Bab 2

11 0 3
                                    


When you love someone just be brave to say
That you want him to be with you
When you hold your love don't ever let him go
Or you will loose your chance to make your dream come true

Reinata berhenti bernyanyi, memikirkan arti dari lyric tersebut. Karna ia bingung ia melanjutkan kembali nyanyiannya. 'tok tok tok' ,suara pintu membuatnya juga berhenti bernyanyi. "makan malam dulu sayang..", suara lebut itu sudah ia hapal, dan sudah melekat ditelinga Reinata. Reinata menumpuk buku-buku yang berserakan diatas meja belajarnya, diranjangnya, tak lupa yang dilantai. Kadang ia lupa dengan yang dibawah ranjang. Karna merasa jember ia langsung keluar untuk makan malam bersama.

"mah, pudding dikulkas buat papa ya?, mama tau aja kalo papa lagi pengen makan pudding", kata papa girang. Reinata yang lapar terus menyendok makanan yang tersaji dipiringnya hingga bersih tak tersisa. "bukan, itu bukan buat papa yee. Itu mama bikin buat tetangga baru kita". Tetangga baru? "masa sedikit aja papa gak dikasih sih ma.." ujar papa sedih. Reinata melihat sekali ekspresi cemberut papa yang lucu karna tidak kebagian pudding lezat mama. "nanti mama bikin yang baru buat papa, Gio, sama Rein". Papa hanya melirik mama dan melanjutkan suapannya, sepertinya ia masih sebal. "emangnya siapa mah tetangga baru kita, terus rumahnya yang sebelah mana?", ujar Reinata penasaran. "itu loh 2 rumah sebelum rumah kita. Yang bekas rumah pak Hj. Soleh. Pak Hj kan pindah ikut anaknya kebekasi semejak anaknya menikah. Kalo disini siapa yang mengurusin dia. Bu Hj kan sudah lama meninggal", cerita mama. Reinata mengangguk mengerti.

Belakangan ini Reinata merasakan rasa yang aneh ketika bertemu Raymond disekolah. Apalagi semejak mereka menjadi rekan osis. mereka seperti...jauh lebih dekat. Kadang, Reinata masih sedikit canggung karna mengingat kejadian waktu itu. ia pun belum sempat mengganti minumannya yang jatuh itu dan..tentunya meminta maaf juga. Ya, kadang Reinata keras kepala menganggap kalau itu bukan salahnya, dan menurutnya apa salahnya kalau ia melakukannya. Waktu pun sudah berjalan terlalu jauh. Jadi Reinata pikir, dia pun sudah melupakannya.

Cuaca yang bagus. Belum turun hujan, tapi Reinata sudah merasa senang. Ya beginilah Reinata. Ia merasa, cuaca yang seperti adalah hari keberuntungannya. Baru saja ia datang, Evelyn sudah menggelendotinya begini. Sudah ia tebak, apa maunya.

"apa?", kata Reinata sinis. "kok sinis gitu sih, gue kan belom bilang apa-apa", ujar Evelyn kesal. Wajahnya hari ini juga tidak seperti orang senang, seperti ada sesuatu.

Selama pelajaran berlangsung Evelyn terus diam dan sesekali dia bicara seperti ini "patah hati nih gue" sembari menepuk-nepuk kepalanya, tapi dia seperti sedang tidak bicara pada Reinata. Sesekali ia perhatikan tingkahnya seperti orang yang sedang frustasi.

"lo kenapa", Tanya Reinata akhirnya. "Raymond... Raymond pacaran sama Marisca". Reinata yang sedang menulis tenang, merasa lemas. Seperti ada yang mengganjan dikepalanya. Reinata berhenti menulis, ada apa denganku, kenapa jadi kepikiran begini, padahal sebelumnya biasa saja. Hanya perasaan saja.

Jangan-jangan, gak boleh-gak boleh-gak boleh, gak mungkin-gak mungkin-gak mungkin!!! Reinata mungkin merasa sudah gila, tapi ia tak yakin kalau ia benar- benar gila. "dasar bodoh!", memukuli kepala sendiri. Reinata mungkin sudah salah besar, aku benar-benar sudah melakukannya.

Cireng, roti goreng, mie rendang, soto.."hari ini kita jajan apa?", selidik Velyn. Rasanya tidak ada lagi selera Reinata untuk makan siang ini. "lo mau apa?", Tanya Evelyn sekali lagi. Evelyn yang patah hati saja masih semangat untuk melahap santapan siang ini, aku? Ada apa denganku. "cireng sapi"

Tebak, tempat kedua setelah pasar dan mall yang paling ramai apa?? Kantin!! Akhirnya Reinata dan Evelyn, makan dikelas berhubung suasana kantin sudah tidak sesepi tadi. 'tap tap tap' saat Reinata melangkah menuju kelas, dilihatnya lihat Raymond dan kawan-kawannya berjalan kearah kantin. Biar ia tebak apa yang dibelinya setelah dari kantin? Soto! Ya soto! Reinata rasa Raymond suka soto, karna setiap kali yang ia lihat, yang dia beli adalah soto. Lebih tepatnya lagi soto plus nasi tanpa bawang goreng.

Raymond melirik kearah Reinata, benarkah? Atau Evelyn? Karna sedari tadi Evelyn senyum-senyum sendiri kearah Raymond. Raymond kan orang yang ramah, dia akan tersenyum kesemua orang yang melihatnya.

***

Raymond mengetuk-ngetuk penanya diatas meja belajarnya. Ia membuka buku tetapi sedari 5 menit sebelumnya halaman itu tidak dibalik olehnya. Ia juga memegang pena, tetapi ia tidak menulis apapun. Matanya menatap tulisan yang ada dibuku itu. Tapi ia tidak seperti orang yang sedang membaca. Ia sedang melamun.

Tiba-tiba saja terbesit dipikirannya sosok Reinata. Semejak insiden itu ia tak penah tegur sapa lagi dengannya. Sampai akhirnya mereka dipilih dan jadi rekan kerja Osis disekolah. Dan saat itu mereka agak sedikit terbuka. Bagaimana tidak ia membutuhkannya untuk membantu tugas kerja osisnya, tentu saja Reinata juga. Tapi bagaimana bisa. Padahal waktu itu ia merasa sangat kesal karna Reinata tidak meminta maaf padanya. Sampai sekarang pun juga tidak. Apa Reinata sudah melupakannya.

Tiba-tiba jari-jemari Raymond terasa kaku dan ia menjatuhkan penanya. Baru saja ia tersadar bahwa sedari tadi ia melamunkan hal yang jelas-jelas sudah sangat lama. Apa ia harus menanyakan lagi tentang kejadian itu pada Reinata, atau lupakan saja? Raymond cepat-cepat mengambil penanya yang jatuh dibawah meja belajarnya dan tiba-tiba ia menguap sangat lebar. "dilanjutin besok aja lah", sambil menutup buku yang sedari tadi ditatapnya.

***

Malam ini tak kulihat satu pun bintang dilangit. Apa ini mendung? Oh tidak dengan cepat Raymond berlari ketempat yang teduh. Dilihatnya orang-orang yang saat itu bersamanya juga berlari menepi didepan mini market menghindari hujan juga beberapa pengendara motor yang ikut menepi kemudian mereka mengenakan jas hujan untuk melanjutkan perjalanan mereka. "sial gak bawa payung", ujar Raymond pelan. Kedua tangannya terus menggosok. Sepertinya hujan malam ini cukup deras. Dibukanya minuman yang sedari tadi dikantonginya. "cess..", suara botol yang dibuka Raymond membuat orang yang berada disebelahnya menengok. Raymond tak peduli. Ia terus meneguk minumannya sampai habis dan melemparnya keluar jalan. "ouch! Hey siapa yang membuang botol ini sembarangan!", ujar seseorang. Semua mata tertuju pada Raymond yang sedari tadi sibuk dengan gadgetnya. "oh jadi kamu!", ujarnya sembari memukul kepala Raymond dengan botol tadi. "eh apa-apaan si lo!", erang Raymond. Mereka berdua saling bertatapan, "Rein.."

"wah gila lo. Sakit kepala gue nih. Untung gue yang kena. Coba kalo orang lain. Udah habis dihajar kali lo", kata Reinata. "orang lain?", ujar Raymond bingung. Reinata masih menggenggam botol yang tadi baru saja terjun dikepalanya dan siap untuk diterjunkan kembali kekepala sang pemiliknya. "iya! Masi ga ngerti?". Raymond menggeleng. "kalo aja yang kena ini botol anak tukang Koran pasti mulut lo udah disumpel pake Koran", jelas Reinata. Raymond hanya tersenyum sambil menggeleng mendengar cerita Reinata.

Hujan tak kunjung reda. Sedari tadi ditatapnya gadis yang berpakaian basah ini, mengapa dia tidak kedinginan dengan rambut kuyup seperti itu ini juga sudah malam. "kenapa melihat seperti itu?", ujar Reinata yang sadar kalo dia sedang diperhatikan. "kenapa lo nyaman banget sama pakaian basah kayak gitu?", tanya Raymond. Reinata diam sebentar dan seperti memikirkan sesuatu untuk dilontarkan pada si pria pembuang sampah sembarangan ini. "ini karna lo. Karna tadi gue kesel gara-gara kepala gue kena botol payungnya gue lempar kejalanan". Raymond tampak sedikit kaget dengan jawaban Reinata, "alasan". Dipukulnya kembali kepala Raymond dengan botol. "aduh ampun! Ayo gue traktir minum".

Jalanan pagi ini sangat ramai. Semua orang mulai beraktivitas kembali setelah libur kemarin. Liburan yang sangat singkat. Bahkan Reinata saja hampir tidak bisa merasakannya. Pagi ini cukup cerah, kemungkinan hujan semakin sedikit atau tidak sama sekali. Beberapa orang berlarian mengejar bus yang berjalan pelan. Oh pukul berapa ini Reinata hampir saja telat. Reinata pun ikut berlarian mengerjar bus seperti yang orang-orang lakukan tapi sayang bus sudah pergi terlalu cepat. "ahh..bagaimana ini", erang Reinata sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ditendangnya batu yang berada disebelah kakinya. "ahh! Siapa yang lempar batu ini kekepala gue!". Reinata yang kaget mendengar teriakan itu spontan menutup kedua mulutnya dan berjalan mundur. Tapi sayang orang yang dikenainya itu menangkap mata Reinata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rain and SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang