DISGUISE [PART 1]

6.2K 198 4
                                    


"Siap, pak,"
"Dan ingat jangan pernah memberikan identitas asli mu kepada siapapun dan dimanapun," ucap lantang pria tua yang masih begitu gagahnya dan merupakan komandan dari organisasi ini.
"Baik, pak," ucap seorang wanita berbadan mungil itu dengan lantang dan tegas sembari memberi hormat dan pergi dari ruangan pria tua tersebut.

Keyla Chintya Weghorn, Itulah nama lengkap dari wanita dengan tinggi 155 cm itu. Dia berumur 19 tahun dan telah tergabung dengan intel organization sebagai seorang agen rahasia selama 2 tahun. Kedua orang tua Keyla adalah seorang agen rahasia yang bekerja di organisasi ini tetapi telah tiada akibat misi terakhir yang diberikan komandan, misi melawan mafia kelas kakap yang sampai sekarang pun masih berkeliaran untuk melakukan kejahatan. Keyla bersikukuh dia akan menangkap mafia tersebut. Dia berusaha keras untuk bisa masuk ke intel organization sebagai pembalasan dendam kedua orang tuanya.

"Hai Keyla" sapa seorang pria bertubuh tinggi dan putih menghampiri Keyla didalam lift.
"Arnold? Aku ada di sebelah kanan kamu bukan di sebelah kiri kamu. Sengaja banget kamu ngeledek aku!" ucap Keyla kesal.
"HAHAHA canda aja, nanti aku beli balon deh biar kamu ga kesal lagi,"
"Balon putih ya," pinta Keyla tetapi dengan wajah yang berpura-pura kesal.
"Siap cantik," ucap Arnold sambil tersenyum kepada Keyla.
"Ga mempan di aku ya Nold senyumnya kamu itu,"
"Hahaha iya deh iya. By the way kamu dikasih tugas apa sama komandan?"
"Kasus narkoba yang diselundupkan di sekolah,"
"Oh kasus yang lagi booming di SMA 888,"
"Iya, polisi minta kita menyelidiki terlebih dahulu. Kalau memang sekolah itu diselundupkan narkoba oleh mafia, segera mereka akan menangkapnya."
"Mafia skyworld?"
"Kabarnya begitu,"
"Bukannya..." perkataan Arnold terhenti akibat Keyla yang memotong pembicaraan.
"Arnold aku duluan ya, bye." ucap Keyla langsung pergi setelah pintu lift terbuka.

Arnold pun terdiam beberapa saat dan tersenyum dengan diiringi pintu lift yang tertutup kembali.

---------------------------------------------------------

"Ini baju dari SMA 888 beserta ijazah dan berkas yang harus kamu berikan saat masuk sekolah tersebut," ucap wanita dengan kacamata minus yang sangat tebal itu sembari memberikan keperluan-keperluan yang dibutuhkan Keyla untuk melakukan penyamaran.
"Leoni Wrein," bacaku saat melihat nama di berkas-berkas itu.
"Iya, nama samaranmu adalah Leoni Wrein, bersekolah di SMA 888 Jakarta Pusat, lahir pada bulan 29 Maret 2001 dengan nilai ujian 38,20, masuk kedalam kelas unggulan IPA yaitu Kelas 10 IPA 1," ucap Mrs. Siska menjelaskan panjang lebar.
"Mrs. Siska, kamu selalu hebat dalam membuat dan memalsukan data untuk penyamaran," pujiku kepada Mrs. Siska yang bertugas untuk membuat data-data yang akan digunakan oleh para agen dalam melakukan tugasnya.
"Bagaimana perilaku yang harus aku perankan?" Tambahku.
"Ceria, murah senyum, ramah, easygoing dan smart seperti Leoni Wrein yang asli,"
"Not difficult I think,"
"Yes, memang mudah, penyamaran hanya seperti kita yang sedang bermain peran di sebuah teater tetapi teatermu dalam kehidupan nyata dan berbahaya,"
Aku hanya tersenyum saat wanita tersebut mengatakan hal itu.
"Keyla, aku yakin kamu pasti bisa menangkap mafia yang membunuh kedua orang tuamu. Mereka itu..."
"Cukup Mrs. Siska, aku sedang tidak ingin membicarakan hal tersebut. Lebih baik kamu beritahukan saja apa yang harus aku lakukan di sekolah itu nanti," potongku karena memang aku tidak suka dengan topik itu.

Mrs.Siska memberitahukanku bagaimana aku harus berperilaku dan hal lain agar diriku mampu menjalani penyamaran ini. Jika memang mafia yang menyelundupkan narkoba disekolah tersebut adalah mafia yang sama yang telah membunuh kedua orang tuaku, aku akan menghabisinya seperti apa yang mereka lakukan.

---------------------------------------------------------

SMAN 888 JAKARTA

"Inilah sekolah tempat penyelundupan narkoba yang ditanam selama 10 tahun belakangan ini," Jelas jendral Harry dari voice chip yang terpasang di lengan kananku.

(Flashback)

"Keyla, sebelum kamu pergi. Kami akan memberikanmu chip."
"Bukankah aku sudah memiliki chip yang terpasang di belakang leherku?"
"Ini chip berbeda yang akan digunakan untuk berkomunikasi dengan kami sehingga kamu tidak perlu menggunakan earphone lagi.. Cukup kamu berbicara dan kami akan mengetahui semua hal yang kamu bicarakan,"
"Oh, Baiklah" ucapku sembari menyodorkan lengan kananku untuk disuntik voice chip cair berbahan silikon. Aku merasakan sensasi yang begitu aneh untuk beberapa menit dan kemudian pingsan. Saat aku tersadar mereka menjelaskan efek dari chip tersebut dan menjelaskan mengenai misi apa saja yang harus aku lakukan.

(Flashback off)

Menurutku, sekolah ini terlihat sama dengan sekolah pada umunya jika dilihat dari luar.

"Baiklah kita mulai dari hari ini, Leoni Wrein." Gumamku dan berjalan memasuki SMA 888 Jakarta tersebut.

Saat aku sedang berjalan dengan santainya, tiba-tiba seorang laki-laki yang sedang berlari tidak sengaja menabrak tubuhku sampai diriku terjatuh ditanah.

"Aduh... sakit..." Ucapku kesakitan.
Laki-laki tersebut dengan refleks langsung menghampiri Keyla yang terjatuh.
"Eh sorry banget, aku lagi buru-buru soalnya" ucap laki-laki tersebut dan langsung meninggalkan diriku begitu saja.
"Cuma bilang sorry?!" Teriakku kesal. Lelaki tersebut membalikkan badannya dan mengatakan "maaf" kemudian berlari lagi dengan cepat.
Aku pun bangun kembali dan merapikan baju dengan kesal.
"Dia belum tahu aja aku siapa," gumamku.

---------------------------------------------------------

Aku berjalan di koridor sekolah sembari melirik kearah pintu yang bertuliskan keterangan kelasnya masing-masing.
"Kelasnya dimana ya?" ucapku kebingungan.
"Dilantai 3," bisik seseorang kepadaku. Refleks aku langsung menamparnya karena mengagetkanku.
"Duh. Ko nampar aku si?" Ringis laki-laki tersebut sambil melihat diriku dengan kaget. Aku melihat laki-laki tersebut dan ternyata... ARNOLD.
"Leoni, ini aku Andrew," ucap arnold menyebutkan nama samarannya.
"Oh kamu Andrew, makanya jangan mengagetkan aku dong," ucapku sambil mengelus pipinya dan meminta maaf kepada orang-orang yang sedang terpaku melihat kita berdua.
"Drew aku mau ngomong," bisikku dan kemudian aku menarik lengan Andrew untuk membawanya ke tempat yang lebih sepi.
"Arnold, kamu ngapain disini?" ucapku pelan.
"Aku ditugaskan komandan juga disini,"
"Komandan kenapa ga ngasih tau aku si?"
"Kirain kamu udah tau,"
"Aku kira cuma aku agen yang diperintahkan."
"Komandan itu bilang kamu ga mungkin bisa ngerjain ini sendiri makanya kemarin dia minta aku buat bergabung dan bantuin kamu untuk menyelesaikan misi,"
"Oh begitu, by the way sorry banget ya aku nampar kamu. Lain kali tuh jangan bikin aku kaget."
"Iyaa hahaha,"
"Yaudah aku mau ke kelas dulu, kamu bilang di lantai 3 kan? Thank's"
"Aku juga ikut kan kita sekelas" ucap Arnold dan tersenyum manis seperti biasanya.
"Ga mempan."

To be continued.

Secret AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang