Prologue

34 5 0
                                    

   Gadis itu menghela nafasnya, lelah menghadapi satu laki-laki yang sedang berdiri di hadapannya. Laki-laki itu menunjukkan seringaiannya yang membuat Valerie mendengus kesal. Tidak hanya hari ini, bahkan dihari-hari lain pun Dio selalu mengganggunya. Setiap saat.

  "Mau lo apa sih, Yo?!" Valerie benar-benar sudah tidak bisa menahan kesabarannya.

  "Kalo gue maunya lo, gimana?" Dio menyeringai membuat pipi Valerie memerah. Bukan, bukan tersipu malu karena Dio, tetapi menahan amarahnya yang sebentar lagi akan meledak.

  "Minggir!"

  "Sayang Valerie juga," goda Dio kepada Valerie. Valerie sudah tidak bisa menahan berat buku-buku yang ia bawa dengan kedua tangannya. Seketika buku tugas Fisika anak kelas 11-A terjatuh, membuatnya mengaduh kesakitan.

Seharusnya yang membawa tumpukkan buku kelas 11-A adalah Dio, tetapi saat Bu Alen ingin meminta bantuan pada Dio, laki-laki tersebut sedang tidak di kelas. Kebetulan hari ini Wakil Ketua Murid sedang izin karena ada acara keluarga. Terpaksalah Valerie yang menggantikan.

  "Valak gak apa-apa?" Dio berusaha membantu Valerie dengan mengambil buku-buku yang terjatuh.

Valerie menghela nafasnya, "NAMA PANGGILAN GUE VALERIE, BUKAN VALAK!" Valerie bergegas pergi dari hadapan Dio setelah buku-buku sudah di tangannya kembali.

  "Valaknya Dio mau kemana?" teriak Dio sebelum akhirnya berlari mengejar Valerie yang sudah berjalan jauh darinya.

Tepat saat Valerie berada di depan ruang guru, ia terlihat kesulitan saat ingin membuka pintu karena kedua tangannya yang sedang memegang tumpukkan buku. Belum lagi pintunya yang tertutup rapat.

  "Valak butuh bantuan, gak?" Dio menawarkan bantuan pada Valerie sembari memasang ekspresi iba.

  "Gak," nyatanya, Valerie memang membutuhkan bantuan. Ia tidak mungkin membuka pintu dengan kedua tangan yang masih memegang buku-buku.

Valerie memejamkan matanya sebentar, ia sebenarnya sangat gengsi untuk meminta bantuan kepada laki-laki yang menurutnya sangat menjengkelkan itu.

Valerie menghela nafas pelan, "Dio,"

  "Iya, Sayang, kenapa?" tanya Dio dengan senyuman lebarnya. Membuat matanya sedikit menyipit.

  "Tolong bukain pintunya," akhirnya Valerie melontarkan kalimat tersebut kepada Dio dengan susah payah melawan egonya.

  "Tadi katanya gak butuh bantuan gue," Dio melipat kedua tangan di depan dada bidangnya.

  "Oke, fine! Gue butuh bantuan lo," bantah Valerie cepat. Menurut Valerie, berat bukunya terasa semakin bertambah meskipun sama saja saat sebelumnya. Ia berani taruhan, telapak tangannya pasti sudah memerah.

Dio membukakan pintu ruang guru membuat Valerie berjalan cepat menuju meja Bu Alen. Selain karena ia tidak ingin dekat-dekat dengan Dio, ia juga sudah tidak bisa menahan tumpukkan buku di tangannya.

  "Permisi, Bu, ini buku tugas Fisika murid kelas sebelas A," ujar Valerie sesopan mungkin sembari menaruh buku-buku di meja Bu Alen. Bu Alen pun berterima kasih.

Sementara Dio hanya tersenyum tanpa adanya ekspresi rasa bersalah kepada Bu Alen, "Saya enggak, Bu?"

Mata Bu Alen kini beralih pada Dio yang berdiri di samping Valerie, ia menghela nafasnya sebelum mengatakan, "Dio, lain kali kalau jam pelajaran terakhir kamu harus ada di kelas!"

  "Waktu bel pelajaran terakhir saya di kelas kok, Bu," bantah Dio tak terima, "cuman pas sepuluh menit kemudian saya ke toilet," sambungnya.

Bu Alen mengernyitkan dahinya, "Ngapain kamu di toilet? Ah, bukan. Maksud Ibu, kenapa kamu lama di toiletnya, ngapain saja?!" Bu Alen menaikkan suaranya, membuat Valerie memejamkan matanya sebentar.

  "Ibu kalo marah-marah terus cepet tua loh, Bu. Nanti saya gak bakal godain Ibu lagi ada banyak keriput,"

Bu Alen mendengus kesal. "IBU TANYA, KENAPA KAMU LAMA SEKALI DI TOILETNYA?!" Valerie menginjak kaki kiri Dio pelan, menyuruhnya untuk mengakhiri pembicaraan yang sudah tidak lagi bersahabat.

  "Nge-wifi,"

***

A/n :

  "Hai kamu! Iya, kamu. Kamu cantik, aku suka," -IniDioganteng

  "Gombal ajasi, lo," -ValaknyaDio

  "Sirik bilang. Jomblo, sih," -KataDio

  "Pede abis," -Valeriecantik

  "Lagian gue tembak malah lo gantungin," -Diolagi

SacrificeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang