"Rachel ...?"
"..."
"Rachel ...?!"
"..."
Ceklek
"Rachel!"
Gue yang pagi-pagi lagi dengerin musik karna gak bisa tidur sampai sekarang dan baru bisa meremin mata sejenak, langsung membuka mata bersamaan dengan membuka headset yang terpasang di kuping gue saat merasakan seseorang lagi berdiri di samping tempat tidur gue.
"Kamu Mama panggil dari tadi. Bukanya nyaut malah diem! Kamu tuh punya mulut gak sih? Apa susahnya jawab! Mama capek teriak-teriak, tapi gak di jawab! Kamu budeg? Apa perlu malam ini kita ke dokter THT?"
Ini mak gue kenapa? Ada yang bisa jelasin gak, sih? Tapi sumpah ya. Dia kok riweuh pisan euyh. Mangecek indak baranti-ranti, paniang kapalo den mandangarnyo.
"Nih, ada bunga! Mama kira dari Papa untuk Mama. Rupanya untuk kamu!" Ia menghempaskan sebuah bucket bunga ke pangkuan gue. Setelah itu dengan menghentak-hentakan kaki ia pergi keluar kamar dan tak lupa menutup pintu kamar gue dengan keras.
Boom!
Si Mama kenapa sih? Lagi dapet? Emang masih bisa, yak? Belum menaupose apa, yak? Bana-bana indak mangarati den dengan induak den kalo macak tu.
Dear Rachel,
Mungkin hari ini aku tak bisa melihatmu
Tapi bukan berarti hari ini aku tak mencintaimu ...I Love You
Gue langsung melempar bunga beserta kartu ucapannya ke lantai. Gue menatapnya dengan horor. Siapa pula, pagi-pagi udah ngirimin orang bunga. Coba kek, ngirim tuh sarapan. Dikira gue kuburan kali ah, di kasih bunga mulu. Gak sekalian, mas bacain gue yasin?
"Rachel, mandi! Bentar lagi sarapan!" teriak Mama dari luar kamar gue. Baru aja gue niat buat tidur lagi, Mama kembali masuk kedalam kamar lalu berkata, "jangan tidur lagi, Rachel! Kamu gak malu apa sama anak tetangga? Dia masih SMP tapi gak pemalas kayak kamu. Coba deh pagi-pagi itu bangun, bantu apa yang bisa kamu bantu. Itu anak tetangga yang di samping rumah kita, anaknya pagi-pagi udah nyiram tanaman. Kamu moloooorrr aja kerjaannya. Mandi sana!"
"Rachel mau sikat gigi aja."
"MANDI RACHEL!"
"Ini hari minggu, Ma."
"Mandi!"
"Okey, mandi." Gue pun mengalah dan langsung berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
"Mama tunggu di bawah."
•••
Gue berjalan menuruni tangga menghampiri Mama yang sudah menunggu di dapur. "Wey! Tumben lo pulang." Gue terkejut melihat si Ragel— saudara kembar gue yang sudah duduk manis di samping Mama.
Belum sempat ia menjawab, mama datang dengan membawa dua gelas susu untuk gue dan Ragel. "Ma aku udah besar, gak mau minum susu lagi," protes Ragel yang buat gue terkikik geli.
"Jadi maunya minum apa? Vodca? Wine? Tequila? Cocktail? Atau ...."
"Okey fine aku minum susu," ucapnya yang tak berani membantah lagi. Gue cuma tertawa melihat kembaran gue yang langsung kicep.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most Wanted Girl (Telah Diterbitkan)
HumorTukaran sekolah? "Gue jadi lo dan lo jadi gue." Punya kembaran bukan keinginan gue dari lahir. Ditambah dia punya ide gila yang selalu buat keluarga gue geleng kepala. Kami dilahirkan di rahim yang sama dan di besarkan di atap yang sama. Namun b...