Prolog

14 0 0
                                    

“Clara!”

Yang dipanggil segera menoleh ke sumber suara, dilihatnya seorang gadis melambai-lambai sambil tersenyum simpul ke arahnya. Clara balas melambai padanya dan tersenyum manis.

“kamu udah ngerjain PR dari ibu Ani belum?” tanya gadis yang melambai tadi kepada Clara. Clara berpikir sejenak, lalu mengangguk mantap.

“udah. Tapi belum yakin bener semua, Lessy.” Clara mengorek-ngorek tas kecilnya dan memberikan buku tulis warna-warni kepada gadis yang ia tadi sebut Lessy. Terlihat coretan khas anak-anak SD dipinggir kertas dalam setiap lembar buku tulis Clara.

“ih gambarmu lucu banget deh!” kata Lessy sembari mencubit Clara yang segera mengaduh kesakitan. “bakatmu itu keliatan banget disini loh! Kamu suka gambar kan? Cita-citamu jadi desainer baju ya?” Lessy mulai sibuk membolak-balik halaman demi halaman buku tulis Clara. Clara hanya tersenyum malu. Terlihat rona kemerahan di pipinya.

“iya, aku mau jadi desainer!” Ucap Clara mantap sambil mengacungkan jempolnya. Lessy menepuk-nepuk pundak Clara sambil tersenyum dan mengajaknya berjalan ke dalam kelas.

***

Clara baru saja sampai di rumahnya, tetapi seperti biasa. Tidak ada seorangpun di rumah. Ada notes kecil di meja makan, dan sebuah tudungan dari tembikar di sebelah notes itu.

Clara, maaf mama nanti pulang malam. Ada opor ayam di meja makan, kalau mau pakai bawang goreng ada di dapur. Mama.

Clara segera membuka tudungan itu dan melihat opor ayam yang dimaksud mamanya. Ia menatap makanan itu dan segera menyentuh mangkoknya. Dingin. Sama seperti hati Clara yang saat ini membeku kesepian. Ia segera menuangkan isi mangkok itu ke dalam panci dan mulai memanaskan opor tersebut.

Clara yang masih berumur 6 tahun ini, sudah bisa memasak sendiri. Ia tidak perlu takut jika mamanya pergi terlalu lama dan lupa menyiapkan makanan seperti ini untuknya. Clara juga sudah bisa menyapu dan mengepel. Berharap jika ia melakukan pekerjaan tersebut, mamanya bisa pulang lebih cepat. Tetapi sampai sekarang, walaupun Clara setiap hari melakukannya, mama tetap tidak bisa pulang lebih cepat. Selalu ada notes berwarna cerah di meja makan.

Mama tidak pernah pulang ke rumah sebelum jam 10 malam, tetapi Clara tidak bisa terjaga hingga larut seperti itu. Mama pernah melarangnya menunggunya pulang, karena keesokannya Clara jatuh sakit karena kedinginan. Mama tidak ingin Clara sakit. Jadi Clara harus tidur tepat waktu, yaitu jam setengah delapan malam.

Tetapi Clara selalu merasa kesepian jika tidur terlalu cepat, untungnya Clara masih memiliki Ted. Ted adalah boneka beruang berwarna pink dengan pita yang berwarna sama juga di dahinya yang diberikan oleh papa untuk Clara. Ted adalah teman baik Clara, Clara menceritakan segala keluh kesahnya kepada Ted. Berharap papa akan mendengar suara Clara melalui Ted.

Setelah mencuci piring, Clara segera berlari ke kamar dan memeluk Ted dengan hangat. Ia mengusap-usap kepala boneka itu dengan gemas, lalu sesekali tertawa kecil sendiri sambil melempar boneka itu keatas. Clara mendekap Ted dan menatap lurus keatas tanpa melirik sedikitpun ke samping. Tiba-tiba Clara merasakan cairan panas keluar dari pelupuk matanya dan membuat tenggorokannya sakit.

Tapi Clara hanya bisa bersandar disana. Mendekap boneka itu dengan erat. Berharap kesepian ini segera hilang dan berharap boneka itu akan selalu bersamanya selamanya.

Karena kita semua ngga tau,

Mana yang lebih penting, dan mana yang lebih kita butuhkan.

PucukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang