AITE 1

37 0 1
                                    

Ini hanya ungkapan hati. Setumpuk beban batin yang ingin disampaikan, bukan cerita yang penuh konflik, bukan pula cerita yang so sweet. Hanya perasaan nyata yang tertahan. Hanya itu...

***

"Sedewasa apapun kamu nanggepin cinta, jatuh nya tetep childish, egois, nangis!."

"Omongan kamu kayak pakar cinta aja, udah deh mood aku lagi nggak bagus, mending kamu pergi dan tinggalin aku sendiri disini."

"Whatthe! Okeh, masak aja tuh cinta, ceplokin terus tambahin garam biar enak! Aku pergi, bye!."

Sivia pergi. Sahabatku..

Apasih cinta itu? Apa iya jatuhnya tetep childish, egois, dan nangis aja? Kesannya cinta itu nyakitin gitu yah, apa nggak ada bahagianya?

***

Aku (pernah) bahagia sama kamu, mungkin emang cuma sama kamu aku (pernah) sebahagia ini. Tapi yang menjadi pertanyaanku, apa kamu bahagia sama aku?

"Aku ngelihat dia dari sisi yang nggak pernah kalian lihat dari dia!!." Amarahku membuncah, kali ini kamu keterlaluan Sivia.

"Namanya juga cinta, kalo nggak buta yah burem!."

"Terserah kamu deh, kamu nggak tau apa-apa tentang kami. Aku yang ngejalanin, aku yang ngerasain."

"Lucu aja sih, katanya kamu ngelihat dia dari sisi yang nggak aku atau kebanyakan orang lihat, kamu emang terlalu baik, terlalu sayang, terlalu cinta, atau terlalu...bodoh." Katanya sarkatis. Lalu pergi...

"Shit!." Umpatku..

Apa mencintai harus sesakit ini? Apa menjalani harus sebimbang ini? Pacar dan sahabat, dua hal terindah yang punya penghargaan sendiri disini. Lantas jika di suruh memilih, siapa yang harus aku percayai? Entahlah...

"Kak Ifyyy....."

"Eh kamu dek, ada apa ?."

"Rio nitip salam, katanya kangen tuh sama kakak." Ucap Gadis ini, dan sepersekian detik berlalu jantungku serasa tak berdetak, hatiku tak bisa berbohong. Aku bahagia.

"Ih mukanya merah, haha kak Ify sama Rio kayak yang baru pacaran ajasih..." Candanya.

"Apasih kamu." Aku nyengir, aku malu. Tapi tiba-tiba aku ingat bahwa apakah secepat ini aku memaafkannya?

"Tapi Re, apa masalah kemarin harus kakak lupain?." Tanyaku pada gadis ini. Dia Rere teman sekelas pacarku, Rio Stevano. Tempat curhatku, selain sahabatku.

"Yah menurut Rere sih, kalo kakak sayang dan bisa maafin Rio mungkin lebih baik kak. Kalo bukan kakak dan Rio yang mencoba mempertahankan hubungan ini mau siapa lagi. Rio cuma perlu kesadaran bahwa disini ada kakak yang masih dengan pasti bertahan untuknya. Dan kakak harus tunjukin itu ke Rio, aku juga nggak mau hubungan yang udah selama ini sia-sia begitu aja kak."

"Kakak sayang sama dia dek, jauh dari apa yang kalian bayangin. Bahkan sekalipun hati ini tersakiti lagi, perasaan sayang itu nggak bisa hilang begitu aja." Lagi dan lagi aku bertahan untuk tidak menangis.

"Aku selalu dukung yang terbaik untuk kakak sama Rio. Percaya kak, kakak dan Rio akan baik-baik saja." Katanya. Matanya berbinar seakan memberikan aku kepercayaan atas apa yang dia yakini itu, lalu kemudian dia memelukku.

"Terimakasih Re, terimakasih mau jadi sandaran kesedihan kakak. Cuma kamu yang mengerti kakak dek, terimakasih yah.." Aku pun memeluknya.

Akupun kembali memaafkan kesalahan yang terjadi. Aku kembali menelan sakit ini mentah-mentah. Aku kembali dengannya, dari sisi yang tidak kalian lihat darinya... (atau aku yang di butakan) entahlah...

***

ini ilustrasi si Ify yaa😁

 ini ilustrasi si Ify yaa😁

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
And In The End Where stories live. Discover now