Different World

612 47 4
                                    

Author : minsoo kim
Pairing : Kookmin and vmin
Rate : 15+
Length : 800+ words
Genre : Angst, Romance, Drama

Disclaimer. I do not own either of these cast, theyre belong to their own families, god and girlfriend (if theres any). The storyline and ideas came purely from my mind and brain.

Warning! Typo dimana-mana.
.
.
.
Oh begitu banyak cerita yang ingin kutuangkan dalam sebuah catatan untuk aku terus dapat mengingatnya, tetapi sangat disayangkan bahwa aky tak mengetahui caranya menulis, segala aktifitas yang dilakukan oleh kebanyakan orang -atau sebut saja manusia-

Menatap dari kejauhan dan bermimpi sudah menjadi rutinitasku tiap kali aku menginjakkan kakiku di dunia yang begitu luas namun sempit ini. Manusia yang berlalu-lalang di depanku dan melakukan berbagai aktifitas setiap harinya, mengerjakan banyak pekerjaan yang akupun tak mengerti apakah hal itu dapat disebut dengan pekerjaan.

Aku terus berangan apabila aku dapat melakukan sesuatu yang mereka lakukan tiap harinya.

"Hey, bangun kau, Jim. Lakukan tugasmu." Aku tersentak saat bahuku ditepuk pelan oleh mahluk halus lain sepertiku -mahluk yang tak dapat dilihat oleh manusia lebih tepatnya-, panggil saja kami dengan sebutan malaikat dan aku yang ber'profesi'kan sebagai malaikat pencabut nyawa.

"Ya... Ya!" Dengan lesu, aku beranjak dari tempatku 'beristirahat' untuk melakukan 'tugas'ku.

"Kim Ye Ron." Aku melihat seseorang yang sedang tergeletak tak berdaya di ranjang tempat dimana kebanyakan orang di'sembuh'kan dari penyakit mereka.

Aku sungguh tak mengerti dengan jalan pikiran mereka. Bukankah setiap manusia akan berakhir, ah, berujung dengan menghadapi kematian? Jadi, mengapa mereka terlihat ingin sekali menampik kenyataan pahit itu? Manusia tentu penuh dengan pengetahuan yang sangat minim.

"Ayo, pergi." Ucapku pada arwah orang yang 'baru saja' mati -er meninggal itu.

"Ahjussi..." Aku dapat melihat pemuda yang berlari ke arah 'Ahjussi' -orang itu dengan tergesa dan seakan tengah menahan tangis itu. "Dokter..." Dia mengguncangkan tubuh lelaki 'cukup berumur' itu pelan. "Tidak, Ahjussi tidak boleh pergi. Ahjussi..." Akhirnya cairan bening itu keluar dari kelopak matanya dan iapun terisak seraya memeluk raga sang 'Ahjussi'nya itu.

Huh, manusia..., batinku berkata. Aku melangkah kembali dan membawa arwah nyawa tak berjasad itu menemui Tuhan.
.
.
"Kim Tae-Hyung." Aku merapalkan nama kandidat manusia yang selanjutnya akan menemui ajalnya itu pelan. "Tabrakan lari." Aku membaca rentetan kejadian penyebabnya dia -akan- meninggalkan dunia itu.

"Baiklah. Mari kita saksikan pertunjukkan menyenangkan ini." Aku berucap dalam hati dan melihat pemuda, lebih tepatnya pelajar, oh bukan kumpulan mahasiswa tengah bercengkrama dengan satu sama lain, dengan salah satu 'pemimpin' berjalan sedikit lebih di depan gerombolan manusia itu.

"Waktunya tiba." Aku melihat dari kejauhan sebuah mobil sedang melaju dengan cepat menuju ke arah populasi kecil pemuda itu. Aku merentangkan tangan ke atas karena aku merasa sedikit lelah, dan mendapati buku yang menjadi kitabku untuk memanggil 'calon' penghuni surga itu jatuh tepat di tengah jalan, dan segera memungutnya kembali. "Ah, sial..."

Mendengar klakson yang terus berbunyi, aku menengadahkan kepalaku dan sontak mataku membulat. Oh, Tuhan, rasa apa ini? Mengapa sekujur tubuhku bergetar hebat? Dengan tak sadarkan diri, aku menyilangkan tanganku di depan wajah, dan membiarkan kitab yang susah payah kupungut itu terjatuh kembali di jalan raya.

Aku merasakan tubuhku terhuyung ke belakang dan menimpa sesuatu -atau lebih tepatnya seseorang-, dan sebelum kesadaranku menghilang kusadari bahwa tubuhku berada di atas tubuh orang itu dengan radius yang sangat dekat hingga aku dapat melihat bola matanya yang begitu lebar menatapku, "Ugh." Ucapku sebelum kegelapan merenggut penglihatanku.
.
.
Aku terbangun dan perlahan membuka mataku, mengerjap beberapa kali untuk melihat seseorang menatapku. Penglihatanku sedikit kabur, jadi aku tak dapat melihat dengan jelas siapa orang itu.

"Yaish... hey, bangun." Aku merasa tubuhku diguncang dengan tidak berkeprimanusiaannya.

Aku membangunkan-mencoba untuk sebenarnya- diriku, untungnya orang itu mengerti bahwa aku membutuhkan pertolongan, jadi dia membantuku untuk duduk.

Tunggu... Apa? Apa yang baru saja terjadi? Tidak mungkin! Dia dapat melihatku! Seseorang mengetahui keberadaanku... Apakah kini aku merangkap menjadi manusia? Benarkah?
.
.
"Sudah kubilang, aku tak mempunyai tempat tinggal." Bersikukuh aku mencoba menjelaskan, tetapi aku hanya dihiraukannya, it feels literally great! "Oh ayolah~ izinkan aku tinggal bersamamu! Aku mohon!" Aku merajuk padanya untuk dapat mempersilahkanku menetap di atap pelindungnya -rumah.

"Yaa... lepas! Apa-apaan kau ini!" Dia merasa risih, oh iya, namanya Taehyung, ya pemuda yang -tidak jadi- meninggal itu mencoba melepas cengkramanku pada lengannya.

"Tolong aku. Apakah kau tega membiarkan mahluk se-menggemaskan aku sendirian di dunia yang begitu kejam ini?" Aku mengerling menatapnya dan mengeluarkan jurus aegyo yang biasa kutunjukkan pada 'rekan kerja'ku dikalau aku menginginkan sesuatu.

Taehyung memutar matanya dan menjitak kepalaku, membuatku geram dan menggumam, 'yaish~' di depannya seraya mengelus kepalaku yang disentuhnya seenak jidat. "Sok dramatis sekali kau ini!" Ia berujar, dan aku mendengus mendengarkannya.

Its now or never..., pikirku. "Oppaa~~" dengan suara dibuat-buat cute aku merajuk kembali, sukses membuat orang-orang di sekitar kami menatap kami aneh, dan Taehyung yang menunduk menahan malu.
.
.
Aku melihat sekeliling istana dunia milik Taehyung dengan takjub.

Wah, it is the heaven on earth..., batinku berkata.

Sekali kedip... dua kali... tiga kali... aku tak bisa berhenti terperangah menatap kemegahan tempat tingga Taehyung.

Aku membelalakan mataku saat merasakan kontak bibir yang terjadi padaku dan seseorang... yang ternyata Taehyung. "Yah!" Aku berseru, menginjak kakinya cepat dan meninggalkannya untuk terus menyusuri kediaman yang baru saja ku'aniaya'.
.
.
.
.
Sekilas dari awal chapter cerita ini. Tak begitu banyak yang ingin aku jelaskan, semoga gak membingungkan.

Ane belom tidur smp skrng, jd mata bnr2 udh 5 watt bgt, ditunggu feedbacknya.

Please vote and comment, and do read my other stories if thats possible.

As always,
peace and love,
Kimmie.

Blinded LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang