Lewat dini hari, lolongan anjing di perumahan yang sepi menemani seorang gadis (Bulan) yang berusaha melangkahkan kaki jenjangnya. Tubuhnya setinggi 160cm. beratnya sekitar 45kg. rambutnya sebahu. Wajahnya mungil dan cantik, tapi tatapan matanya kosong seperti mayat. Entah sudah berapa jauh ia melangkahkan kaki nya pulang ke rumah. Terlihat telapak kakinya yang terjanjang memerah. Tubuhnya terlihat lemah, tapi wajahnya terlihat tak bernyawa.
Di tatapnya sebuah rumah megah dengan pagar besi di gerbangnya. Tak lama kemudian, ia membuka pintu gerbangnya pelan pelan. Berusaha untuk tidak membangunkan penghuni rumah.
"kau pulang sendiri?" ucap seorang wanita paruh baya (Mirna 48 tahun)
Mirna adalah ibu Bulan. Ia sengaja menunggu kedatanagan Bulan. Bulan terlihat gugup dan takut melihat ibunya tengah berdiri di samping gerbang sambil mabuk.
"Rendi mengantarku sampai,." Belum sempat Bulan beralasan, Mirna memukulnya hingga terjatuh di rerumputan.
"Ayah Rendi menelponku. Ia bilang kau telah mempermainkan anaknya. Kau bertingkah baik dan bahagia di depan mantan kekasihmu yang miskin itu. Entah siapa itu namanya aku tak perduli. Apa yang sedang kau pikir dan rencanakan?" Tanya Mirna menarik rambut Bulan dengan keras sampai rontok beberapa helai di jari jarinya
"Aku berusaha mengakhirinya mah, hubungan ku dengan Vahn, aku mengakhirinya"
Mirna memukul Bulan dengan keras. Merasa belum puas, ia pukul lagi sampai bibir Bulan berdarah. Lebam di sekujur tubuh sudah biasa Bulan alami sejak masih kecil. Ini terasa seperti menghirup udara baginya.
"Kau kuperintahkan untuk bertunangan dan menikah dengan Rendi secepatnya. Dan aku tak peduli dengan kisah cintamu dengan gelandangan miskin itu. Tapi hari ini kau buat aku malu!! Apa yang bisa kau pertanggung jawabkan jika keluarga Rendi membatalkan pernikahan?!!"
Teriakan demi teriakan Mirna menghiasi halaman rumah. Beberapa tetangga yang melihat dari jendela rumah mereka pun memilih untuk berdiam diri melihat Bulan di siksa. Ini sudah terlalu biasa bagi mereka.
Bulan menutup wajahnya dengan kedua lengannya. Saat Mirna mengambil botol minumanya
"aku akan menurut, aku akan berusaha memperbaikinya mah" ucap Bulan
Satu pukulan keras mendarat di kepala Bulan. Botol yang berisi air pecah hingga membuat kepala Bulan berdarah. Tanpa mereka sadari, seorang gadis kecil (Bintang 5 tahun) memeluk bulan sambil terisak.
"Jangan pukul kak Bulan lagi" ucap Bintang
Mirna menatap anak gadisnya yang sedang menangis ketakutan. Tapi itu tidak membuat hatinya luluh. Ia mengambil sisa botol minumanya dan memukul kepala Bintang. Tapi Bulan memeluknya hingga tubuh mungil Bintang tertutup dari amukan Mirna.
"Kau pun harus di hajar agar menurut saat dewasa nanti!"
Mirna memukulkan pecahan botol minumanya ke kepala Bulan. Tajamnya pecahan botol mengoyak kulit rambutnya. Darah segar mengalir melalui wajah dan terjatuh di pipi Bintang. Anak kecil tersebut Cuma bisa terisak ketakutan. Terlihat dari pelukanya pada Bulan semakin erat.
Merasa puas, Mirna meninggalkan mereka menuju rumahnya. Bulan menatap ibunya dari belakang dengan tatapan kosong. Ia pun menggendong adiknya dan membawanya ke kamar. Pelukan Bulan pada Bintang bagaikan seorang ibu yang mengasihi darah dagingnya.
"Tidurlah di kamar kakak,. Kakak punya film larva session baru" ucap Bulan pada adiknya yang masik menangis ketakutan
"Bulan membaringkan tubuh adiknya yang gemetaran ke ranjangnya. Tapi Bintang seolah tidak mau lepas dari pelukanya.
"Lihat Hp kakak. Kau suka film ini kan?" Tanya Bulan.
Bulan memakaikan Headshet besar di kepala Bintang. Bintang pun mulai menikmati video nya. Dengan pelan Bulan menyentuh kedua pipi Bintang dengan telapak tangannya yang berdarah. Dengan tersenyum manis Bulan berkata :
"Dengar kakak,. Apapun yang kau dengar nanti, jangan beranjak dari kamar kakak."
Bintang mengangguk dan kembali menonton video larva kesukaanya. Bulan memainkan radio di kamarnya agak keras. sangat keras hingga telinga tetangga pun mendengarnya. Ia pun meninggalkan kamarnya menuju dapur. Tak lama kemudian terdengar teriakan dan umpatan Mirna di kamarnya.
"Bulan!! Matikan radio mu!!" teriak Mirna dengan setengah mabuk.
"Bulaaaan!!! anak cacad!! kau sama cacadnya seperti ayahmu!"
Bulan keluar dari dapur menuju ke kamar ibunya. Tatapanya kosong bagai mayat. Benar benar tidak bisa terbaca apa yang ada di benaknya. Tangan kirinya memegang pisau. Di bukanya pelan pelan pintu kamar ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
24/7 Cinderella
Romance"Ini bukan kisah Cinderella. Ini tak seindah kisahnya. Ini hanya sebagian kecil dari kisah di kehidupan."