School 2016

65 2 0
                                    

《Part 3》

Author : Ziunis Lee

Cast :
Lee Jisun ( OC )
Kim Jisoo ( Aktor )
Lee Won Geun ( Aktor )

Other Cast :
Muncul tanpa dugaan

Author pov

Keduanya tersenyum dan jisun kembali berjalan meninggalkan won geun di belakangnya.

***

"Pertunangan dibatalkan?"

Phone :
"Tidak dibatalkan. Hanya di tunda. Mereka akan memutuskan kembali setelah pemeriksaan selesai."

"Siapa yang menyebarkannya?"

Phone :
"Sudah. Appa yang akan membereskannya. Ingat! Jangan lakukan hal apapun yang dapat mencelakai dirimu sendiri."

"Arasseo."

Jisun mematikan ponselnya. Tubuhnya sedikit bergetar. Hampir saja dia kehilangan keseimbangannya.

"Jisun, kau darimana?"

Tidak mungkin jika won geun yang melakukannya. Aku percaya padamu, oppa.

"Ayahku menelepon barusan"

"Benarkah? Lama aku tidak bertemu dengannya"

"Itu karena kita terjebak di asrama bodoh untuk tiga tahun ke depan" gelak tawa keduanya pecah. Won geun tidak menyangka kalau gadis berdarah dingin ini bisa juga membuat lelucon.

***

"Jisun, kajja" gadis yang namanya dipanggil itu dengan cepat mengikat tali sepatunya. Dia segera menyusul hyosung dan keempat temannya yang lain untuk mengikuti lomba lintas alam.

Seluruh peserta sudah mulai memasuki hutan. Mereka bergerak menurut pada peta dan kompas yang diberikan.

Baru setengah jalan, jisun merasakan kakinya seperti di gigit oleh sesuatu. Teman- temannya sudah berjalan di depan. Karena penasaran, ia segera membuka sepatunya dan melihat beberapa paku payung menancap di kaki indahnya. Dengan cepat dia mencopotnya dan melepaskan kaos kakinya.

"Kyaaaaa...." dia menjerit membuat semua temannya kembali padanya.

"Jisun. Gwaenchana?" Tanya hyosung.

"Aku akan membunuh orang yang melakukan hal ini padaku" matanya berubah menjadi seperti elang yang telah bertemu dengan mangsanya.

"Aku tidak tahu, jisun" hyosung berjongkok menyentuh paku payung itu. Ia juga berpikir siapa yang berani melakukan ini pada jisun.

"Kita harus kembali ke perkemahan" inseong mencoba untuk mencari jalan keluar.

"Tidak, jika kita menyerah. Orang itu akan menang. Kita harus tetap lanjutkan ini" tegas jisun. Bagaimana bisa dia menyerah begitu saja.

"Tapi kau terluka" jisoo.

"Luka ini bukan apa- apa bagiku." Jisun tersenyum sinis dan segera membungkus lukanya dengan sebuah kain yang ia robek dari syalnya.

Dia sudah sering merasakan luka yang lebih dari ini. Sebuah paku payung yang menancap tidak membuatnya takut bahkan jika sebuah pisau pun yang menancap, dirinya tetap tidak akan takut. Ia sudah terbiasa mendapatkan luka seperti ini.

"Kajja, kita lanjutkan" won geun yang tahu tentang jisun setuju dengan pendapat temannya itu. Jisun tidak akan merasa sakit hanya dengan sebuah paku payung di kakinya.

Malam tadi, dia mendapatkan kabar buruk. Dan sekarang, dia mendapatkan sebuah luka. Sungguh, hal itu justru membuat keadaan hatinya membaik. Dia tidak bisa melakukan hal seperti yang sering dilakukannya itu di perkemahan.

"Aku akan menggendongmu" jisoo setengah berjongkok.

"Tidak perlu"

"Jika tidak mau. Kau harus kembali ke perkemahan. Naik saja, kajja"

Mau bagaimana lagi, jisun tidak mau jika harus kembali ke perkemahan. Akhirnya dia naik ke punggung jisoo dan mereka kembali melanjutkan perjalanan.

"Kau tahu kalau pertunangan dibatalkan?" Jisun bicara pada jisoo dalam gendongannya.

"Tidak dibatalkan. Hanya ditunda" jawab jisoo. Ayahnya menelepon jisoo tadi malam. Dia berkata bahwa pertunangannya akan dibatalkan. Namun, jisoo menolak dan bersikeras untuk melanjutkan pertunangan.

"Kau tahu aku siapa, kan?"

"Tentu saja. Kau gadis manja dan keras kepala."

"Aishh... bukan itu maksudku"

"Aku hanya tahu itu darimu" ledek jisoo. Dia mencoba untuk mengalihkan pembicaraan jisun yang jisoo tahu maksudnya akan mengarah kemana.

"Nde. Aku memang menyebalkan"

***

Baru saja keluar dari hutan. Jisun mendapati ayahnya telah berdiri bersama beberapa pengawalnya. Jisoo segera menurunkan jisun dari gendongannya. Tentu saja kedatangan ayahnya itu menarik perhatian orang lain.

"Appa, ada apa?" Jisun menghampiri ayahnya dengan tertatih- tatih.

"Apa yang terjadi padamu?"

"Seseorang mencoba mencelakaiku"

"Yak! Jiwon! Siapa mereka?"

Ji won hanya terdiam mendengar pertanyaan yura. Kenapa gadis itu disambut oleh banyak pengawal. Chansung adalah sekolah untuk kalangan biasa. Dia tidak tahu bahwa king juga tempat anak - anak orang kaya berkumpul, dia hanya tahu kalau yang masuk king itu adalah anak yang pintar saja.Sejenak dia berpikir. Wajahnya terus memandang ke arah jisun. Dia yakin kalau gadis itu adalah orang yang paling berpengaruh.

***

Jisun masuk ke dalam mobil bersama dengan ayahnya.

"Kau yang menyakiti kakimu sendiri, kan?" Tanya tuan lee.

"Nde. Tanganku benar- benar gatal. Disana tidak ada yang bisa aku bunuh" jawab jisun. Keduanya saling bercakap tanpa memandang satu sama lain.

"Apa kau bisa jamin akan lulus tes kali ini?"

Jisun tersenyum "Jangan khawatir."

***

Seorang pria tampan berdiri dihadapan jisun sekarang. Rambut cokelatnya yang ia belah di bagian tengah menambah kesan imut di wajahnya.

"Song jieun. Apa anda mengenalnya, dokter ahn jaehyun?"

"Selesaikan tesmu"

Jisun tersenyum dan merobek soal tes psikologinya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Dokter, aku sedang tidak ingin mengerjakan tes"

"Nona lee jisun. Waktu anda hanya 30 menit" dia kembali memberikan beberapa lembar soal yang sama dengan yang disobek jisun tadi.

"Aku bisa membantumu untuk menyuruh jieun berhenti"

Pembicaraan mereka menjadi serius.

"Maksudmu?"

"Aku akan membantumu untuk menyuruh jieun berhenti dari pekerjaannya. Tapi, dengan satu syarat, kau harus ada di saat aku memerlukanmu"

"Apa kau sedang merendahkanku sekarang?"

"Bukan begitu. Jujur saja, disaat aku pertama kali bertemu denganmu di parkiran waktu itu. Aku sudah menyukaimu. Dan kau tidak ingin jieun terluka juga, kan?"

Jaehyun memang ingin jieun berhenti dari pekerjaannya. Jika ketahuan, hal itu bisa membuat adik tirinya dikeluarkan dari sekolah.

"Kau hanya perlu datang jika aku memanggilmu. Aku tidak akan membunuhmu"

Jaehyun tak berkutik sedikit pun. Dia tahu posisi jisun kuat. Dia juga membutuhkan bantuannya. Pekerjaannya sebagai dokter belum cukup untuk membayar biaya sekolah jieun dan biaya rumah sakit adik bungsunya.

Jisun merebahkan punggungnya di sofa kulit berwarna cokelat. Dia kembali terkurung di ruangan ini untuk beberapa hari ke depan. Orang itu. Siapa yang berani membocorkan rahasianya.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

School 2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang