" aku akan berhenti bermain musik"
" musik tak ada bedanya dengan suara petir"
" berisik dan menakutkan"
" hanyalah sebuan nada tanpa pemikiran"
" monoton dan abstrak"
" waaahhh!" ucapku sambil memandang gedung sekolah dengan penuh semangat. Sudah setahun aku meninggalkan sekolah ini. Akhirnya aku bisa kembali dengan selamat.
Maaf semuanya! Harusnya aku memperkenalkan diri dulu. Namaku Nakamura Akarin, senang berkenalan dengan kalian. Seperti yang kalian tahu dari novel authorku yang sebelumnya, aku bersekolah di Yuuma International High School. Sekolah ini punya tiga golongan. Khusus, Elit dan biasa. Aku masuk di golongan biasa di kelas E, kelas reguler. Sebenarnya hanya kelas E sampai J saja yang menyebut kelas A sampai D kelas Eksekutif. Dan kelas E sampai J kelas reguler. Yahhh, mari kita kembali ke cerita.
Aku senang sekali bisa kembali ke sekolah ini. di Jerman sana aku sangat bingung oleh bahasa inggris apalagi bahasa Jerman. Meskipun aku siswa nomer 2 di golonga biasa, belajar di sana menggantika Ketua Osis sangat merepotkan. Belajar dua tahu di sana tak bisa membuatku menguasai bahasa inggris. Saat hari pertama aku harus mengejar ketertinggalan bahasa inggrisku. Akibatnya, aku tak begitu mendapat manfaat dari balajar di sana.
Mungkin setelah di sini aku bisa bebas. Tapi, surat yang dikirimkan dari Jerman pasti hasilnya sangat buruk. Bahkan guru yang mengajarpun tak menyangka nilaiku sangat kecil. Setidaknya aku bisa bebas untuk hari ini dari Ketua iblis itu.
Dengan segera aku pun melangkahkan kaki memasuki sekolah ini. Angin musim semi dan bunga Sakura yang berguguran membuatku seperti di sambut kembali. Aku sangat senang sekali. Bisa bertemu guru, adik kelas, dan semua teman yang aku kenal selama ini. Meskipun dua tahun lalu aku hanya belajar tiga bulan, pasti semuanya masih mengenalku. Gini-gini aku cukup populer saat dua tahun lalu.
Saking bahagianya aku tak menyadari kalau jalan yang aku tuju salah. Berulang kali aku terus mengelilingi gedung golongan biasa. Saat aku akan pergi ke ruang guru, bel tiba-tiba berbunyi sangat cepat. Kontras bel itu membuat para siswa yang baru datang saling berlarian. Melihat mereka yang sedang berlari kesana-kesini membuatku tambah panik.
Karena terbawa suasana, aku pun ikut berlari tanpa tujuan. Entah apa yang otakku pikirkan saat ini. Mengikuti kerumbunan orang yang berlari tanpa aku tahu tujannya. Apa ini aneh? Ya, aku memang aneh. Karena aku berlari terlalu cepat, tanpa sadar kakiku tersandung batu. Setelah semua siswa sudah meninggalkanku, tiba-tiba seseorang mengururkan tangan padaku. Rambut hitam yang menghalangi sinar matahari dan mata biru gelap yang terhalang oleh kacamata membuatku bisa menatap wajahnya dengan jelas.
" ayo. Kau bisa terlambat," ucapnya dengan pelan tanpa menunjukan senyuman.
" ya. Terima kasih." Ucapku sambi memberikan senyum sok akrab dan menerima uluran tangannya.
Setelah aku berdiri, ia menatap lurus pada papan nama yang menempel di dada bajuku.
" aku tak ingat kita satu kelas saat tahun pertama, apa kau siswa pindahan?" ucapnya sambil berjalan.
" tidak kok. Mungkin kita saat kelas satu memang sekelas, tapi hanya tiga bulan," jelasku sambil menyusul jalannya yang cukup cepat.
" oh, begitu." Ucapnya datar.
Mendengar reaksinya yang datar, aku pun mengembungkan pipi. Ia mengatakan kami sekelas waktu tahun pertama. Tapi, aku sama sekali tak mengingat wajahnya. Seingatku juga tak ada seseorang yang pakai kacamata. Apa dia siswa yang masuk saat aku ke Jerman ya? Hah! Kenapa pertanyaan ini berputar di kepalaku? Sudahlah, ikuti saja dia. Saat laki-laki itu membuka pintu, semua siswa langsung menatap ke arahku. Saat ia duduk aku langsung ditinggalkan.
Setelah melihat semua tatapan siswa yang kebingungan, muncul berbagai bisikan yang menusuk hatiku.
" siapa dia?"
" orang pindahan?"
" bukannya hanya golongan Khusus yang menerima orang pindahan? Itu pun harus di tes, kan?"
(Cih!) ucapku dalam hati. Aku tak suka dengan pertanyaan itu. " Bukankah itu sedikit menyindir? Apa mereka masih mengingatku? Padaha dulu mereka sering mengobrol bersamaku. Kenapa jadi begini?" ucapku dalam hati.
" mungkin diantara kalian sudah lupa dengannya. Atau mungkin lupa semua. Namanya Nakamura Akarin. Dialah yang dua tahun lalu menggantikan Ketua Osis untuk pertukaran pelajar ke Jerman. Karena masa pertukaran sudah berakhir, ia pun kembali mengenyam pendidikan terakhir masa SMAnya di sini kembali." Ucap guru sambil memberika penjelasan tentang diriku.
" oh, jadi dialah si genius nomer ke-2 di golongan ini."
" dia? Aku kira dia hanya siswa yang salah masuk sekolah."
" ya. Kejamnya, sampai menggantika Ketua Ichijou untuk pergi ke Jerman."
Bisikan-bisikan itu sangat menggangguku. Semua orang pasti tersindir jika di cemoohkan. Meskipun mereka mengatakan hal yang sedikit menyinggung, aku hanya menyembunyikannya dengan senyuman.
" salam kenal semuanya. Meskipun kalian lupa, tolong bimbingannya untuk setahun ini!" ucapku sambil menunduk dan terlihat baik-baik saja, mekipun otak menolak apa yang dikatakan hatiku.
" baiklah, mari kita lihat. Nakamura-san kau duduk di samping Arata-kun. Untuk Arata-kun tolong kerja samanya." Ucap guru sambil meyuruhku duduk di samping laki-laki yang menolongku tadi.
Oh, jadi begitu. Namanya Arata. Tapi namanya atau nama keluarganya. Jika dilihat dari karakteristik namanya, mungkin itu adalah namanya. Ya, pasti begitu *mengangguk*. Saat aku berjalan menuju mejaku, karena terlalu sibuk memikirkan nama Arata, akibatnya aku menabrak tembok yang sudah berada di depanku.
' BRUG! ' bunyi benturannya membuat perhatian seisi kelas mengarah padaku.
" SAAKIIITTT!!! " keluhku sambil mengusap dahi yang terbentur cukup keras.
" hah. Payah." Ucap Arata sambil membaca bukunya.
Aku hanya mengembungkanpipi melihat reaksinya. Sebenarnya aku tak peduli dengan reaksi semua siswakelas. Aku hanya fokus pada reaksinya. Orang seperti Arata membuatku tertarik.Buka tertarik suka, tapi tertarik untuk membuka semua kepribadiannya yangtersembunyi. Dengan wajah tanpa dosa aku duduk ke mejaku.
Semuanya yang baca Novelku, maaf Aoi-San ini tak bisa update tiap hari.
tapi, tolong kritik dan sarannya ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Why you Choose me?
RomanceAkarin sang siswi no 2 di sekolahnya pergi menggantikan ketua Osis ke Jerman selama 2 tahun. Saat kembali, semua teman sekelasnya lupa padanya. Meskipun siswa berprestasi, ia masih menyimpan traumanya. Untuk melupakan itu, ia masuk klub seni lukis...