Taman kota. Tempat di mana para pemuja cinta memadu kasih. Tidak sedikit dari mereka yang saling mengumbar asmara. Tidak hanya saling merayu, tetapi juga saling bercumbu. Satu ayunan tongkat pemukul Lena menghantam mesin minuman menghancurkan kaca penutupnya. Teriakan ketakutan dan keterkejutan langsung mengisi taman. Beberapa pasang mata menatap Lena dengan rasa takut. Dan beberapa lainya menatapnya dengan rasa benci. Mereka tahu siapa itu Lena. Wanita pemuas nafsu yang sering mondar mandir di jalanan.
"wanita gila!. Kenapa kau rusak barangku?!" maki pria pemilik warung setempat
Tak menghiraukan, Lena mengambil sekaleng minuman dingin dan menegaknya
"jika tak kau ganti,.."
Lena menyumpal mulut pria tersebut dengan beberapa lembar uang ratusan ribu sebelum selesai memakinya. Membuatnya nyengir dan terdiam.
Lena melangkah melewati beberapa pasangan yang terus memperhatikanya. Meski iri, namun Lena tahu diri. Ia merasa seperti sampah yang tak di inginkan. Bagi Lena, pria adalah uang. Begitu juga bagi para pria, Lena adalah sesosok kenikmatan sesaat saja. Tapi bukan berarti tidak ada pria yang ia hargai. Hanya ada 1 pria yang sangat ia kagumi dan hargai melebihi dirinya sendiri. Pria yang saat ini sedang terlelap di depan rumahnya. (Vahn 20 tahun)
Lena memperhatikan wajah lugu Vahn yang sedang tertidur. Lama sekali ia menatap wajah Vahn yang bengkak seperti habis di pukuli. Hingga ia tidak menyadari waktu berlalu 30 menit lamanya. Saat jari telunjuk Lena menyentuh hidung Vahn yang mancung, Vahn tersentak dan teriak
"Tolong!!" teriak Vahn membuat Lena terkejut
"Berisik!" bentak Lena dengan memukul kepala Vahn
"ah,. Kau sudah pulang.." balas Van mengusap kepalanya
"kenapa tidur di luar? Bukankah kau tahu tempat dimana ku simpan kunci rumahku?"
"aku lebih suka tidur di luar daripada jadi bahan gosip orang" jawab Vahn mengikuti Lena masuk rumah
Lena melihat cara berjalan Vahn yang tak sempurnya mencoba menyentuh kakinya. Tapi Vahn menepisnya
"kenapa kau terluka??" tanya Lena
Terlihat Vahn yang ragu ragu untuk menjawab. Ia hanya tertunduk malu dan menggaruk kepalanya. Sejenak kemudian ia menjawab
"aku di hajar ayahku karna mencuri uangnya"
"ckckckc,. Sudah berapa kali ku bilang, kalau soal uang aku bisa usahakan" jawab Lena dengan memukul kepala Vahn berkali kali
"karna itulah aku kesini. Hari ini ulang tahun Bulan. Aku ingin pinjam uangmu untuk beli sesuatu sebagai hadiah" jawab Vahn pelan
Lena menatap muka Vahn yang tertunduk malu sejenak.dalam hatinya ia sangat cemburu dan iri dengan Bulan. Tapi baginya, tiada hal yang lebih indah daripada melihat Vahn yang bahagia tiap kali ia bercerita tentang hubunganya dengan Bulan. Tak lama kemudan Lena memukulnya lagi
Pertemanan Lena dan Vahn berawal setahun yang lalu. Saat itu hujan deras. Vahn datang dan memberi payung pada Lena yang duduk termenung di pinggir bak sampah
21 : 30,
Di sepanjang jalanan kota yang ramai, Vahn berjalan mendahului Lena dengan membawa sebungkus bingkisan dan sebuah boneka kelinci sebesar 17 inc. Di belakangnya, Lena berjalan mengikuti Vahn yang berbunga bunga sambil mengerutkan dahinya. Tatapanya seolah tidak rela dengan ulah Vahn
"kau habiskan uangku untuk beli pembalut jelek itu?" tanya Lena yang masih tidak percaya dengan apa yang telah Vahn beli
"ini gaun Cinderella" balas Vahn "gaun ini akan membuat Bulan tampak seperti bidadari. Keanggunan wanita adalah hal utama bagiku" lanjut Vahn dengan tersenyum lebay. Tidak hanya itu, ia juga menyapa setiap pasangan yang berhampiran denganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
24/7 Cinderella
Romantizm"Ini bukan kisah Cinderella. Ini tak seindah kisahnya. Ini hanya sebagian kecil dari kisah di kehidupan."