Bagian 1

2.4K 368 509
                                    

Aku mengernyitkan dahiku saat merasakan beberapa pasang mata yang menatap ke arahku. Heran? Tentu saja aku heran karena hey aku ini Nadya safira. Aku hanya siswa biasa, bukan siswa populer yang selalu menjadi pusat perhatian. Lantas kenapa sekarang setiap murid yang berpapasan denganku selalu menatapku seperti itu?

Kupercepat langkahku menuju kelas. Sesampainya di sana, aku langsung menghampiri Dimas yang sedang serius dengan bukunya.

"Dim," panggilku. Dimas menoleh ke arahku namun tak mengatakan apapun. "Ada yang aneh ya sama gue?" tanyaku, membuat laki-laki itu mengerutkan dahinya.

"Maksud lo?" Dimas balik bertanya sambil menatapku heran.

"Entahlah, dari tadi semua orang merhatiin gue kayanya, gue gak tau tapi gue rasa gak ada yang salah deh sama gue." Dimas bergumam kemudian kembali menuliskan sesuatu di bukunya, "Karena pengumuman yang di mading kali," kata Dimas cuek tanpa memalingkan wajahnya dari buku.

"Pengumuman di mading? Pengumuman apaan?" tanyaku waswas. Entah kenapa aku merasa sesuatu yang buruk telah terjadi.

"Lo liat aja sendiri!"

"Gue harap itu bukan sesuatu yang buruk apalagi menyangkut gue." Dimas mengangkat kedua bahunya sekilas.

"Eh mading mana yang lo maksud?" tanyaku sebelum pergi.

"Mading yang deket kantin," katanya. Aku mengangguk kemudian berjalan cepat ke arah mading yang Dimas maksud.

Mataku langsung melotot saat melihat sesuatu yang tak lazim untuk ditempelkan di mading sekolah. Tanganku terkepal kuat untuk menahan emosiku yang sudah ingin meledak saat itu juga.

Sebuah karton berwarna pink berukuran sekitar 50 x 40 cm. tapi bukan itu yang membuatku nyaris terkena serangan jantung, tapi tulisan yang tertera di karton itulah penyebabnya.

NADYA WOULD YOU BE MINE?

Sekali lagi aku membaca tulisan dengan huruf kapital dan ditulis besar menggunakan spidol white board. Di bawah tulisan itu ada gambar seorang laki-laki yang sedang berlutut sambil memegang sebuket bunga. Yang digambar menggunakan pensil.

"Dasar cowok gila!" gumamku menahan kesal saat membaca tulisan kecil dipojok kiri paling bawah.

#pangeran berkuda putihmu

"Awas ya lo." Aku menarik paksa karton yang menempel lekat di mading tanpa kaca itu. beberapa orang yang ada di sana langsung menatapku ke arahku, tapi aku sudah tidak peduli lagi.

Dengan langkah cepat aku bergegas menuju kelas orang gila yang sudah membuat kekacauan ini. Aku berhenti di depan kelasnya, tidak berniat untuk masuk dan membuat kekacauan di kelas orang lain. Sampai kulihat seorang laki-laki yang sedang berjalan ke arahku, atau tepatnya ke arah kelas itu. Dia adalah salah satu penghuni kelas 12 IPS 1. Dengan kata lain, dia adalah teman sekelas orang gila itu.

"Ris tolong panggilin Rayhan dong!" ujarku pada cowok kurus berambut gondrong bernama Aris itu. Aku heran kenapa guru kesiswaan tidak memarahi atau mencukur rambut Aris.

"Oh oke," katanya kemudian berjalan masuk ke dalam kelas. Tak lama kemudian Rayhan, orang yang sudah membuatku kesal setengah mati, berjalan menghampiriku dengan santai dan gaya sok cool nya.

Sebelum ia sempat membuka mulutnya, aku langsung menarik tangan Rayhan dan membawanya ke UKS yang terlihat kosong.

"Ray lo ini udah gila ya?" kataku kesal sambil mengacung-ngacungkan karton yang tadi kulepas dari mading. Sementara Rayhan hanya menatapku sambil tersenyum aneh, dia sama sekali tidak terlihat merasa bersalah.

"Ah jadi lo udah liat ya," katanya.

"Maksud lo apaan sih masang yang kaya gini di mading, malu-maluin aja tau gak?"

"Gue cuma mau nyatain perasaan gue dengan cara special, emangnya salahya?" tanya Rayhan dengan wajah lugunya. Aku melongo mendengar ucapannya barusan.

Special? Yaampun Rayhan bloon benget sih lo, masa yang kaya gini dibilang special. gerutuku dalam hati. aku benar-benar tidak tahu jalan pikiran cowok yang ada di depanku ini.

"Jadi apa jawaban lo?" pertanyaan Rayhan sukses menyadarkanku kembali ke dunia nyata.

"Jawaban apaan?" tanyaku pura-pura tidak tahu. Rayhan menunjuk karton yang kupegang menggunakan dagunya.

"Menurut lo?" kataku sebal sambil memutar bola mataku dengan malas.

"So pasti lo bakal nerima gue, iya kan?" kata Rayhan percaya diri. Aku mendengus sebal, kemudian menatapnya tajam seolah-olah aku ingin menerkam laki-laki itu.

"Ngarep aja lo," kataku sewot sambil melemparkan karton itu pada Rayhan dan pergi meninggalkannya.

Kudengar suara Rayhan yang memanggilku beberapa kali, tapi aku tidak menghiraukannya. Rayhan sudah berhasil membuatku bad mood di pagi hari.

"Nad!" Rayhan tiba-tiba saja sudah berdiri di depanku. Aku mencoba untuk menghindarinya, tapi dia terus saja menghalangi jalanku.

"Minggir gak lo!" bentakku padanya. Bukannya menepi, Rayhan malah membentangkan kedua tangannya.

"Jawab dulu pertanyaan gue!" titahnya. Aku melotot ke arahnya sambil berkacak pinggang. Mencoba membuatnya takut tapi sepertinya tidak berhasil. Dia masih menatapku dengan tatapan berharapnya.

"Lo ini gak ngerti bahasa manusia apa gimana sih? Udah gue bilang gue gak mau jadi pacar lo. Gue itu gak suka sama lo, ngerti!" kataku penuh penekanan. Rayhan melipat kedua tangannya di depan dada. Memicingkan matanya ke arahku lalu mengusap-ngusap pelan dagunya.

"Gimana caranya supaya lo suka sama gue?" tanyanya pelan, lebih terdengar seperti gumaman bagiku.

Aku menghembuskan napas kesal. mecoba bersikap sabar sambil mengelus dadaku pelan.

Jika saja aku tidak ingat kalau aku sedang berada di sekolah, sudah kuhajar Rayhan dari tadi.

"Rayhan dengerin gue baik-baik ya, gue itu gak suka sama lo dan gue rasa gak ada cara yang bisa bikin gue suka sama lo," ujarku selembut mungkin. Aku melempar senyum ke arahnya, berharap kalau laki-laki itu mengerti apa maksud ucapanku barusan.

"Kalau gue nembak lo dengan cara lain, apa lo bakal nerima gue?"

"Rayhannn." Aku mengerang frustrasi sambil mengepalkan kedua tanganku. Detik berikutnya aku merasakan kepalaku berdenyut pelan.

Oh Tuhan aku tidak tahu lagi bagaimana caranya membuat Rayhan mengerti. aku tidak menyukainya, dan dia tidak bisa memaksaku untuk menerima cintanya. Rayhan benar-benar bodoh, dia sama sekali tidak mengerti dengan ucapanku.

"Masa sih Nad gak ada satupun cara yang bisa bikin lo suka sama gue?"

"Ganteng? Iya, tinggi? Lumayanlah, baik? Udah pasti. So, apa yang jadi kekurangan gue?" tanyanya dengan nada percaya diri.

Jika ada yang tahu bagaimana caranya membuat laki-laki seperti Rayhan menyerah, tolong beri tahu aku. Atau setidaknya cara bagaimana agar laki-laki itu mengerti dengan semua ucapanku.

"Nyebelin, malu-maluin, tukang paksa, kelakuan kaya bocah dan masih banyak lagi hal yang bikin gue gak suka sama lo." Rayhan menatapku cukup lama. Entah apalagi yang sedang ia pikirkan.  Kuharap dia tidak berniat untuk menculikku dan memaksaku untuk menikah dengannya.

"Oke kalau gitu berarti gue bakalan terus ngedeketin lo supaya lo terbiasa dan bisa nerima sifat gue."

Ya Tuhan kenapa kau ciptakan manusia menyebalkan seperti Rayhan?

TBC

2 Agustus 2016

Crazy Love [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang