"If you could read my mind, you would be in tears."
●●●
"Okay." Kevin tertawa dengan sedikit paksaan. Ia nyaris gila sekarang berada di situasi super awkward seperti ini. Anehnya ia justru semakin tidak bisa untuk tidak berbicara. Dan hal ini akan membuat dirinya terkesan begitu cerewet. "Wah, saya salah kaprah berarti."
"Sebenarnya saya sedikit penasaran," sanggah Haruna cepat. Kevin menghentikan kalimatnya dan terdiam mendengar kalimat terus terang gadis itu. "Tapi setelah dipikir-pikir setiap orang memiliki privasi. Jadi saya berubah pikiran." Jelasnya.
"Saya boleh cerita?"
"Saya bukan penasihat yang baik."
Kevin tidak menyerah. Ia butuh bercerita untuk melegakan hatinya. Ia tidak peduli Haruna akan menyimak dengan seksama atau tidak. Lagi pula, mereka hanyalah sepasang orang asing yang kemungkinan besar tidak akan bertemu lagi. Bahkan jika bertemu mereka hanya perlu saling sapa dan tersenyum. Itu saja dan begitu sederhana. "Saya ditinggal menikah." Kalimat itu meluncur dengan sempurna dari bibirnya.
Haruna langsung menoleh, menatap wajah lelaki itu dari samping. Ternyata, ada luka di balik kekokohan wajah yang sempurna pria di sampingnya. Sekarang, Haruna tidak peduli soal privasi, ia akan mendengarkannya dengan seksama.
"Yang saya lakukan kemarin memang pengecut. Kalau saya ambil suara dari orang-orang tentang apakah saya harus datang ke acara pernikahan mantan saya dan mengucapkan selamat atau tidak, sembilan puluh persen lebih orang akan menyarankan untuk datang agar terlihat gentleman. Saya benar kan?"
Haruna mengangguk.
"Saya termasuk golongan yang kurang dari sepuluh persen itu. Hingga detik ini saya masih merasa seperti pecundang." Kevin tersenyum dan pandangan matanya jatuh ke pasir. "Tidak peduli seberapa keras saya berusaha melupakan orang itu, logika saya masih menuntut saya mengejarnya ke sini. Saya pikir, logika saya akan membawa saya menjadi orang yang tergolong sembilan puluh persen itu, tetapi begitu sampai di sini malah hati yang mengendalikan diri saya. Saya mendadak tidak mampu mendekat sekedar memberi ucapan selamat berbahagia. Untuk pertama kalinya saya benar-benar percaya kalau hati dan logika tidak selalu sejalan."
Haruna membiarkan pria itu terus menjelaskan, bahkan membalas tatapan sendu Kevin cukup lama.
"Saya pikir lima tahun adalah waktu yang sangat baik untuk memulai jenjang ke yang lebih tinggi dalam suatu hubungan. Ternyata ribuan hari sialan itu bukanlah jaminan." Ia terkekeh, menertawakan kisah asmaranya sendiri. "Saya masih penasaran apa yang membuatnya berpaling dengan begitu mudahnya."
"Dia selingkuh?" Untuk pertama kalinya setelah beberapa menit penjelasan berlangsung Haruna bertanya.
"Nggak tahu pasti. Karena berbagai kesalahpahaman, terdapat berbagai persepsi dari masing-masing kami. Saya berpikir kronologisnya dimulai dari hubungan lima tahun, percobaan melamar dan ditolak, saya kehilangan kontak dengannya, dan yang terakhir dia menikah dengan pria lain. Apa saja bisa terjadi jadi saya nggak berani menduga-duga."
Haruna mengangguk mengerti. Berbagai persepsi mulai bermunculan di benaknya. Mungkin orang tua pihak perempuan tidak setuju dengan Kevin. Bisa jadi pihak perempuan dijodohkan secara mendadak. Atau kemungkinan terburuk pihak perempuan berselingkuh. "Kamu nggak mau dengar alasan dari dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Get Married! (CERITA SELESAI)
ChickLit(BUKU TELAH DITERBITKAN) Suatu masa jalan pikiran Miki Haruna terganggu oleh dua pilihan. Hidup dengan cinta dan kesederhanaan, atau bertahan dengan materi yang berlimpah tanpa asmara. Bagaimana kalau sejauh ini ia tidak pernah merasa memiliki kedua...