"Nasha!" terdengar suara teriakan seorang gadis dibelakang Caca. Caca mencoba untuk berhenti melangkah dan membalikkan punggungnya, "Ini bukan hantu kan, ya?"
Benar saja, temannya Tiara yang memanggil. Caca bernafas lega ketika dia tahu kalau sesungguhnya pemilik suara itu berwujud manusia. Mengingat ini masih terlalu pagi untuk mahasiswa berada di gedung besar ini. Ya, kampusnya.
"Tumben udah dateng, Ra?" ucap Caca menyindir.
Tiara mensejajarkan langkahnya dengan Caca dan memasang muka bete, "Jadi nyindir aku nih?"
Setelah itu hanya terdengar suara gelak tawa milik mereka berdua. Niatnya pagi ini Caca akan ke perpustakaan dan mencari buku tentang algoritma dan coding. Caca memang kesulitan dalam mata kuliah satu ini, bagaimana tidak? Dulu dia SMA jurusan IPS dan malah salah masuk jurusan seperti ini.
Caca tak bisa sepenuhnya menyalahkan orang tua, karena namanya dinas mau bagaimana lagi. Jadi dulu Caca tinggal di Bekasi dan harus pindah ke Jakarta karena ayahnya pindah dinas. Ini terjadi berulang kali. Sudah beberapa kali Caca pindah sekolah, makanya dia tak terlalu memiliki banyak teman kecuali teman SMA-nya Joanne dan Ana.
"Yaudah, aku ke perpus dulu ya Ra? Gapapa kan aku tinggal?"
Tiara mengacungkan jempolnya seraya terus berjalan ke arah gedung F, yaitu gedung program studi Teknik Informatika. Caca akui, pagi ini terasa lebih dingin dari biasanya. Dia berjalan terus dan memasuki lorong sampai akhirnya Caca sadar bahwa beberapa langkah darinya ada dua orang yang sedang beradu argumen. Lelaki dan perempuan.
Berniat tak mau mengganggu, Caca berbalik arah dan mengambil langkah pelan. Takut ketahuan. Sampai suara perempuan itu berhasil membuat langkah Caca terhenti.
"Cad, sebenernya apa sih makna gue buat lo?"
Ok, bisa Caca simpulkan kalo mereka sedang berkelahi. Pacaran, kali?
Merasa berdosa Caca melanjutkan langkahnya sampai sekarang suara lelaki itu yang berhasil menghentikan langkah Caca untuk kedua kalinya. "Hey, penguntit!"
Caca terdiam.
Tak berbalik.
Tak juga bergerak.
"Ini manggil aku ya?" ucap Caca dalam hati sambil mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.
"Kamu! Heh iya kamu yang di lorong!" sekali lagi suara lelaki itu membuat degup jantung Caca jadi tak karuan.
Dengan hati-hati Caca berbalik dan memasang senyum terpaksa. "Saya?"
"Ya lo lah siapa lagi?" Ok, sekarang giliran yang perempuan yang marah.
"Ma..maaf Kak, tadi saya lewat mau ke perpustakaan bukan niat untuk menguping." kata Caca membalas sopan masih dengan senyum awkward yang tergambar jelas di mimik muka gadis itu.
Lelaki itu berperawakan tinggi, cukup maskulin dengan tatanan rambutnya yang rapi. Sedangkan yang perempuan cantik sekali, rambutnya panjang tergerai lalu sedikit diberi sentuhan curly di bagian bawah. Persis seperti hair goals yang selalu Caca lihat di Instagram.
Sepertinya lelaki itu terlihat tak suka dengan kehadiran Caca sampai akhirnya lelaki itu menarik lengan perempuan itu sedikit kasar dan meninggalkan Caca sendirian dengan perasaan tak enak. Akhirnya Caca melanjutkan perjalanan ke perpustakaan dengan selamat.
YOU ARE READING
Untitled
Teen FictionHer name is Nasha, she is a girl with a lot of positive vibes. Cheerfull, easy going, and tough. But her weakness suddenly showed up and make her became fragile. What's her weakness? ((status : COMING SOOOON!)