2 . ANGKASA

24 1 1
                                    

Bintang membersihkan bukunya dari meja yg di tempatinya, sembari menggerutu tentang penghapus barunya yang baru dia beli sewaktu istirahat dan sekarang hilang, dia berjanji setelah sekarang tidak akan lagi meminjamkan penghapusnya untuk siapaun! terdengar jahat memang, kalian akan tau rasanya jika kalian kehilangan penghapus baru! gadis itu tidak berniat menuduh siapapun yang mengambil penghapusnya lagipula kelas sudah sepi dan dia orang terakhir yang berada di kelas.

Sekarang hari sabtu Bintang memiliki jadwal piket yang harus di kerjakan sepulang sekolah dan stelah itu menghadiri perkumpulan ekstra, beberapa menit lagi rapat klub jurnalis di laksanakan di pendopo taman. 

Bintang melangkahkan kakinya ke arah pendopo yang terletak di bagian tengah taman sekolah. Terlihat beberapa anggota jurnalis yang sudah berada di sana. Gadis itu menyapa teman-temannya dan ikut bergabung bersama mereka.

"Sorry, telat" ucapnya pada ketua klub dengan senyum meringis andalannya.

"Udah nggakpapa, duduk dulu sana sambil nungguin anggota yang lain" Bintang pun hanya menganggukan kepalanya dan melepas sepatu adidas hitamnya lalu duduk bersama teman-temannya.

lima menit kemudian sekitar dua-hingga-tiga anak berdatangan dan mengatakan berbagai alasan mengapa mereka telat. Alfin-Ketua Klub- hanya menanggapinya dengan senyuman penuh maklum.

sekarang tepat pukul 15.00, Bintang mencoba merilekskan tangannya dengan menggoyangkannya ke kanan dan ke kiri. di lihatnya teman-teman yang masih saja bergulat dengan mading-mading mereka. setelah rapat pembagian keompok pembuatan mading tadi, mereka-anggota jurnalis- langsung mengerjakan tugas mereka. karena bahan-bahan yang di gunakan sudah tersedia di ruang klub mereka.

"B nganggur? minta tolong dong" tanya Alfin yang tiba-tiba saja sudah berada di sampingnya.

"Huh? enggak juga sih tapi tinggal finishing, minta tolong apaan emang?"

"Tolong beliin Lem dong sama kertas origami. terus sama 3 drawing pen yang 0.5"

"sebenernya mau, tapi nggak bawa mobil" ucap Bintang.

"Perginya sama Asa, harus mau oke?"

"Lah kok-- Yaudah deh"

"Yaudah Asa udah ada di depan, samperin gih. bayarin dulu ya? entar notanya kasih ke Sasa. sekarang dia nggak masuk dan uang-nya ada di dia"

"Iya-iyaa santai lah fin"ucapnya sambil tertawa.

#

"Aku nggak bawa mobil, motor gapapa kan?" Angkasa membuka percakapan pertamanya dari mereka berjalan ke parkiran.

"Iya"

Mereka sampai di depan motor gede-entahlah namanya bintang tak terlalu memusingkan
 - hitam milik Angkasa.  Asa menyerahkan helm hitamnya ke arah Bintang, dan perempuan itu hanya menatapnya dengan tampang bingungnya.

"Kamu aja yang make" Angkasa mengucapkannya sembari mendekatkan helmnya lagi ke arah Bintang.

"Lah yang bonceng kan kamu?" Ucapnya sambil mengernyitkan dahinya.

"Gapapa kamu aja yang make"

"Udahlah kamu aja, keburu sore nih kasian yang laen nungguin" ucapnya kesal.

Anak laki-laki itu hanya menghendikan bahunya. Asa menaiki motornya dan memakai helm hitam mengkilat seperti habis di cucikan setiap hari.

"Bisa naik?" Tanya Asa saat menoleh kebelakang dan menemukan Bintang yang masih saja berdiri di sebelah motornya.

"Erm.. aku duduk perempuan?" Tanyanya ragu. Jujur saja Bintang belum pernah duduk menyamping, menurutnya duduk dengan posisi miring di atas motor itu sangat menakutkan.

Asa tersenyum kecil saat mendengarnya "duduk cowok aja, tapi jangan sampe nyingkep roknya" Bintang hanya mendengus kesal mendengarnya dan mulai menaiki motor dengan posisi yang di sarankan Asa.

Mereka telah sampai ke tempat tujuan mereka. Dan dalam perjalanan tadi tiada seorang pun yang memulai percakapan.

Setelah membayar beberapa barang yang di belinya perempuan itu keluar dari toko dan menemui Asa yang menunggunya di area parkir.

"Sudah?" Tanya anak laki-laki itu.

"Iya sudah"

Angkasa segera menyalakan kuda hitam kebanggaannya, Bintang pun langsung mengambil posisi untuk naik ke atas motor.

Mereka Sudah melewati pelataran toko alat tulis yang di datanginya tadi. beberapa detik kemudian rintik hujan mulai turun membasahi jalanan kota. Asa pun semakin mempercepat laju kendaraannya, entahlah mungkin dia yang salah atau hujan memang sedang tidak bersahabat dengannya. semakin cepat dia melaju semakin deras pula hujan menghantam tubuhnya. Anak laki-laki itu menyerah dan mulai memelankan laju kendaraannya untuk berhenti dan meneduh .

"B neduh dulu ya?" 

"Hmm"

Mereka berhenti di sebuah warung kopi pinggir jalan yang telah tutup, beberapa orang juga bersama mereka untuk meneduh. Ada sekitar enam orang yang berteduh di warung itu dan semuanya laki-laki, kecuali bintang. Mereka— Bintang dan Angkasa—
mencoba untuk berdiri dibawah atap kecil warung yang tutup itu dengan berdesak-desakan

Bintang terlihat beberapa kali menggosokan kedua telapak tangannya dan meniupnya. Angkasa menyadari bahwa dirinya dan Bintang menjadi pusat perhatian beberapa lelaki yang meneduh bersama mereka, oh mungkin bukan dirinya yang menjadi pusat perhatian tetapi Bintang!

Anak laki-laki itu menolehkan kepalanya kearah Bintang yang berada di sampingnya , dan benar saja apa yang di duganya , seragam putih yang di kenakan Bintang sedikit basah di beberapa bagian dan memperlihatkan kaus dalamannya. Angkasa berdecak kesal saat tau apa penyebab para lelaki itu memerhatikan mereka.

"Kenapa?" tanya Bintang yang tanpa sengaja mendengar decakan kesal Angkasa.

Tanpa menjawab pertanyaan Bintang , lelaki itu menurunkan zipper  jaket hitam yang di kenakannya dan melepaskan jaket itu dari tubuhnya. Bintang yang melihat gerak-gerik Angkasa pun di buat bingung olehnya.

"Pake" Suara Angkasa terdengar sangat dingin di telinga Bintang saat menyerahkan jaket hitamnya.

"Hah? ngapain? nggausah" Bintang mengatakannya sembari mengerutkan keningnya.

"Udah pake aja" Bintang tak mau menambah perdebatan yang tidak penting ini, jadi gadis itu menerima jaket yang di berikan kepadanya dan memakainya dengan diam.

Tiga-puluh-menit mereka hanya diam tanpa ada yang berbicara dan menikmati hujan yang mengguyur kota kecil ini dengan sangat ramahnya. Well, sebenarnya Bintang tidak benar-benar 'menikmatinya' jika kalian lupa Bintang sangat tidak menyukai hujan . Gadis itu memiliki tubuh yang sangat lemah terhadap hujan. 

Ponsel Angkasa bergetar menandakan ada pesan masuk dari seseorang, anak laki-laki itu merogoh saku celana coklatnya dan mengambil benda persegi panjang yang selalu dia bawa itu. setelah membaca pesannya dia memasukan kembali ponselnya ke saku celananya.

"Udah jam lima" Angkasa membuka suaranya.

"Huh?" Bintang mengernyitkan dahinya

"Alfin barusan ngirim pesen, anak-anak yang lain udah pulang"

"Terus?" gadis itu semakin mengernyitkan dahinya.

"Kalo kamu mau, kita bisa nerobos hujan dan pulang"

"...."

"Bintang?"

"Oh ya, oke"

"Oke?"

"Ya!"


T B C

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang