[Fiksi Kilat - 200+ kata]
***"AKAN kukerjakan semua tugas ini nanti, kalian tinggal duduk manis saja ya!"
Seulas senyum yang jelas terlihat terpaksa kutampilkan. Masa bodoh, toh mereka tidak begitu peduli dengan hal itu.
"Gak dibagi aja tugasnya?" Salah satu murid sekelasku--aku tidak akan sudi menyebutnya teman--berujar dengan nasa yang dibuat-buat terdengar manis.
Sekuat tenaga, aku menahan diriku agar tidak mendengus keras dan berkata, memangnya kau mau mengerjakan tugas sulit ini, hah?
"Tidak, trims, aku sedang ingin ambisius."
"Tiap hari lo juga ambis kali, hahaha!"
Aku mengabaikan perkataan mereka yang aku pun tahu kalau mereka tidak bercanda dengan kalimat itu.
Tetapi aku tahu, kalau satu lagi beban psikologis yang biasa kusebut tugas, menyesaki pikiranku.
~~~
Hampir saja aku menangis karena benar-benar stuck di satu soal. Tetapi aku menguatkan batinku kalau aku bisa.
Tetapi percuma saja, aku memang tidak bisa.
Setelah melirik jam dinding yang menunjukan pukul 1 malam, aku menghela napas.
Stress? Mungkin itu kata yang tepat untukku saat ini.
Yah, aku stress dengan segala tugas memuakkan ini. Rasanya seperti hidupmu hanya berputar di rumus-rumus itu.
Karena tidak ingin menjadi gila di umur sedini ini, aku meraih secangkir kopi yang sudah kusiapkan sedari beberapa jam yang lalu.
Malam itu, pukul 1 lebih 7 menit, aku merasa seluruh beban psikologisku menghilang.
Dan aku merasa ringan dan bahagia.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Harga Kebahagiaan [10/10 END]
Short StoryMenurutmu, apa itu arti kebahagiaan? "TUAN, di mana aku bisa membeli kebahagiaan?" Sejenak, tidak ada jawaban dari sosok tersebut. Aku sedikit takut juga, melihat tubuhnya yang tinggi besar, seperti bisa menggilasku kapan saja. "KAU sungguh ingin me...