AITE 2

23 0 0
                                    

***

"Kamu balikan lagi?."

"Yayaya terserah kamu deh, kamu yang ngejalaninnya Kan?."

"No coment."

"Masih belum nyadar juga sih kamu Ifyy!!."

Tanggapan para sahabatku setelah tau aku kembali bersama Rio, aku tau mereka perduli. Aku tau mereka sayang sama aku. Entahlah seperti apa aku di mata mereka saat ini, mungkin betapa bodohnya aku di pikiran mereka saat ini. Aku mencintai dia, aku menyayangi dia. Lalu dimana letak kesalahanku? Apakah memaafkan itu kesalahan?

Kemudian kata-kata Sivia tadi terlintas di kepalaku. "Memaafkan bukan kesalahan, namun jatuh kembali dan merasakan sakit yang sama itu kebodohan. Kebodohan yang di imbangi kesalahan."


***

Sesudah...segalanya takkan pernah sama lagi.

Kutipan novel itu sama halnya yang terjadi padaku, sesudah aku memaafkan dan kembali merajut hubungan dengannya maka segala yang ada padanya takkan pernah sama lagi. Perhatiannya, rasa sayangnya, semuanya jelas berbeda, aku serasa mengemis semua itu dia berikan padaku (seperti dulu) tapi sesudah..segalanya takkan pernah sama lagi.

***

Aku suka hujan, selalu suka hujan.
Ada rasa yang tersampaikan jika hujan datang. Entah itu rasa yang seperti apa, aku selalu suka hujan.

Hujan punya cerita indah tentang kita. Selalu ada cerita yang tersimpan bersamaku. Tentang kau dan hujan, tentang cintaku yang terus mengalir seperti air hujan, tentang kenangan kita yang mengalun indah mengikuti ritme suara hujan.

Dan aku selalu suka menghabiskan waktuku untuk tetap terjaga menikmati suara gemericik tetes air hujan yang perlahan pamit, begitupun aku selalu berusaha bertahan untukmu disini... Iya untuk kamu!

***

Jangan pernah berjanji untuk mencintaiku selamanya tapi berjanjilah untuk membuktikan sepenuhnya.

***

"Dalam Cinta tidak seharusnya memaksakan apa yang kita perlukan tapi lebih kepada memaksakan apa yang seharusnya tidak dilakukan."

"Contohnya ?."

"Yah kamu jangan hanya memaksa dia untuk setia dan jujur terus, tapi lebih kepada memaksa untuk tidak selingkuh dan tidak berbohong."

"Tapi itukan sama aja Sivia!."

"Sama dalam hal apa?."

"Memaksa setia dan memaksa untuk tidak selingkuh bukannya sama aja? Memaksa jujur dan memaksa untuk tidak berbohong sama juga kan?!."

"Dalam hal pengertian itu memang sama Ify. Tapi dalam cinta? Yang kamu perlukan itu dia setia dan jujur yakan? Dan apa yang kamu tidak ingin dia lakukan? Selingkuh dan berbohong yakan? Maka yang harus kamu paksakan adalah tidak selingkuh dan tidak berbohong karena itu yang seharusnya tidak di lakukan!." Jelas Sivia.

Aku diam. Entah apa yang aku pikirkan. Sejauh ini aku selalu memaksa Rio untuk selalu setia dan jujur padaku, tapi apakah aku pernah memaksakan yang tidak seharusnya dia lakukan?

"Ada dua alasan yang pasti jika sebuah hubungan tidak bisa lagi di pertahankan.." Ucap Sivia.

Aku mengernyit, tak mengerti.

"Kalau bukan karena sudah bosan, berarti ada yang lebih baik dari kamu." lanjutnya..

Deg!

Apakah Rio setega itu? Apakah Rio bosan denganku? Apakah ada yang lebih baik dariku sehingga Rio tak mempertahankan aku? Tapi tapi...

"Tapi bagaimana dengan alasan fokus belajar dulu? Bagaimana dengan alasan itu?." Tanyaku parau, aku tak bisa menerima dua alasan tadi. Sungguh aku tak kuat.

"Dan kamu percaya? Fokus belajar? Bukannya ketika kita benar-benar mencintai seseorang maka kita pun sendiri mengerti bagaimana caranya kita membagi antara kamu yang aku cintai dengan study yang akan di jalani." Jawabnya.

"Kamu terlalu mencintai sampai kamu nggak ngerti gimana cinta itu membodohkan kamu." Lanjutnya.

"Semua terserah kamu, balik lagi semua itu kamu yang ngerasain, kamu yang ngejalanin. Aku cuma ada tepat dibelakang kamu, selebihnya kamu yang mengarahkan kamu mau kemana. Aku selalu ikut.." Sambungnya lagi. Dan menatapku.

Aku menangis. Bahkan aku tidak paham aku sebodoh ini, aku menangis karena aku masih belum bisa menerima alasan itu. Aku menangis karena aku bahkan terlihat sebodoh ini di depan sahabatku. Aku memilih untuk berjalan sendiri mencari kebahagiaan dan tak pernah menoleh ke belakang ada siapa saja yang setia mengikutiku. Aku menangis untuk semua hal yang tidak habis jika aku sesali.

"Kebahagiaan datang saat kesedihan berusaha kita ikhlaskan. Bahagia berlebihanpun akan tetap jatuh dan kembali lagi pada kesedihan. Bahkan lebih dalam. Bahagia sewajarnya, sedih secukupnya. Bahagia dengan yang pantas dibahagiakan. Sedih dengan yang perlu disedihkan." Ucapnya kemudian memelukku.

Aku semakin terisak, haruskah sesakit ini kenyataan yang ada Tuhan. Haruskah seperih ini goresan luka yang Kau tancap dihati ini Tuhan.

"Jangan terlalu jauh mengarungi rasa sakitmu, sebab aku takut kau tak dapat kembali menempuh titik-titik yang mulai tersamarkan. Aku takut dia hilang, dan kaupun jadi tak mengerti bagaimana kau harus kembali." Pesannya.

Lalu aku harus bagaimana Tuhan? Aku harus apa? Sungguh ini melebihi batas kuatku...

Aku semakin terisak..

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
And In The End Where stories live. Discover now