Prologue

69 9 5
                                    

Sesosok raga anggun bergaun cinderella berjalan lemah memasuki taman. Kelopak mata yang membengkak karena ratapan, menuturkan kedalaman sedihnya. Terpaan air hujan mengaburkan penglihatanya pada menara jam di depanya. Tangan kananya memeluk boneka kelinci. Digigitnya sendiri pergelangan tangan kirinya. Mengoyak dengan gigi gemetar hingga putus otot ototnya. Darah mengalir jatuh seirama dinginya air hujan yang menikam sekujur kulitnya. Begitu menara jam berdendang menyerukan pukul 12 malam, dengan suara tertahan yang berbaur dengan desahan kesakitan, ia berkata :

"Darahku kotor, dagingku akan membusuk. Aku bukan Cinderella, kisahku tak seindah dirinya. Aku terlahir sia sia . . . "

* * *

2 bulan sebelumnya, 24 Juli, 16:30

Jauh dari keramaian. Sepasang mata (Lena 21 tahun) bermaskarakan kebencian, menatap hina pada 2 insan pemadu kasih. Lena mengikat rambut panjangnya dan berjalan anggun ke arah mereka yang bercumbu di dalam mobil. Dengan genggaman tanganya yang menyeret pemukul bola golf. 1 ayunan lembut Lena menghancurkan kaca mobil dan membuat terperanjat mereka berdua yang telanjang di dalamnya.

"Lena! aku, aku bisa jelaskan ini!" kata si lelaki gugup seraya mengenakan pakaianya.

Lena meludahkan permen karetnya dan menatap si wanita.

"Hey pelacur, kau mengambil pelangganku!"

"Tubuh busukmu sudah tidak enak lagi untuk dipeluk, sudah wajar kalau dia memilihku!"

Lena yang mudah naik darah, memukulnya dengan keras. Pukulan ke dua di tahan si lelaki.

"Lena, tahan emosimu!. Percayalah, hanya kau yang kucinta" ucapnya gugup

"Aku tak butuh cintamu!, aku butuh uangmu!!!"

24/7 CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang