Haii selamat membaca. jangan lupa tolong berikan jejak kalian ya. terima kasih
@FIP@
"Arahkan kemari bolanya, Jeoha."
Lapangan bola di dalam istana tampak begitu ramai karena adanya pertandingan yang tengah dilangsungkan. Seorang pemuda yang mengenakan jubah kuning- khusus berolahraga, tersenyum lebar dan mengarahkan bola tersebut pada seorang pemuda lain yang lebih tua mengenakan jubah biru.
Kedua pemuda itu tampak kompak, ketika akhirnya pemuda berjubah biru itu mengarahkan kembali bolanya pada pemuda berjubah kuning dan akhirnya bola berhasil memasuki gawang lawan.
Sorak sorai langsung terdengar dari para pelayan yang menonton pertandingan itu. Pemuda berjubah kuning itu langsung bersalaman dengan pemuda berjubah biru. Senyum terpatri di kedua pemuda itu.
"Taktik yang bagus, Yoon-Ah." Gumam pemuda yang mengenakan pakaian berlatih berwarna kuning, yang tidak lain adalah Putra Mahkota Kwangsun, pada salah satu prajurit istana yang usianya lebih tua dari Kwangsun.
Yoon tersenyum mendengar sanjungan yang diberikan Putra Mahkota padanya. "Terima kasih atas pujian anda,Jeoha." Jawabnya.
Percakapan mereka terhenti. Tiba – tiba saja, mata Kwangsun melihat rombongan Putri Kyung Hee yang melintas dekat lapangan. Segera saja Kwangsun memanggil kakaknya. Sang Putri tampaknya tidak menyadari kehadiran adiknya di lapangan.
"Gongju mama!" Putra Mahkota Kwangsun berteriak memanggil Kyung Hee. Mendengar ada seseorang yang memanggilnya, Kyung Hee berhenti dan mencari – cari siapa yang memanggilnya. Ketika akhirnya ia melihat adiknya berlari mendekatinya.
Kyung Hee membungkuk hormat pada Kwangsun yang mendekatinya. Kyung Hee tersenyum pada Kwangsun dan sedikit kebingungan karena seharusnya adiknya sedang belajar dikediamannya. "Apa yang sedang kau lakukan disini, jeoha?" tanya Kyung Hee.
Kwangsun tersenyum. "Aku baru saja selesai berolahraga. Apa noonim sedang terburu – buru? Sepertinya kau akan pergi kesuatu tempat. Boleh aku tahu?"
"Aku baru saja akan pergi ke balai pertemuan. Eoma mama memintaku untuk hadir menemaninya untuk menyambut para putri dari menteri dan pejabat istana yang hari ini mendapat undangan dari eoma mama. Bukankah jeoha seharusnya belajar?"
Kwangsun meringis mendengar pertanyaan tajam yang diberikan kakaknya. Kakaknya sangat disiplin pada Kwangsun terkait masalah pembelajaran. Ia tidak mau mendapat ceramah panjang lebar dari Sang kakak, "Ah itu. Aku berolahraga dulu sejenak sebelum nanti pergi ke ruang belajar,noonim. Kalau begitu silakan lanjutkan perjalanan anda."
Kyung Hee hanya menggelengkan kepalanya. Tanpa berkata apa – apa lagi, Putri itu membungkuk hormat pada Kwangsun dan meneruskan perjalanannya. Kwangsun hanya menatap kepergian kakaknya dengan senyum jahil.
"Kasim Park." Panggilnya pada pelayan pribadinya. Segera saja pelayannya itu mendekati Kwangsun.
"Ye, Jeoha. Apa ada yang ingin anda lakukan?" tanyanya.
"Antarkan aku menuju balai pertemuan tempat Noonim menyambut para putri Menteri dan pejabat itu."
Alis kasim Park terangkat mendengar permintaan yang disebutkan Putra Mahkota. "Tapi, jeoha, anda tidak seharusnya pergi kesana. Anda seharusnya pergi belajar. Guru anda pasti sudah menunggu diruang belajar."
Kwangsun membalikkan tubuhnya menghadap Kasim Park. Pemuda itu tersenyum manis. "Seuseungnim pasti mengerti keterlambatanku. Kau tidak perlu khawatir, Kasim Park. Aku hanya penasaran pada putri para Menteri. Aku yakin salah satu diantara mereka kelak akan menjadi Putri penerus. Eoma mama sengaja mengundang putri para pejabat karena ingin melihat siapa yang bisa menjadi kandidat potensial. Karena itu, biarkan aku melihat siapa saja calon – calon itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower in the Palace
Historical FictionFollow me first before you read and enter my book universe. Kim Myung Hee tidak pernah menyangka bahwa pemuda yang ia temui tanpa sengaja di istana adalah Sang Putra Mahkota. Gadis cantik itu tidak sadar bahwa sejak saat itu, hatinya telah terjerat...