3

1.5K 156 81
                                    

Yuki berjalan menuju rumah mungil tempat dia tinggal. Ini sudah pukul 23.00 dan rumahnya masih tampak terang tanda kalau sang pemilik rumah masih terjaga. Yuki berfikir pasti mamanya menunggunya pulang, padahal mamanya sedang sakit dan Yuki sebenarnya berharap mamanya sudah tertidur saat dia pulang agar mamanya tidak melihat luka-lukanya tersebut.

Saat Yuki membuka pintu rumahnya, pertama kali yang ia lihat adalah mamanya yang sedang mondar mandir dan segera menghampiri Yuki saat melihat Yuki telah pulang.

"Kenapa baru pulang sayang? Mama dari tadi khawatir sama kamu. Papa dan tante Lena gak ngapa-ngapain kamu kan?" berondong Ivanka-mama Yuki. Ivanka belum sadar dengan keadaan Yuki yang tengah terluka di kedua siku dan lututnya serta pipinya.

Yuki langsung berusaha menunduk sambil menutupi wajahnya supaya mamanya tidak melihat luka di wajahnya, namun malah memperlihatkan siku Yuki yang dibalut perban dan itu membuat Ivanka kaget.

"Yuki astaga.... Kenapa siku kamu nak? Ya Allah Yuki ini kenapa siku dan lututmu sampai seperti ini?" tanya Ivanka cemas sambil memperhatikan tubuh anaknya. Ivanka belum sadar dengan wajah Yuki yang juga memar karna tamparan Ari.

"Gak papa ma... Tadi pas Yuki nyebrang jalan, Yuki gak liat kanan kiri, terus Yuki keserempet deh. Tapi udah diobatin kok sama yang nyerempet Yuki. Bentar juga udah sembuh" jawab Yuki.

"Gak papa gimana, lukanya sampai kayak gini" ucap Ivanka sambil memegang bahu Yuki. Ivanka lalu melihat wajah Yuki dan seketika cemas karena wajah Yuki juga terlihat lebam di bibir dan pipinya.

"Ini,.. Ini kenapa pipi sama bibir kamu. Gak mungkin karna jatuh juga kan? Ya Allah Yuki, jawab jujur, ini kenapa?" Ivanka histeris sambil menangis karena tidak tega melihat Yuki yang penuh luka.

"Em,.. Ini tadi juga luka karna kesrempet kok ma, Yuki agak kepental jatuhnya, jadi pipi Yuki kebentur deh. Mama jangan sedih ya, Yuki beneran gak papa" Yuki berusaha menenangkan mamanya.

"Mama gak bodoh Yuki. Mama bisa lihat kalau pipi dan bibir kamu ini karena tamparan. Apa papamu yang melakukannya? Ha? Jawab Yuki" Ivanka sudah tidak bisa membendung air matanya lagi. Dia berbicara sambil mengguncang2kan bahu Yuki agar Yuki berkata jujur.

Yuki yang memang tidak bisa berbohong pada mamanya akhirnya mengatakan yang sebenarnya. Dia menceritakan yang terjadi di rumah papanya. Seketika Ivanka menangis dan memeluk Yuki sambil tak henti-hentinya mengucap maaf pada Yuki.

"Maafin mama sayang, harusnya mama gak nyuruh kamu kesana, maafin mama. Hiks.."

"Ma... Udah, Yuki gak papa ma. Semua udah terjadi, dan Yuki janji Yuki bakalan buat mama bahagia. Yuki pasti bisa dapet kerja nanti, jadi kita gak perlu minta apapun ke orang itu" ucap Yuki meyakinkan mamanya.

"Seharusnya sekarang kamu bisa kuliah nak, kamu bisa melanjutkan cita-citamu, bukan menderita seperti ini. Maafiin mama. Hikss.." Ivanka memeluk Yuki dengan erat.

"Kamu harta satu-satunya yang paling berharga buat mama. Kakakmu udah gak ada. Harusnya mama bisa ngebahagiain kalian"

"Ma, kak Yua udah bahagia disana. Kalo kak Yua lihat mama sedih pasti Kak Yua ikutan sedih. Yuki janji sama mama bakalan ngebahagiain mama" ucap Yuki sambil menghapus air mata mamanya.

"Maafin Yuki ya ma, Yuki gak bisa bawa uang buat berobat mama. Besok Yuki bakalan nyari kerja ma"

"Mama udah gak papa. Kamu yang harusnya berobat Yuki. Sekarang sebaiknya cepat istirahat. Ganti baju dulu sebelum tidur" Ivanka mengantar Yuki masuk ke kamarnya. Saat pintu kamar Yuki sudah tertutup Ivanka segera masuk ke kamarnya sendiri. Dia menangis sambil memeluk bingkai foto keluarganya. Foto keluarganya dulu saat masih lengkap dan nampak bahagia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang