I See U

44 3 2
                                    


Matahari sudah tenggelam. Tidak ada lagi pencerahan dari Sang Matahari. Waktunya matahari bersembunyi dibalik bulan. Sinar bulan menyinari malam. Aku hanya bisa menunggu di angakasa luas disamping rasi bintang yang muncul dengan indahnya. Kapan aku muncul juga? Aku selalu berharap dapat dipandangi oleh manusia di bumi setiap malam.
Malam ini lagi. Aku melihatnya. Dia sedang duduk di balkon rumahnya melihat bintang-bintang yang menyinari malamnya.

"Aku melihatmu. Tapi kau tidak melihatku. Maafkan aku yang belum dapat muncul di hadapanmu." Gumamku pada diri sendiri. Aku selalu bersembunyi diantara teman-teman rasi bintangku.
"Hhh.. kata ayah aku harus menunggunya selama 50th? Apa-apaan itu." Gadia itu berbicara tentangku. Tentangku! Suaranya sangat lembut.

Pastinya kalian bertanya-tanya bagaimana aku bisa mendengar suaranya dari luar angkasa ini. Aku punya energi yang dapat menghubungkanku dengan bumi. Aku bahkan dapat mendengar dan melihat semuanya dari atas sini.
"Apa yang sedang kau lakukan nov?" Tanya orion padaku tiba-tiba. "Kau melihatnya lagi?"

"Yeah.. kau tau kan? Sejak dia masih bayi pun aku sudah memilihnya." Jawabku kesal

"Tapi tidak selalu dekatku kan? Pindahlah ke rasi bintang lainnya. Jangan disini terus." Katanya dengan kesal juga.
"Tapi ini posisi strategis aku dapat melihatnya orion." Kataku merengek.

"Jangan bersikap seperti itu. Aku tidak suka melihatnya" ucapnya.

Aku pun menyengir lebar dan melanjutkan pekerjaanku melihat gadis itu. Oh tidak! Gadis itu sudah masuk kerumah.

"Dia sudah masuk kerumahnya."
Ucapku sedih.

Aku pun hanya memandang bumi yang diterangi bulan dan teman-temanku sepanjang malam.

###

Aku tidak tidur. Ya kalian tau bintang itu tak bisa tidur kan? Hmmm.. aku sedang menunggu si gadis itu. Sudah 3 atau 4 bulan lebih dia tidak keluar saat malam.
Biasanya dia tidak melewatkan satu malam pun untuk memandangi bintang-bintang.

"Masih menunggunya?" Kata orion. Aku hanya menghela nafas kasar.

"Kemana gadis itu?" Ucapku frustasi.

"Kau berisik sekali sih nov." Ucap satu temanku lainnya, Eridanus.
"Ya ya ya kau terganggu aku diantara kalian kan? Orion, eri merindukanmu." Ucapku setengah berteriak pada orion. Aku mengeluarkan seringai pada eri.

"Aku juga merindukannya. Bilang padanya ya nov." teriak orion sambil tersenyum. Aku hanya tertawa melihat eridanus yang bersemu merah seperti itu.

Kapan kau keluar lagi? Akumerindukan senyumanmu saat melihat ke langit malam.

"Masih menunggunya?" Ucap orion mengagetkanku. Aku mendengus kesal.

"Ya ya ya maaf maaf aku selalu mengganggu malammu. Tuh dia keluar." Ucap orion sambil menggerlingkan matanya kebawah.
Aku tidak dapat menahan senyum ini. Betapa indahnya gadisku ini.

"Senyummu menjengkelkan nov." Aku berikan deathglare pada orion.

"Diamlah! Aku sedang menikmati pemandangan indah." Senyumku tak pernah hilang. Aku melihatnya sedang melihat langit. Seakan dia melihatku yang menunggunya di atas sini.
Tetapi seketika senyumku luntur. Ada seorang lelaki keluar dari rumahnya dan memeluk gadisku. Aku marah. Emosiku meluap. Tapi aku tidak bisa apa-apa.
"Kau kenapa, nov?" Ucap eri bingung.
"Nov!! Tubuhmu mulai menghilang dan cahayamu muncul" teriak orion padaku.

"Aku kehilangan gadis bumiku. Sekarang aku juga akan kehilangan diriku. Ini waktunya aku meledak dan memberi kalian energi penerangan. Selamat tinggal orion dan eri." Ucapku pelan sambil tersenyum pedih

"Tidak. Jangan sekarang nov!" Teriak orion. "NOVA!! SUPERNOVA!!" Orion dan Eri memanggilku berkali-kali. Tapi aku tetap tidak berhenti."Selamat tinggal gadis bumiku..." gumamku pelan sambil tersenyum. Perlahan-lahan pandanganku mengabur. Dan... BUZZZ!! DUARR!!

"Aku melihatnya!! Ini waktunya dia muncul." Aku masih mendengar suaranya yang lembut dan ternyata dia juga menantiku. Aku senang mendengarnya. Aku dapat pergi dengan tenang sekarang.

11/08/2016

Novita Dwi Pratiwi

I See YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang