Munculnya mentari menggeser paksa kesunyian malam. Seberkas sinarnya membentuk garis-garis panjang yang terlihat jelas menerbangkan butiran debu halus. Seorang gadis terpekur malas disudut kamarnya, seragam batik khas sekolahnya serta kerudung cokelat hari kamis telah melekat sempurna di badannya yang dapat dikatakan ideal.
"Males banget gue sekolah..." lirih Finda pelan, maklum saja ini hari pertama memasuki musim semesteran akhir tahun dimulai.
Ia melangkah gontai keluar dari kamar barbienya, karena seluruh perabotan kamar berwarna pink.
"Fi, sarapan dulu ya" tawar adik perempuan ayahnya itu atau tantenya, gadis yang biasa dipanggil dengan nama Fifi itu mengangguk pelan sebulum akhirnya segera menuju dapur.
Mungkin ini tak biasa bagi sebagian orang, namun bagi Fifi, ketidakhadiran seorang ibu dalam setiap aktivitasnya bukanlah hal yang harus dikhawatirkan.
Kedua orang tuanya telah bercerai tepat beberapa hari setelah hari ulang tahunnya yang ke 16.
Sungguh , itu kado terburuk yang pernah gue dapet....
Fifi tersenyum getir mengingat hal buruk tersebut. Untuk apa ada pernikahan kalau ada perceraian? Kenapa harus ada pertemuan kalau ujungnya adalah perpisahan? Jawabannya adalah taqdir.
Karena sesuatu yang sudah ditaqdirkan untuk kita, tak akan pernah terlewatkan dalam hidup , semua akan terjadi. Tergantung bagaimana kita menyikapi taqdir itu. Apabila kita anggap itu sebuah ketidak adilan dari Allah, maka secara langsung kita tak percaya pada asma Allah yang maha adil.
Ingatlah, setelah hujan akan ada pelangi. Setelah kesulitan akan ada kemudahan, begitulah janji Allah. Dan janji sang Pemberi nafas itu pasti. Pasti terjadi. Kapan? Sampai Allah berhenti berkata tunggu.
"Tan, Fifi berangkat ya. Assalaamu'alaikum..." tutur Fifi santun sambil mencium punggung tangan tante Mira. Walaupun sejujurnya ia lebih rindu mencium punggung tangan mamanya. Namun itu semua sudah sangat jarang ia dapatkan, semenjak mamanya kembali ke Depok untuk bekerja.
***
Fifi melangkah gontai memasuki ruang kelasnya, sebelas MIA 4 . ia memandang sekeliling, mengamati setiap sudut bangku yang telah terisi oleh wajah-wajah lama yang tak asing baginya, teman-teman sekelasnya.
Fifi mulai menduduki kursi pada meja terdepan. Tempat duduk yang akan ia tempati selama semesteran berlangsung, sejenak ia menengok jam tangan pada pergelangan tangan kanannya. Lima menit lagi ulangan semesteran pertama dimulai, soal Fisika yang menjadi ulangan pertama segera datang. Fifi segera melirik buku catatan fisikanya dan menyipitkan mata malas. Karena sejak awal pelajaran dimulai dari dulu, tak ada satu materi yang ia mengerti. Terlebih lagi saat nanti ulangan berlangsung, guru mata pelajaran fisika meminta agar seluruh bentuk orek-orekan jawaban ikut serta dikumpulkan.
Dan itulah hal yang di takutkan Fifi sejak lama.
Teng.... Teng... tenggg...
Lonceng besar dilapangan tengah telah di pukul tiga kali, mengakibatkan suaranya yang nyaring menggema di seantero bangunan madrasah aliyah negeri tempat Fifi menimba ilmu.
Deg!
Fifi kian gugup. Setelah ia memasukkan segala macam bentuk buku catatan dan mengeluarkan perlengkapan ulangan seperti papan landasan, pensil, penghapus, dan bolpoin, gadis yang tengah gugup tak menentu itu melempar pelan tasnya ke depan kelas mengikuti prosedur yang sudah ditentukan.
"Fi, lo dah belajar beneran gak sih?" tanya Syifa teman sebangkunya.
Fifi mengernyitkan kening seraya berdecak kesal, "Emang menurut lo?"
"Kan gue nanyak doang."
"Pertanyaan lo gak tepat banget Fa, dari tadi kan lo liat sendiri gue cuman bolak balik catatan doang." balas Fifi kesal.
Tak lama berselang setelah perdebatan singkat antara Fifi dan Syifa, tiba-tiba.....
"Assalaamu'alaikum..." ucap seseorang diambang pintu kelas, semua mata memandang ke arah siapa yang baru datang.
"Wa...wa'alaikumussalam." jawab Fifi dan seisi ruangan kompak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ya Ustadz, Ana Uhibbuka Fillah
Romance"Aku ingin mencintai seseorang dengan cara yang Allah cintai..." Tutur gadis berkerudung abu lembut. Tatapannya masih tertunduk takzim. Seorang lelaki yang berada tepat di hadapannya membalas kata-kata sang gadis, "Sesungguhnya cinta itu suci, maka...