpa menjawab pertanyaanku.

Aku mengernyitkan dahiku kemudian berusaha mengingat kembali saat itu.

“Kamu sibuk, aku juga sibuk, akhirnya kita jalan sendiri-sendiri, bukannya begitu?” jawabku santai kemudian memutar setirku.

“Begitu ya?” sebuah desahan muncul di bibirnya dan itu sedikit aneh. “Aku memang selalu sibuk ya?”

“Kenapa? Bukannya itu memang dirimu? Begitu berambisi, gigih dan pantang menyerah. Dan itu semua akhirnya yang mengantarkanmu sampai pada posisi ini kan?”

Loti menatap ke arahku kemudian menampilkan senyumannya. Entah kenapa, aku merasakan suatu beban di senyumannya itu.

****

“Tuh muka kusut amat. Butuh setrika, Nona cantik?”

Aku berusaha menggoda Senia yang terlihat cemberut saat aku pulang. Wajahnya yang cantik tampak semakin lucu dengan kerut-kerut di dahinya.

“Papa kenapa baru pulang? Papa ngapain aja? Papa…”

“Sayang, ini masih jam 8,” jawabku santai.

“Terus kenapa kalau jam 8?” tanya Senia sebal.

Aku terkekeh dan ketika hendak menjawab, ada suara lain yang muncul.

“Artinya Pak Hendrik masih belum melakukan apapun sama pasangannya malam ini, kecuali hanya makan!”

Aku menoleh cepat ke arah suara itu dan menemukan Mike sedang menyeduh teh di cangkir di hadapannya. Raut wajah Senia terlihat lebih tenang dan senyuman kembali muncul di wajahnya, tapi tidak denganku.

“Kamu! Ngapain kamu jam segini sudah di rumah? Kalian kenapa berdua saja di rumah?” teriakku ketika melihat Mike yang sudah pulang dari Cafe.

“Papa apaan sih? Mike itu cuma nemenin aku!”  protes Senia yang lagi-lagi membela bocah brengsek itu.

“Kamu nggak kenapa-kenapa kan, Sayang? Mike nggak macem-macem kan?”

“Pak Hendrik, saya bukan pria seperti itu! Saya tidak akan pernah memaksa wanita ataupun mengambil kesempatan dari mereka, seperti anda!” sanggah Mike keras

Barista seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang