bagian 5

604 25 0
                                    

"Impian gadis kumuh"
#Part5

Saat melihat accesories ditoko itu, Rizki berencana untuk membelikan Anisa kalung dan gelang, ia membelinya secara diam-diam saat Natasya sedang asik memilih-milih accesories lainya.
"Itu kamu beli untuk siapa honey? Kamu membelikanya untuk ku ya? Aahh..kamu so sweet banget sih honey pakek sembunyi segala mau beliin pacar sendiri" celetuk Natasya yang kala itu memergoki Rizki saat sedang membayar dikasir
"Eem....eem...Natasya sayang, ini bukan untuk kamu tapi untuk...untuk Sofie, ya untuk Sofie. Waktu itu dia pengen beli kalung ini tapi uda dibeli orang jadi sekarang aku belikan biar dia senang" ujar Rizki gugup
"Oooh..untuk Sofie ya, iya deh honey gpp". Rizki menghela nafas lega.
Malam itu Anisa sedang berdiri didepan rumahnya dan bersandar ditiang yang terbuat dari bambu, ia memainkan kukunya seperti sedang ada yang difikirkanya
"Hai nona cantik aku punya sesuatu untukmu" Rizki mengagetkanya dari belakang dengan menunjukan sebuah kotak yang dibawanya
"Rizki...ini apa" ujar Anisa riang sembari membuka kotak pemberian Rizki
"Wauuu kalung dan gelang, bagus banget. Aku suka" Anisa mencoba menempelkan kalung itu dilehernya
"Kalung itu cocok untuk kamu Nis, cantik" puji Rizki
"Tapi rasanya aku gak pantes memakai ini deh Ky, aku kan cuma..."
"Ssstttt....aku uda bilang kan kamu jangan bilang hal itu lagi, aku gak suka. Pokoknya kamu harus pakai kalung dan gelang ini" Rizki masangkan kalung dan gelang
"Tapi apa iya aku kerja dipasar, dijalanan, ngambilin barang bekas dengan memakai beginian"
"Kamu pakai saat dirumah aja, kamu terlihat semakin cantik saat berhias" tangan kekar Rizki menyentuh lembut pipi Anisa, jantungnya semakin tak karuan kala Rizki memandanginya dengan tajam penuh makna, senyuman diwajah tampanya selalu menari difikiranya. Tak lama kemudian Rizki pamitan pulang. Anisa masih memandangi kalung dan gelang yang dipasangkan Rizki
"Ya Allah salahkah hati ini bila gadis kumuh seperti diriku menyukai pangeran tajir seperti dirinya? Sungguh aku menyukainya bukan karena apa yang ia miliki, tapi karena perhatian dan senyumanya selalu membuatku merasa nyaman" ujar Anisa lirih. Dimobil Rizki pun memikirkan hal yang sama, ia mengingat kembali wajah polos Anisa saat memasuki mall, dan mengajaknya berkeliling kota, sampai-sampai ia tak sadar bahwa jalan menuju rumahnya telah terlewati cukup jauh hingga ia harus memutar arah kembali mobilnya. Keesokan harinya seperti biasa Natasya sudah berada dirumahnya dengan gaya rempongnya, Sofie hanya memandang heran sikap kekasih kakaknya itu. Rizki yang baru turun tangga merasa enggan untuk menemui Natasya
"Kak, kakak ko bisa tahan sih pacaran sama cewek yang tingkahnya kayak cacing kepanasan gitu" tanya Sofie
"Dulu kakak emang mencintainya Sof, tapi sekarang entah rasa itu telah hilang. Mungkin dulu kakak khilaf kali ya bisa memilih cewek yang seperti cacing pita gitu"
" ^_^ kakak bisa aja. Apa sekarang kakak mulai suka ya sama Anisa?"
"Entahlah Sof, tapi belakangan ini sulit bagiku menahan diri untuk tidak bertemu dengan Anisa, tapi Natasya selalu saja muncul seperti jalangkung tau gak"
"Hahaha...kakak lucu banget sih. Ya uda mendingan kakak nemuin Anisa aja, biar Natasya aku yang urus"
"Hah..serius Sof?" Rizki memastikan
"Iya kak, lagian aku juga lebih setuju kalau kakak sama Anisa dari pada sama Natasya, walau Anisa bukan dari kalangan kita tapi dia gadis yang baik ko kak. Uda buruan gie kesana sebelum Natasya melihat kakak dan sebelum aku berubah fikiran" Sofie mendukung kakaknya
"Makasih sayang, kamu memang adik kakak yang paling baik" Rizki mencium pipi Sofie dan segera pergi perlahan agar langkahnya tidak ketahuan Natasya. Sementara itu Sofie mengajak Natasya melakukan berbagai hal untuk mengalihkan perhatianya. Ditempat lain Rizki dan Anisa sedang bercanda ditepi jalan, beberapa kali Rizki meniup poni Anisa yang membuatnya sedikit kesal, Anisa ingin membalasnya hingga mereka kejar-kejaran tanpa sadar Anisa hampir saja tertabrak oleh pengendara motor, untunglah Rizki berhasil menarik tubuh Anisa dan memeluknya dengan erat seolah takut kehilangan, Anisa yang juga ketakutan membalas pelukan Rizki, disaat yang bersamaan sebuah mobil berhenti didepan mereka.
"Honey..... Plaaakk" Natasya turun dari mobil dan langsung menampar Anisa
"Berani-beraninya kau menggoda kekasihku dengan memeluknya, dasar cewek kampung" ujar Natasya marah dan menangis, Rizki dan Sofie menghentikan Natasya yang akan menampar Anisa lagi
"Natasya hentikan semua ini, tadi itu gak seperti yang kamu kira. Aku menyelamatkan dia yang hampir tertabrak tadi"
"Uda cukup honey, ayo kita pergi dari sini" Natasya menggandeng tangan Rizki dan memaksanya untuk naik ke mobil.
"Nis, kamu gpp kan?" tanya Sofie mencoba menenagkan Anisa yang menangis
"Gpp ko Sof, aku baik-baik aja" jawab Anisa sembari memegangi pipinya bercap merah bekas tamparan
"Sofie, ayoo kamu juga masuk" Natasya juga menyuruh Sofie untuk segera masuk mobil. Selama dalam mobil, seperti biasa Natasya berbicara tanpa henti sampai mereka tiba didepan rumah. Rizki yang telinganya sudah merah mendengar omongan Natasya yang tidak berhenti segera keluar dari mobil
"Honey...tunggu honey" Natasya berteriak mengejar Rizki yang telah berjalan lebih dulu
"Natasya cukup..!! Aku uda capek berpura-pura seperti ini terus. Lebih baik hubungan kita disudahi sampai disini saja. Aku..aku mencintai Anisa" ucap Rizki tegas
"Apa honey kamu mutusin aku demi cewek kumuh itu? Masih cantik aku kemana-mana lagi, dan...." Rizki menutup mulut Natasya
"Aku uda mendengarkan omonganmu selama didalam mobil yang gak ada titil komanya itu. Sekarang dengerkan diriku, aku tetap ingin kita putus titik. Dan aku tidak akan merubah keputusanku ini. Sofie ayo masuk..!!" Rizki segera masuk rumah dan menutup pintu.
"Honey jangan putusin aku honey.." Natasya masih terus mengetuk pintu sambil menangis dan akhirnya dia pulang dengan sangat marah
"Kak maafin Sofie ya, tadi itu aku uda mencoba mengalihkan perhatian Natasya, tapi kakak tau sendiri kan Natasya seperti apa kalau sudah ingin bertemu kakak sulit untuk menahanya" ujar Sofie menyesal
"Gpp Sof, mungkin sudah saatnya buat kakak mengakhiri hubungan kakak dengan Natasya, kakak juga gak mau dibilang mempermainkan perasaanya karena kakak sudah tidak menyukainya lagi"
"Lalu gimana dengan Anisa kak? Dia pasti juga terluka perasaanya, apalagi tadi Natasya menamparnya sampai merah gitu"
"Nanti biar kakak yang akan bicara denganya, kakak kekamar dulu ya"
Ditempat lain Anisa menangis terisak dibawah pohon, ia masih terus mengingat kejadian yang barusan terjadi
"Mungkin benar, gadis kumuh sepertiku tak pantas bermimpi untuk mendapatkan pangeran. Itu sama aja punguk merindukan bulan, hiks.." ujar Anisa lirih, dia tak ingin terus larut dalam kesedihan, ia kembali kepekerjaanya untuk melupakan kesedihanya. Sore harinya setelah lelah mencari kardus bekas, ia duduk dikursi bambu depan rumahnya sembari merenggangkan tangan dan tubuhnya.
"Nis, maafin aku ya atas kejadian tadi siang" Rizki tiba-tiba muncul didepanya
"Rizki kamu ngapain kesini lagi? Nanti pacar kamu marah lagi sama aku"
"Dia sekarang bukan pacarku lagi Nis, aku uda mutusin dia tadi" ucap Rizki sembari duduk didekat Anisa
"Apa putus? Kenapa kamu mutusin dia, wajar ko kalau pacar marah melihat pacarnya berpelukan dengan wanita lain"
"Karena aku sudah tidak memiliki perasaan apa-apa lagi pada Natasya, aku mencintaimu" Rizki memandang kearah Anisa dan memegang kedua tanganya. Anisa cukup terkejut saat mendengar Rizki bicara seperti itu
"Tuhan, apakah aku sedang bermimpi? Seorang pangeran tajir seperti Rizki suka sama gadis kumuh seperti diriku" batin Anisa
"Ooh iya Nis, besok adalah hari ulang tahun Sofie, besok kamu wajib datang, tadi dia menyuruhku untuk menyampaikan ini kepadamu.
"Apa Sofie ulang tahun? Aku ingin sekali datang tapi aku tidak memiliki baju bagus. Yang datang kesana pasti orang kaya semua dan aku tidak ingin merusak pesta Sofie dengan kehadiranku"
"Ssttt...kamu ini ngomong apa sih Nis, pokoknya besok aku gak mau tau kamu harus datang. Aku akan membelikanmu baju dan mengajakmu pergi kesalon. Aku ingin melihatmu berpenampilan berbeda besok, Ok" Rizki berlalu pergi
"Tapi Ky aku..."
"Aduuuh..aku gak akan punya uang untuk membeli kado buat Sofie, dia orang kaya pasti semua barang-barangnya serba mahal. Aku bekerja seharian juga tidak akan cukup untuk membelikanya barang mahal" ujar Anisa lirih.
Keesokan harinya Anisa kembali bekerja seperti biasanya, ia terus memikirkan kado apa yang cocok untuk Sofie, sementara dirumah Rizki persiapan pesta telah disiapkan, rumahnya telah dipenuhi dengan dekorasi yang hampir selesai. Sore harinya Rizki mengajak Anisa berbelanja gaun yang akan dia kenakan dipesta Sofie nanti malam, Rizki juga mengajak Anisa pergi kesalon untuk merubah penampilannya. Setelah satu jam lebih Rizki menunggu, akhirnya Anisa keluar dengan menggunakan dress berwarna hijau muda, sabuk putih yang melingkar diperutnya, serta accesories yang ia belikan waktu itu. Rizki hampir tak berkedip melihat penampilan Anisa yang benar-benar sangat jauh berbeda dari penampilan dia biasanya.
"Kamu sungguh cantik Nis, kamu seperti bidadari yang turun ke bumi" Rizki tak hentinya memandangi Anisa dari atas sampai bawah. Anisa merasa risih dengan baju yang ia kenakan, tapi dia juga tersipu malu mendengarkan pujian yang dilontarkan Rizki, terlebih mata Rizki selalu tertuju padanya. Didalam mobil Rizki juga tak henti memandangi Anisa yang semakin membuatnya malu. Sesampainya didepan rumah, Anisa begitu takjub melihat rumah Rizki yang sangat besar
"Ky, rumahmu seperti istana. Aku rasa aku tidak akan diterima dirumah sebesar ini, aku pulang aja Ky"
"Heiii kamu sedang bersama anak pemilik rumah ini dan kamu sshabatnya adikku kan? Tenanglah masuklah bersamaku" Rizki menekuk tanganya dipinggang memberi kode Anisa untuk menyilangkan tanganya ke tangan dia. Perlahan mereka memasuki rumah berdua layaknya sepasang kekasih.
"Kakak, Anisa" Sofie menyambut mereka didepan pintu
"Sofie, selamat ulang tahun ya" Anisa mengulurkan tanganya memberi selamat
"Anisa ini beneran kamu kan? Kamu sungguh cantik" Sofie mutar tubuh Anisa seolah tak percaya dengan perubahannya, Anisa hanya tersenyum dan mengangguk
"Ooh iya Sof, ini kado dariku (Anisa menyerahkan kotak kecil). Tapi kadoku tidak akan sebagus temanmu yang lainya. Kamu boleh membuangnya jika tidak suka" ujar Anisa ragu
"Kamu ini ngomong apa sih Nis, aku tidak akan membuangnya" Sofie memeluk Anisa
"Ayoo kak ajakin Anisa masuk" Sofie pergi meninggalkan Anisa bersama Rizki. Rizki menggandeng Anisa lagi, dan Anisa menatap kesegala arah melihat kemewahan rumah Rizki
"Haii Ky, apa kabar bro?" sapa teman lama Rizki
"Aziz..haha gue baik. Elo sendiri gimana?" mereka melakukan tos seperti yang biasa mereka lakukan dulu
"Haha gue juga baik Ky, sekarang lagi bantuin papa mengurus bisnis properti. Btw, ini cewek elo Ky? Cantik sekali dia, ketemu dimana lo cewek secantik dirinya" puji Aziz
"Iya ini cewek gue (Rizki merangkul pundak Anisa) namanya Anisa, dia tidak hanya cantik fisik, tapi hatinya jauh lebih cantik" Rizki tak sungkan memuji Anisa didepan temanya, Anisa terkejut dengan perkataan Rizki yang memperkenalkanya sebagai pacarnya
"Elo emang beruntung sekali bro. Anisa kamu kuliah dimana?"
"Aku tidak..."
"Eemmm maksudnya, dia kuliah dikampus yang sama dengan kita dulu" Rizki segera menjawab pertanyaan Aziz sebelum Anisa menjelaskan apa-apa.
"Ooh Ok, gue kesana dulu ya Ky" pamit Aziz
"Eemm..Ky, kenapa kamu mesti berbohong sama temanmu kalau aku ini pacarmu, harusnya..." ucapan Anisa terpotong
"Siapa bilang aku berbohong, kamu memang pacarku kan"
"Hah..sejak kapan?"
"Sejak detik ini, jam ini, hari ini, dan seterusnya" jawab Rizki, Anisa hanya bengong mendengarnya, senyuman seolah tak lepas dari wajahnya, begitupun dengan Rizki
"Lalu kenapa kamu juga bohong kalau aku kuliah, apa kamu malu kalau aku berasal dari lingkungan kumuh"
"Aku tidak pernah malu dengan status sosialmu Nis, aku bisa saja mengatakan yang sebenarnya, tapi aku berbohong karena aku tidak ingin kamu direndahkan orang lain" ujar Rizki. Anisa bangga mendengarnya
"Kakak, Anisa ayoo gabung kemari sebentar lagi ada acara potong kue" panggil Sofie. Acara potong kue dimulai, Sofie memberikan potongan pertamanya kepada orang tuanya, kakaknya, dan Anisa. Setelah acara potong kue, dilanjutkan dengan acara makan-makan dan beberapa hiburan, semua berjalan lancar hingga ujung acara, kedua orang tua Rizki juga menerima kehadiran Anisa dengan baik, khususnya mamanya. Anisa yang kelelahan karena acara berakhir hingga larut malam, dia pun tertidur dengan posisi duduk disofa.
"Kasihan kak Anisa sampai kelelahan gitu, lebih baik malam ini biarkan dia tidur disini, dia bisa tidur denganku"
"Iya Sof, dia pasti lelah karena bekerja dibawah terik matahari hampir seharian. Biar aku yang menggendongnya dikamar tamu, nanti kalau dia tidur dikamarmu mungkin dia akan malu saat terbangun nanti"
"Iya kak, kalau gitu aku juga mau langsung istirahat saja" Sofie pergi ke kamarnya dan Rizki membopong Anisa serta menidurkanya disana. Rizki juga menaikan slimut Anisa agar ia tidak merasa kedinginan diruang berAC
"Walau sedang dalam tidur seperti ini kamu tetap terlihat cantik Nis" Rizki membelai lembut pipi Anisa.
"Dingin sekali" Anisa mengigau kedinginan, tubuhnya menggigil
"Kasihan Anisa, mungkin dia tidak terbiasa tidur diruangan ber AC. Tanganya juga sangat dingin" ucap Rizki. Entah setan apa yang tengah merasuki tubuh Rizki, ia membuka kancing bajunya satu persatu dan melepas gaun yang dikenakan Anisa, dia sempat tersadar saat Rizky melakukan hal itu, tapi nasi telah menjadi bubur, Rizky terlanjur merenggut masa depanya, hanya air mata yang keluar dari pelupuk matanya. Kala matahari pagi menyingsing, terdengar suara gadis menangis ditepi meja, dengan baju dan rambut berantakan. Suara tangisan itu membangunkan Rizki dari tidurnya
"Hiks..hiks..hiks 😭 "
"Anisa kamu.." Rizki mengingat apa yang telah ia lakukan semalam pada gadis yang tak berdosa itu, Rizky yang saat itu hanya mengenakan celana tanpa baju mencoba mendekati Anisa
"Jangan dekati aku Ky..!! Kamu telah merengut kesucianku. Kamu tega sekali melakukan ini kepadaku, apa sifat baikmu selama ini demi tujuanmu ini. Kamu jahat" Anisa berteriak ketakutan dengan pria yang baru saja menjadi pacarnya semalam
"Nis, maafkan aku Nis. Aku benar-benar khilaf, aku menyesal Nis, sumpah aku menyesali perbuatanku" ujar Rizki penuh sesal
"Permintaan maafmu tidak akan bisa merubah apa yang telah terjadi tadi malam Ky, kamu tidak hanya mengambil kesucianku tapi juga kehormatan keluargaku. Bagaimana kalau aku sampai hamil tanpa suami" Anisa menangis histeris, Rizki semakin merasa bersalah dengam tindakanya
"Aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku Nis, aku janji akan menikahimu" Rizki kembali mendekati Anisa, tapi Anisa masih belum menerimanya dan menjauhi Rizki, ia terlihat sangat shock dan ketakutan
"Tolong jangan jauhi aku seperti ini Nis, aku tidak akan sanggup. Aku bersumpah akan segera menikahimu" Rizki memeluk Anisa untuk menenangkanya meski Anisa masih berontak.
"Aku memang ingin menikah dengan pria yang ku cintai dan mencintaiku Ky, tapi tidak dengan cara seperti ini. Caramu merenggut kesucianku bukanlah hal yang benar" batin Anisa sembari terus menangis menyesali nasibnya. Dengan susah payah Rizki menenangkan Anisa dalam dekapanya. Setelah dia mulai sedikit tenang Rizki mengantarkanya pulang kerumah.

Bersambung...
Apakah rizky bisa menepati janjinya?

Impian Gadis KumuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang