VI

8.5K 374 2
                                    

"Dia gadis yang baik, Tuan. Saya mohon jangan mengganggunya"

Mathilda menghela nafas resah mengingat perkataannya pada sang majikan. Akhirnya dia memberanikan diri memasuki toko bunga Alika.

Cling

Suara bel pintu toko berbunyi. Mathilda menatap sendu sosok Alika yang berjalan mendekatinya.

"Nyonya Mathilda, senang melihatmu lagi. Kau mau membeli bunga apa? Akan aku rangkaikan yang indah untukmu. Aku baru mempelajari cara baru, kau pasti suka" Alika menyambut antusias kehadiran Mathilda.

Tanpa bisa dicegah, senyum terukir diwajah tuanya. Perlahan dia meraih tangan Alika dan mengelusnya lembut.

"Oh, aku pasti menyukainya. Tapi..."

Alika sedikit heran mendapati wajah resah didepannya. "Ada apa Nyonya?"

Mathilda menghela nafasnya pelan dan memberikan kejutan yang akan mewarnai hidup Alika.

-----------------------------------------------------------------

Dan disinilah Alika. Benar-benar mengumpati sifat tidak sanggup melihat wanita tua yang menangis memohon. Padahal dia sangat-sangat ingin menolak permintaan wanita tua itu. Dan dia punya alasan.
Mathilda mengingatkannya pada nenek Dana. Betapa dia merindukan neneknya. Tangannya terangkat dan dengan ragu-ragu memencet bel.

Tidak ada jawaban. Pintu tidak terbuka dan Alika mulai kesal.

Memencet lagi. Tetap tidak ada jawaban.

'Sial! Ini siapa yang butuh sih sebenarnya!' makinya dalam hati.

Dengan kekuatan penuh, Alika menggedor pintu mansion mewah itu sekuat tenaga berkali-kali. Sayup-sayup terdengar jawaban dari dalam. Pintu itu terbuka dan terpampanglah dada serta perut yang hampir membuat liurnya menetes. Tetesan air turun dari rambutnya yang basah.

"Oh, kau cantik. Sudah datang ternyata. Masuklah!" seru Erick semangat.

Derap langkah terdengar dari belakang pria...ehm sexy itu. Buru-buru Alika mengalihkan pandangannya agar keinginan melempar tubuhnya kepelukan pria didepannya buyar.

"Tuan, maaf saya tidak mendengar bel"

Alika melihat pria yang dia yakin bernama Frederick Nouvelle seperti kata Nyonya Mathilda tadi mengibaskan tangannya santai.

"Tidak apa-apa, Beni. Aku malah senang bisa membukakan pintu untuk sicantik..."

"Alika, Tuan" sambung Alika

"Ah ya nama yang indah seindah orangnya. Alika"

Alika hanya bisa menunduk dan memerah mendengar gombalan dari pria didepannya.

"Beni, aku akan berpakaian dulu. Kau antar nona Alika keruang kerjaku" perintahnya tanpa melepaskan pandangan memuja pada pipi Alika yang memerah.

"Baik, Tuan"

Dan sumpah Alika melihat calon majikannya mengedipkan mata kanannya sekilas kearah Alika. Dasar perayu. Benar kata Nyonya Mathilda.

"Silahkan ikut saya nona Alika"

Alika tidak lepasnya mengagumi mansion mewah ini. Selera Tuan Erick benar-benar mewah. Alika jadi mengingat ucapan Nyonya Mathilda.

Flashback

"Alika, aku akan mengatakan sesuatu padamu tepatnya permohonan. Kau dengarkan aku dulu dan kau bisa katakan keputusanmu"

Alika hanya mengangguk bagai robot.

"Majikanku. Pemilik mansion The Red, yang kuminta padamu mengantarkan buket mawar. Kau ingat" dan Alika mengangguk lagi.

"Syukurlah. Dia menyukai rangkaian bungamu dan ingin kau menangani semua masalah bunga di mansion The Red..." Nyonya Mathilda melihat gelagat penolakan dari Alika namun belum Alika menjawab dia langsung menambahkan,

"Jika aku tidak berhasil membujukmu. Dia akan memecatku"

"Tuan Erick adalah perayu ulung. Dan dia benar-benar memanfaatkan asetnya dengan sempurna. Baik kekayaan maupun fisik. Kau berhati-hatilah sayang"

Flashback end

Bagaimana coba Alika bisa menolak. Si Frederick ini mengancam akan memecat wanita tua baik hati itu. Dasar majikan arogan.

Alika kembali murung mengingat majikannya. Wajah yang sangat ingin dilupakannya dan sekarang setelah dia berhasil move on, sosok itu datang lagi

'Reinkarnasikah...atau kembar. Bukannya katanya manusia memiliki satu atau dua kembaran dalam kehidupannya. Wajah Tuan Frederick sangat mirip, tidak identik malah dengan,

Fuuuuhhhh

"Aaaaa!!!" Alika terkesiap kaget dan menutup kupingnya. Wajahnya sudah sangat merah.

"Kau melamun"

Alika menatap kesal pria didepannya yang dengan lancang meniup kupingnya. Pria itu tersenyum dan Alika merasa jiwanya ditarik paksa ke masa 200 tahun yang lalu. Masa cinta pertamanya.

Yah, Frederick Nouvelle sangat identik dengan cinta pertamanya, Lord of Chamber.

Weregirl Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang