Oneshot

1K 75 5
                                    

Tercium aroma tanah basah khas setelah turun hujan. Menyegarkan. Mendung yang tadinya menyelimuti langit perlahan berganti dengan berhiaskan lengkungan pelangi yang apik. Matahari mulai menampakkan wujud juga sinar hangatnya, dan sedikit mulai terik mengingat saat ini jam sudah menunjukkan waktu tengah hari.

Kegiatan masa orientasi di SMA Negeri 99 itu masih terus berlangsung dan saat ini mereka jeda dengan waktu istirahat. Kegiatan yang awalnya berlokasi di lapangan, berpindah ke dalam kelas saat hujan mulai turun. Bagaimanapun juga para panitia pelaksana tidak ingin mengambil resiko dituntut oleh para orangtua murid baru dikarenakan membuat mereka sakit.

Masa orientasi yang biasanya dipenuhi oleh ajang 'balas dendam' senior kini sudah tidak berlaku lagi. Sejak dua tahun lalu, Smansela menghapus kegiatan seperti itu dan menggantinya dengan kegiatan yang lebih mendidik. Peraturan-peraturan aneh dan juga tugas-tugas yang cukup memberatkan murid baru pun ikut disingkirkan. Namun, ada satu yang tidak pernah dihilangkan yaitu panitia pada divisi komisi disiplin. Divisi yang mempunyai tugas untuk memarahi, membentak, mendidik dengan keras para murid baru agar menjadi lebih tegas dan disiplin. Pihak sekolah pun mendukung, tetapi dengan satu syarat, jangan mencari kesalahan yang tidak masuk akal dari murid-murid tersebut.

**

Gadis itu masih betah berdiri di tepi koridor utama sembari terus menatap langit yang dihiasi pelangi. Senyuman kecil terukir di wajah manisnya. Sesekali membalas sapaan murid-murid baru yang berlalu lalang di sekitarnya. Dia yang menjabat menjadi salah satu anggota kesekretariatan. Tidak memiliki banyak tugas kecuali sebelum hari H.

Ia menoleh ketika beberapa murid-murid baru itu menyapa sembari menyebutkan nama seseorang yang sangat ia kenali. Mendapati seorang pemuda jangkung tengah melangkah menghampiri dengan sesekali membalas sapaan dengan senyuman tipis juga anggukan pelannya. Senyuman di wajahnya melebar kala menatap si gadis.

"Gue nyariin lo kemana-mana," ucapnya sembari memposisikan dirinya di samping gadis yang kembali menatap langit.

"Ada apa?"

Pemuda itu ikut menatap langit dengan gerakan kedua tangannya yang memasuki kantong celana seragam abu-abunya.

"Nggak ada, kangen aja."

Gadis itu terkekeh pelan, dan kemudian keadaan di antara mereka berdua menjadi hening. Hanya suara bising murid-murid baru atau panitia yang berlalu lalang disana. Para murid baru yang biasanya menyapa mereka mendadak diam ketika melihat keduanya tengah asyik berdiam diri dengan menatap langit. Tidak ingin kegiatan dua insan tersebut terganggu.

"Gimana keadaan Bunda, Fy?" tanya pemuda yang di name tag panitianya itu bertuliskan 'Fabrio Saputra' dan 'Anggota Div. Acara.'

Mendadak wajah gadis yang dipanggil 'Fy' oleh Fabrio atau Rio tadi menjadi sendu, walaupun senyuman tipisnya masih menghiasi wajahnya.

"Semalam Bunda kritis lagi, Yo," jawabnya dengan nada lirih.

Rio menoleh dan tangan kirinya yang bergerak meraih untuk menggenggam tangan kanan sang gadis, berusaha memberikan kekuatan.

"Semua bakal baik-baik aja. Tetap berdoa dan yakin, ya."

Gadis bernama lengkap Alifya Pratiwi itu ikut menoleh dan menatap Rio yang lebih tinggi darinya dengan tersenyum sendu. Menahan tangis juga air mata yang sudah berdesakkan ingin merebak, membalas genggaman tangan hangat itu dengan erat.

Ia mengangguk pelan tanpa bersuara. Rio tersenyum menguatkan sembari mengelus pelan puncak kepala Ify dengan satu tangannya yang bebas, dan kemudian tangannya turun menghapus setitik air mata yang tak dapat Ify tahan untuk terjatuh.

I'LL BE THERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang