Mawar merah matahari
Luna torashyngu
Bab 1 Nagoya, Jepang Lonceng tanda jam pelajaran telah berakhir berbunyi. Ratusa siswa SMA Kawamai berhamburan keluar dari kelasya masing-masing. Seorang gadis remaja berjalan pelan menuju gerbang sekolah. Wajahnya yang cantik menunduk, hingga tertutup rambutnya yang panjang terurai. "Azuka!" Panggilan itu membuat si gadis menoleh. Seorang gadis lain berambut dikepang dua dan seorang pemuda berbadan tinggi besar dan berjaket kulit menghampirinya. "Hai, Rue...," sapa Azuka. "Hai..." Gadis yang dipanggil Rue itu membalas. "Kau pulang naik apa?" tanya Rue. "Seperti biasa, naik bus," jawab Azuka. "Sebaiknya kau pulang bersama kakakku saja. Biar dia mengantarmu dengan motor," kata Rue sambil melirik pemuda yang disebelahnya yang ternyata kakaknya. "Kau sendiri?" tanya Azuka. "Aku bisa pulang naik busa atau taksi." Azuka menatap Rue dan kakaknya. "Terima kasih, tapi aku tidak mau merepotkan. Aku naik bus saja," kata gadis itu kemudian. "Azuka..." Rue mnarik tangan Azuka, agak menjauh dari kakaknya. "Orang yang kau bilang selalu menguntitmu... dia masih ada?" tanya Rue dengan suara lirih. "Entahlah. Aku tidak melihatnya saat berangkat sekolah tadi pagi. Mudah-mudahan dia sudah pergi," jawab Azuka. "Yuchi adalah juara karate di kampusnya. Dia bisa melindungimu dari penggemar gelapmu," ujar Rue mempromosikan kakaknya. "Terima kasih. Tapi sungguh, aku tidak apa-apa. Aku naik bus saja." "Sungguh?" "Iya. Lagi pula kalau ada apa-apa, aku bisa lari ke kantor polisi terdekat atau tempat yang aman. Aku kan juara lari di kelas." *** Azuka berlari dengan cepat menyusuri trotoar. Napasnya terlihat memburu. Keringat mengalir deras membasahi tubuhnya. Sambil berlari sesekali gadis itu menoleh ke belakang, seolah ada yang mengikuti langkahnya. Dia sudah tidak ada!" batin azuka.
Azuka memperlambat larinya. Dia lalu berjalan cepat melewati sebuah jalan kecil di pinggir sungai. Walau hari masih sore, keadaan di sekeliling gadis itu sangat sepi. Hampir tidak terlihat orang lain selain dirinya. Azuka sebenarnya agak takut melewatu jalan ini, tapi inilah jalan terdekat dari sekolah ke tempat tinggalnya, panti asuhan yang menjadi rumahnya sejak berusia tujuh tahun dan kedua orangtuanya tewas dibunuh. Saat gadis itu merasa lega karena orang yang menguntitnya sudah tidak terlihat lagi, tiba-tiba sebuah bayangan berkelebat di atasnya. Azuka menghentikan langkahny, dan sejurus kemudian dia menjerit. Seorang berpakaian ala ninja serbaputih menyerang Azuka dengan menggunakan pedang shinobigatama. Gadis itu terkejut, bukan saja karena diserang secara tiba-tiba, tapi ninja berpakaian putih itu sana dengan orang yang membunuh orangtuanya sembilan tahun yang lalu. Di sekolah, Azuka mengambil latihan karate sebagai kegiatan ekstrakurikulernya. Dia berhasil menghindari serangan pertama si ninja. Tapi karena ilmu karatenya masih rendah, Azuka tidak melihat serangan berikutnya. Si ninja bersalto untuk membalikkan badan, serta langsung menlancarkan sabetan ke arah kepala gadis itu. SREET! Rambut Azuka terpotong di bagian bawah telinga kirinya saat dia berusaha menghindari sabetan pedang. Tidak hanya berhasil memotong rambutnya, sabetan pedang si ninja juga membuat luka sayatan sepanjang kurang-lebih lima senti di bawah telinga kiri gadis berusia 16 tahun itu. Azuka terjungkang ke belakang. "Tolong!" Tidak ada yang mendengar teriakan Azuka. Sementara si ninja siap melakukan serangan yang mungkin merupakan serangan terakhirnya. Saat beberapa senti lagi mata pedang yang tajam akan menembus jantung Azuka, tiba-tiba sebuah bayangan lain berkelebat dan menendang si ninja hingga terjungkal ke belakang. Ada yang menolong Azuka. Kenji berdiri di depan Azuka. Tatapan matanya menatap tajam ke arah si ninja yang mencoba bangkit. Saat si ninja kembali menyerang, dia cepat berkelit dan melepaskan pukulan mematika ke arah bagian dada lawannya. Tepat mengenai sasaran. Kenji segera melompat sambil melakukan salto. Saat berada tepat di ats kepala si nija, dia memegang kepala itu dengan kedua tangannya dan memutarnya. Terdengar suara tulang patah dan si ninja itu pun roboh ke tanah. Azuka memekik keras melihat kejadian itu. Pekikannya semakin keras saat Kenji datang menghampirinya. "Jangan berteriak!" kata Kenji. Tapi ucapannya tidak didengar oleh gadis remaja itu. Sadar bahwa ucapannya tidak digubris, Kenji bergerak cepat. Tangan kanannya menotok pangkal leher Azhingga gadis itu terkulai lemas. Kenji menggotong tubuh Azuka dan tanpa membuang waktu segera meninggalkan tempat itu. Lima Tahun Kemudian Mata tua Shunji terbuka. Sambil duduk bersila di ruang tengah di antara keremangan cahaya lilin, dia menatap tajam ke arah pintu depan yang tertutup rapat. "Kau datang juga," kata Shunji seakan berbicara pada dirinya sendiri. Tapi ternyata, pria tua itu berbicara pada seseorang yang tidak terlihat, yang bersembunyi dalam kegelapan. Semenit kemudian, sesosok tubuh muncul dari balik kegelaoan, berdiri di depan Shunji. "Aku ingin salinan buku itu," kata sosok yang tertutup dalam kegelapan. Walau begitu, shunji