Snowy Garden

39 1 1
                                    

Tekad ku sudah bulat untuk segera berbicara langsung dengan Lady Georgia itu saat aku di Podesta rabu sore mendatang. Ini bulan Januari dimana cuaca semakin dingin setiap waktunya. Dan aku penasaran apa yang sedang dilakukannya saat kebunnya masih berwarna putih tertutup salju. Vanet mungkin benar dengan apa yang dikatakanya tempo hari. Jika aku ingin mendekatinya aku harus sesegera mungkin mengajaknya berinteraksi. Apapun yang akan aku dapatkan nantinya..

Pekerjaanku selesai lebih lama tiga puluh menit karena Mr.Scott dari Amerika datang terlambat karena penerbangannya harus di delay karena ada badai salju. Berutung pesawatnya tidak Crash.

Aku berpapasan dengan beberapa teman ku Bice,Lucas dan Teo. Mereka mengajakku keluar untuk ke Giglio gondola park namun aku menolaknya karena harus segera menemui Lady sebelum wanita itu tidak ada di kebun nya. Lagipula siapa yang ingin menaiki gondola di musim dingin.

Setelah sampai aku membuka payung yang kubawa karena salju mulai turun. Dan mulai berjalan menyusuri bangunan-bangunan bergaya eropa itu. Disisi jalan aku menemukan beberapa toko souvenir yang cukup ramai dikunjungi warga lokal atau wisatawan asing.
Yang kusuka dari Venesia adalah ketenangannya, bagaimana kehidupan disini bagaikan kau dilempar ke 400 tahun yang lalu.

Aku sampai di Podesta setelah perjalanan yang cukup melelahkan ini. Suasana bangunan dua ratus tahun lalu ini terlihat lengang karena beberapa orang yang mungkin memilih untuk tetap dikamarnya karena udara yang mulai menusuk kulit. Aku sapa beberapa staf keamanan yang salah satu nya bernama Gorment lalu menitipkan payung ku di sana. Aku berjalan ke arah selatan pintu masuk dan dari kejauhan aku menemukan wanita itu sedang mengerjakan sesuatu yang tidak ku tahu apa itu. Batin ku berdebat setelah beberapa saat berfikir apa aku harus berbicara dengannya. Kenyataannya apa yang aku fikirkan dan apa yang akan aku lakukan itu bertolak belakang. Aku ragu untuk sekedar menyapanya. Takut tidak mendapat respon yang baik dari wanita yang menurut Vanet susah didekati.

Aku sempat membuat observasi tetang kemugkinan darimana wanita itu berasal. Dari wajahnya memang Asia,namun benua asia itu tidak sesempit Australia atau Afrika. Jadi sempat sulit menemukan dari negara mana ia berasal. Lalu aku ingat jika ras Asia yang memiliki wajah seperti dia itu hanya dari Asia Timur. Matanya kecil,kulitnya putih pucat seperti milikku dan rambutnya kecoklatan yang ku tahu itu tidak alami. Untung-utung jika dia berasal dari Korea sama sepertiku. Bagaimana jika dia berasal dari China atau Jepang. Ahhh sebenarnya itu tidak terlalu penting juga.

Entah sudah berapa lama aku berdiri disini beberapa meter dari tempatnya berdiri. Salju masih turun walupun tidak selebat tadi. Aku berjalan mendekatinya sampai membuat jejak kaki di atas tumpukan salju itu.

Saat aku sudah berada dibelakangnya keraguan menyelimutiku lagi.

Sial....

Aku berdeham kecil agar dia bisa menyadari keberadaanku yang tepat dibelakangnya. Kulihat punggugnya bereaksi dan mulai berbalik menghadapku. Aku menahan nafasku menunggu wajahnya yang hanya satu meter dengan wajahnya membuatku terpesona seketika. Lebih indah dibandingkan melihatnya dari kejauhan. Dia mempunyai bola mata warna coklat dan ada tahi lalat di hidungnya. Mungkin dia tidak masuk kriteria wanita idamanku yang sering aku lontarkan jika ada yang ingin mendekatiku.

"Ada yang bisa kubantu?"

Suaranya yang datar dan lembut menyadarkanku akan fantasi untuk segera membawanya ke gereja terdekat.

Yang kulihat dia sempat menegaskan pengeligatannya pada wajahku dan yang ku dapat ekspresi wajahnya yang menegang lalu berubah hanya dalam beberap detik saja. Ada masalah dengan wajahku?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

La Finta Giardineira (The Pretend Garden Girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang