***
Seharusnya kamu pegang tanganku ...
Seharusnya aku pegang tanganmu ...
Agar kamu tak kehilanganku
Agar aku tak kehilanganmu
Seharusnya ...
***
Jakarta, 2006
Pada mulanya bagi Agatha dan Revan semuanya sangatlah menyenangkan.
Pada awalnya pernikahan itu benar-benar membuat mereka berdua di mabuk kebahagiaan.
Ketika itu Agatha baru saja menyelesaikan Sekolah Menengah Atasnya dan Revan yang masih menempuh bangku kuliah.
Keduanya masih sama-sama anak ingusan.
Kala itu Agatha berumur 18 tahun dan Revan 20 Tahun. Tidak ada yang lebih penting daripada cinta. Itulah yang mereka rasakan.
Cinta itu buta. Dan mereka mengamini kalimat melankolis itu.
Agatha yang tumbuh besar di panti asuhan benar-benar tak memiliki siapa-siapa kecuali seorang wanita renta yang memungutnya dari panti sejak Agatha masuk jenjang SMP.
Bertahun-tahun tinggal bersama wanita tua yang sudah dianggapnya sebagai ibu itu membuat Agatha bersyukur.
Setidaknya ada seseorang yang bisa ia panggil ibu menggantikan sosok ibu kandungnya yang namanya saja pun Agatha tak tahu.
Namun akhir-akhir ini sang ibu mulai sakit-sakitan.
Ginjal.
Dan harus segera dioperasi.
Tapi Agatha sama sekali tak punya uang untuk operasi ginjal yang berkisar 25 Juta itu.
Uang tabungan di wadah ayam-ayaman miliknya hanya Rp. 500.000,- dan itupun terdiri atas lembaran uang lusuh seribuan dan recehan 500 an dari hasil kerja keras Agatha sebagai buruh cuci.
Agatha sedih. Namun larut dalam kesedihan bukanlah solusi.
Meski Agatha menangis seharianpun Agatha tetap tak bisa mendapatkan uang sebanyak itu untuk operasi sang ibu.
Kemudian saat itulah pertama kalinya bagi Agatha untuk bertemu Revan.
Agatha pada mulanya tidak pernah berharap seseorang dapat membantunya untuk membiayai operasi sang ibu. Dirinya tak punya siapa-siapa untuk berkeluh kesah.
Tak mempunyai kolega sama sekali.
Agatha benar-benar kebingungan. Apalagi kata dokter penyakit ibunya semakin parah dan harus sesegera mungkin di operasi.
***
Dengan berbekal nekat Agatha pergi ke pinggiran jalan raya. Ketika seorang bapak-bapak gendut dengan pakain khas kantor menenteng tas hitam berjalan menuju ke arahnya. Agatha bersiap-siap dan berlari. Menerjang bapak-bapak gendut itu dengan tubuh mungilnya tangannya bergetar hebat ketika berusaha mengambil dompet kulit yang mengintip dibalik saku celana bapak gendut itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua
RomanceDON'T COPY DON'T REMAKE #2 Trilogi Short-Story (Revan - Agatha Season) Yang Agatha tahu adalah dia mencintai Revan. Yang Agatha mengerti adalah Revan mencintainya. Agatha punya setumpuk harapan di pundak Revan. Agatha memiliki kepercayaan di dalam b...