chapter one - a new neighbor

109K 228 5
                                    

pov : medi

ini hari minggu. hari dimana keluargaku memanjakan dirinya dengan menekuni hobi masing-masing. papa senang memancing, jadi ia bersama teman kantornya pergi ke dermaga yang tidak terlalu jauh letaknya dari rumah. mama suka berkebun. mungkin itulah sebabnya ia memilih menjadi ahli botani. ia sedang menyemai beberapa petak mawar di meja berisi pot-pot terakota di belakang rumah. karena aku suka bermusik, aku memainkan piano di dekat ruang makan.

"permisi. ada orang?"

suara laki-laki ini asing. aku segera menghentikan laguku dan membuka pintu.

"hai. aku baru pindah di sebelah rumahmu. aku mau kasih kamu ini. salam kenal buat keluargamu ya." katanya dengan senyum terkembang di bibirnya.

perawakan anak ini jauh lebih tinggi dariku, kulit mukanya gelap seperti terbakar sinar matahari, rahangnya kotak, senyumnya yang lebar memperlihatkan sederet gigi yang rapi nan bersih, mata besarnya terlihat lucu dengan alis yang tebal. anak ini manis, pikirku.

ia menyodorkan sebuah kotak putih. tercium aroma madu yang manis, kotaknya hangat. ini pasti kue!

"terimakasih. kita jadi tetangga yang baik yaa!" kataku ceria sambil menerima kotak itu. yeaaay, aku punya kawan baru!

ia tersenyum padaku, lalu berbalik badan untuk mengambil dua kantong plastik tinggi berisi kotak-kotak putih. ia menjinjing kedua kantong itu, lengannya yang kekar tertangkap mataku. orang ini pasti rajin berolahraga, pikirku.

ia berjalan beberapa langkah menjauh dari rumahku. hahaha, cukup dulu pemandangannya. aku menutup pintu dan melanjutkan laguku.

belum beberapa not, ada lagi yang mengetuk pintuku. taruhan deh, ini pasti dia lagi.

"err, aku butuh bantuanmu untuk membawa kotak ini. mau bantu aku, nggak?"

wuahaha. dengan senang hati!

aku mengangguk, lalu pamit pada mama di belakang rumah.

"kamu bisa sekalian jadi guide-ku buat keliling perumahan ngga? aku masih baru nih, takut tersesat." tanyanya lagi dengan nada memelas.

aku tersenyum simpul, lalu mengangguk lagi.

ia tersenyum amat manis, kami melanjutkan perjalanan ke rumah-rumah tetangga.

kami berjalan beriringan. setiap bertemu sebuah rumah, aku menyodorkan satu kotak, lalu ia mengetuk pintu dan berkenalan dengan penghuni rumah itu.

hari mulai siang. seluruh tetangga telah mendapatkan kotak kue perkenalan, tetapi masih sisa satu kotak.

"wah, sisa satu. gimana kalo kita makan bareng, eh, siapa namamu? tampaknya kita belum berkenalan."

oh iya. aku baru sadar.

"mediteran odelia. panggil aja medi. aku bisa panggil kamu apa?"

"yudhis. satria yudhistira. ada tempat bagus ngga di sekitar sini?"

aku teringat papa. kalau didekat sini ada dermaga... berarti ada pantai!

"papaku lagi mancing di dermaga dekat sini. mungkin kita bisa ketemu pantai?"

"kita cari bareng deh, terus kita bisa habisin kue ini. baunya enak. ngga tahan deh."

aku tertawa saja. anak ini kelemahannya ternyata di hidung dan perut.

"hahahah. ayo ayo."

kami jalan lagi beberapa kilometer sampai bertemu pantai yang sepi. pasirnya masih bersih, airnya juga begitu. asyik sekali, ada pantai di dekat rumah. kalau di jakarta, hanya perumahan elit saja yang bisa begini.

kami duduk di hamparan pasir putih berbau segar laut. yudhis membuka kotak dengan bersemangat, lalu memotong kue bolu bundar dengan pisau bening di dalam kotak menjadi beberapa bagian kecil.

ia melahap dua potong sekaligus. aku menertawakannya. meskipun rakus, ia terkesan lucu. aku ikut menghabiskan kuenya.

setelah kue habis, kami melepas alas kaki dan berjalan menyusuri pantai. angin pantai sepoi-sepoi terasa nyaman membelai wajah.

aku melirik wajah yudhis. dia terlihat tampan, mungkin umurnya beberapa tahun lebih tua dariku. ia memalingkan mukanya padaku. ck, aku ketahuan. aku membuang muka. aku jadi malu.

"kamu kenapa? ada sisa kue di mulutku?" tanyanya sambil menyeka mulutnya.

aku menggeleng, terlalu malu untuk menjawabnya.

"a-aku mau pulang saja, dhis. mama mungkin sedang mencariku." aku mencari alasan agar suasananya tidak jadi awkward seperti ini.

"baiklah kalau itu maumu. kita pulang sekarang."

kami memakai alas kaki kami kemudian pulang.

benar saja, mama menungguku sambil duduk di depan pintu, menyeruput es teh dan membawa koran hari ini.

"kamu kemana saja, medi? oh, kamu bersama tetangga baru ini? siapa namamu, nak?" tanya mama.

"nama saya yudhis, bu. maafkan saya, tadi saya bermain ke pantai bersama medi. kami jadi lupa waktu." yudhis dan mama berjabat tangan.

"pulanglah, nak. mungkin mamamu sudah menunggu di rumah."

"terimakasih untuk hari ini, medi. saya pulang dulu, bu." kata yudhis melambaikan tangannya.

aku dan mama masuk ke rumah. papa sedang memasak ikan hasil pancingannya hari ini. rupanya papa dapat ikan besar.

mama mengingatkanku untuk berhati-hati jika bermain dengan orang baru. aku menurut saja. mungkin ada benarnya juga. untuk hari ini, aku senang sekali dapat teman baru! semoga esok hari kita bisa bertemu lagi, yudhis..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

kakak adekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang