Crusher 2

56 0 0
                                    

Dani kemudian terdiam. Wajahnya menyiratkan kalau ia tidak setuju. Rega lalu menghembuskan nafas pelan,"Ayolah."

"Resikonya pasti banyak,"ujar Dani, lemas.

"Tak ada hasil tanpa resiko,"balas Rega cepat. Kemudian mereka terdiam lagi. Menunggu Dani untuk menyetujuinya.

Dani menatap Rega lama dan kemudian berkata mantap,"Baiklah, aku setuju."

Percakapan terakhirnya dengan Rega kemarin masih segar di ingatan Dani. Betulkah ia ingin mengganggu hubungan Adi dan Tika? Rasanya tidak mungkin ia melakukannya. Gara-gara itu memikirkan hal tersebut, Dani tidak bisa memperhatikan pelajaran matematika yang mulai setengah jam lalu. Sebaliknya, Bu Anis sedang menjelaskan di depan kelas dengan semangat empat lima.

"Ada yang bisa menjawab pertanyaan ini?"Tanya Bu Anis sambil mengetuk-ngetukkan spidolnya ke papan tulis untuk membuat perhatian siswa-siswa tertuju padanya. Seseorang mengangkat tangan."Yak. Silakan Tika."

Tika, cewek berambut bob sebahu dengan tubuh proporsional dan otak cemerlang. Dani memandangi sosok Tika yang sedang mengerjakan soal matematika di papan tulis dengan gampangnya. Dari rumor yang beredar, Tika adalah anak tajir. Ibu dan ayahnya bekerja di perusahaan milik sendiri yang sangat bergengsi. Boleh dikata, Tika tidak pernah merasa kekurangan apapun. Tika merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Walau begitu, ia tidak pernah bersikap manja karena status 'bungsu'nya itu. Sebaliknya, ia terkenal rendah hati, tegas, dan pandai mengambil keputusan. Ia juga aktif di beberapa ekskul dan organisasi seperti OSIS, Palang Merah, dan Voli. Rasa-rasanya, Dani tidak bisa menandingi Tika yang hampir 'boleh' dikatakan sempurna itu.

Sebaliknya, Dani, cewek dengan tubuh dan tinggi badan rata-rata serta memiliki rambut hitam lurus di bawah bahu yang entah kenapa selalu mencuat ke arah luar itu--tidak punya keistimewaan sama sekali. Ayahnya pegawai negeri dan ibunya hanya ibu rumah tangga. Ia merupakan anak sulung dari dua bersaudara. Tidak ada prestasi khusus. Ia juga malas ikut organisasi. Namun ia hobi membaca komik dan bisa sedikit-sedikit memasak. Hanya itu.

Dani lantas menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Ia tidak boleh memikirkan hal itu atau ia akan tambah pesimis. Ia kembali memperhatikan Tika yang telah selesai menulis di papan tulis dan kini kembali ke mejanya. Ketika Tika melewati meja Dani, aroma parfum Tika menguar di udara. Dani menghirupnya sekejap dan tanpa sadar menoleh ke arahnya. Tika tersenyum lembut. Dani menjadi salah tingkah dan mengarahkan pandangannya kembali ke depan kelas. Dani menghela nafas. Tak mungkin baginya untuk mengganggu hubungan Adi dan Tika.

‘Duh, gara-gara Rega’, ujar Dani dalam hati, menyalahkan orang lain. Ia lantas memandang sosok Rega yang duduk dua baris di depannya dan sedang memperhatikan Bu Anis dengan seksama sambil menopang dagu dengan tangan kirinya. Tatapan Dani yang cukup tajam itu sepertinya membuat Rega sadar kalau sedang diperhatikan. Rega lantas menoleh ke arah Dani. Dani balas memandangi Rega. Kemudian perlahan, Rega tersenyum. Tidak seperti Tika yang tersenyum tulus, senyuman Rega penuh misteri. Dani mengabaikan Rega. Ia kembali memperhatikan Bu Anis.

* * *

Bu Anis baru saja mengakhiri pelajaran matematika yang berjalan dengan baik kali ini. Baik karena tidak ada yang dihukum keluar kelas karena lupa mengerjakan tugas. Dani lantas merapikan buku-bukunya yang berantakan di atas meja. Ia meremas selembar kertas cakaran yang ia gunakan tadi untuk latihan soal.

"Rasanya otakku beruap,"ujar Rina yang duduk bersebelahan dengan Dani. Ia seperti biasa terlalu mendramatisasi.

"Sudah. Jangan dibahas lagi. Ayo ke kantin!"Ajak Dewinta tegas. Via yang tadinya terlihat lesu tiba-tiba bersemangat ketika mendengar kata 'kantin'.

"Kamu bawa bekal?” Tanya Rina ketika melihat Dani tidak beranjak dari kursinya.

"Yap,"ujar Dani sambil memperlihatkan kotak bekal birunya yang tadinya ia letakkan di dalam laci.

Couple CrusherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang