-:- Hai, Anira kembali hadir membawa cerita yang kalian tunggu -:-
Happy reading...
.
.
.Heronie sampai didepan ruangan kepala sekolah, terhenti sejenak lalu membalikkan badannya.
"Teri.... Loh..? Kemana perginya pemuda itu tadi?" ucapanya terpotong saat menyadari tak ada siapa pun yang berdiri dibelakangnya.
Mengernyit heran lalu mengedikkan bahunya tak peduli. Heronie mengetuk pintu ruangan itu.
Tok toktok
"Masuk.." sahut seseorang yang ada didalam ruangan itu.
Heronie memutar knop pintu lalu masuk kedalam ruangan yang remang cahaya itu.
Disana duduk seorang pria berambut pirang, hampir sama dengan Heronie. Dan tengah memeriksa setiap tulisan yang ada di dokumen yang dipegang.
“Heronie, kamu sudah besar ya sekarang. Terakhir paman lihat kamu saat umur 8 tahun” ucapan lembut desertai pelukan hangat itu menyambut Heronie.
"Mari ikut Paman ke ruang kelas barumu" sapa dan ajakan itu dilontarkan oleh pria tampan, dan rambutnya hampir mirip Heronie.
"Baik paman" sahut Heronie, lalu mengikuti kepala sekolah dari belakang.
Kepala sekolah, mengajak Heronie kesemua tempat yang ada disekolah ini. Dan berakhir mengantar Heronie ke ruang kelasnya. Saat sampai disebuah kelas, kepala sekolah terhenti didepan pintu dan berbalik.
"Heronie, kau tunggu disini dulu ya!" ucap kepala sekolah dan diangguki Heronie.
Kepala sekolah masuk dan menyapa semua murid.
"Selamat pagi anak anak" sapanya sambil tersenyum hangat.
"Selamat pagi pak" jawab para murid serempak.
"Anak anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Keponakan bapak, ayo masuk..." ucap kepala sekolah lalu menyuruh Heronie masuk.
Heronie masuk dengan gugupnya kedalam kelas, lalu mulai memperkenalkan diri.
"Salam kenal semua. Namaku Heronie Aksgaustria, pindah ke kota ini baru 2 hari yang lalu" ucap Heronie grogi dan mencoba tersenyum manis.
"Apa ada pertanyaan untuk Heronie?" tanya kepala sekolah pada semua murid.
"Apa kamu udah punya pacar?"
"Wajah kamu cantik banget..."
"Kamu imut deh, aku jadi suka.."
"Kamu tinggal dimana?"
"Umur kamu berapa?"
"No telefonnya berapa?"
Belum sempat Heronie menjawab semua pertanyaannya, suara baritone itu mengintrupsi.
"Sudah cukup pertanyaannya. Heronie, kamu boleh duduk dibangku kosong samping jendela" perintah kepala sekolah dengan senyum ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Legend of Rose: Demon Blood
FantasySebuah kesalahan terjadi saat seseorang dari 2 klan saling menyukai. Apalagi melahirkan sesosok baru yang lebih kuat. Perasaan iri yang sudah menggerogoti hati semua klan. Memicu terjadinya perang antar klan. Hanya wanita itu yang terlihat tenang...