Kisahku Saat Kelas Tiga SD

4.4K 17 19
                                    

Hei, Ayana mau bagi-bagi kisah yang paling serem yang pernah kualamin pas kelas 3 SD.

Yaa... walau mungkin garing, gaje, dan apalah. Tapi ini kataku pengalaman NYATA  yang paling serem kataku... QwQ) Ini juga pengalaman serem pertama dalam hidupku.

Dan, nama-nama disini banyak yang ku tulis inisialnya aja. Maaf ya... ToT

Hope you enjoyed!! ^^
♡·♡·♡·♡·♡·♡·♡·♡·♡·♡·♡·♡
Saat itu pas pulang sekolah,  aku yang masih kelas 3 SD sedang ngobrol gaje bareng teman-temanku didekat kantin (kalo ngasalah).

"Hei, kita keatas, yuk! Aku penasaran!" Kata salah satu temanku sambil menunjuk bangunan lantai dua yang baru jadi dibangun itu.

Kebetulan, karena kami belum pernah lihat keatas, kami menyutujui ajakannya.

Lalu, datang teman-temanku yang lain. Satu laki-laki dan dua perempuan. Mereka juga ingin ikut. Salah satu dari mereka membawa adik sepupunya. Setelah itu kami menuju lantai atas.

Di lantai atas, ada kakak-kakak kelas yang sedang piket di kelas lain. Kami menengok ke sebuah kelas yang berada di kiri dari tangga (kelas ini pernah jadi kelasku waktu kelas 4 sama 5).

"Oooh ini, bagus juga." Kata salah satu temanku. Yang lain dan aku hanya mangut-mangut saja.

"Hei, kalian ngapain?" Tanya salah satu kakak kelas, sebut saja Kak G (yang sekarang sekitar kelas 10 SMA). Kami hanya senyum-senyum tidak jelas.

"Nyari hantu, ya? Nih, hantunya! Lagi nyapu!" Canda Kak G sambil menunjuk teman laki-lakinya yang duduk disebelahnya. Kami tertawa.

"Enak aja! Kamu kali yang setan!" Teriak temannya yang laki-laki itu ke Kak G. Kami tertawa lagi karena menurut kami itu kocak. Setelah itu, kami menengok kelas yang tadi kami nengok lagi.

GEBRUUUGG...!!

Tiba-tiba kursi yang diatas meja, yang ada di paling belakang jatuh dengan sangat keras. Padahal tidak ada angin sama sekali. Kalau ada angin, tidak mungkin bakal jatuh, karena itu kursi berada di paling belakang. Kami terkejut.

"K-kok kursinya... j-jatoh?" Bisik salah satu temanku dengan nada ketakutan. Kami hanya membisu.

"Padahal... gak ada angin, lho..." Jawabku sambil menatap pohon, memastikan ada angin atau tidak. Kami pun berhenti menatap kelas itu, lalu menatap ke arah kakak-kakak kelas.

Tiba-tiba, Kak G turun ke lantai bawah dan menuju ke arah kantin. Kami pikir, dia selesai piket dan menuju Ibunya. Memang Ibunya berjualan di kantin.

"Eh, aku udah dijemput, nih. Aku duluan, ya!" Teman ku yang satu, R pamit karena dia sudah dijemput. R menuju lantai bawah, lalu pulang. Hanya tinggal berempat. Yaitu Aku, Mutiara, A, dan F (F itu laki-laki). Teman Kak G yang laki-laki sudah pulang.

Karena tidak tahu mau ngapain dan lagi kurang kerjaan, kami berempat hanya diam di lantai atas sambil melihat kelas tadi. Hanya ini kelas yang pintunya terbuka, yang lain sudah dikunci. Kami masih memikirkan tentang kursi jatuh itu.

Lalu, Mamaku, Bundanya Mutiara, dan Mamanya F berteriak manggil kami. Kami pikir, mau pulang. Jadi kami berempat turun kebawah, dan menuju kantin. Mamaku, Bunda Mutiara, dan Mama F juga berjualan di kantin.

"Napa, Ma? Pulang?" Tanyaku. Mamaku menggeleng.

"Bukan! Tapi, Mamanya A sama Kak G tadi kerasukan! Tapi Kak G mah udah sadar." Teriak Mamaku. Aku, Mutiara, A, dan F membeku. Tiba-tiba Aku dan Mutiara saling memeluk dan menangis, merasa bersalah.

"M-maaf... Ma-mama...." Kataku sambil menangis. Mutiara juga melakukan hal yang sama.

"Udah, udah. Gak apa-apa. Tapi jangan diulangi." Kata Mamaku sambil menenangi kami berdua. A menghampiri Mamanya yang sudah sadar. F hanya duduk didekat Mamanya.

"Tadi, Kak G matanya putih semua, gak ada yang hitamnya. Terus sikapnya aneh." Kata Mamaku. Mamaku memang bisa merasakan aura seperti itu disekitarnya. Aku dan Mutiara ber-oh, tetapi sambil nangis.

Setelah semua menjadi tenang, semua yang ada di kantin pulang. Aku juga pulang bersama Mamaku dan Adikku.

Keesokan harinya, saat pelajaran TIK (Teknologi Informasi Komunikasi), aku bilang pada guru TIK-ku kalau aku tidak mau ke lab komputer gara-gara kejadian kemarin (lab komputer ada di lantai 2, tepat disebelah kelas yang kami intip). Akhirnya guru TIK pun mengerti dan belajar TIK dikelas.

Dan aku baru tahu, kalau di kelas itu ada penunggunya yang berupa seekor ular yang amatlah panjang. Sekitar 2 meteran. Dia ada di bangku paling belakang. Tapi saat sekitar aku kelas lima, guru kelas dua, Ibu R, akhirnya bisa mengusir ular itu dari kelas itu. Kami merasa lega.

Tapi, tidak hanya kelas itu saja yang pernah terjadi kejadian janggal. Kelas sebelah, jika aku lewat ke kelas itu, akan terdengar suara tangis atau tawa anak kecil dari dalam kelas itu.

***

Itulah kisah saat aku kelas 3 SD

Maaf kalo garing, abstrud, gaje, gak serem, atau apalah :v

Thanks for reading!! ^^

~Blue~

Kisahku Saat Kelas Tiga SD (Oneshot/END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang