death or alive?

27 2 0
                                    

Terkadang aku frustasi, aku selalu mengabaikan dari hal hal yang menyangkut tentang duniawi, aku selalu bertolak belakang dengan apapun dan siapapun aku merasa aku tak berguna, untuk apa aku hidup namun aku tak merasa hidup? Te man ku hanyalah hutan alam, dan seisinya. Hutan adalah jiwaku alam raya adalah naluriku.

Hari ini hari libur, saudara lelaki ku selalu menjenguk ku disaat libur bahkan yg paling menyenangkan itu ia pasti mengajakku hiking to the mountain.

"Pagii adee sayang" sapa kakak ku dari jendela ruang tengah.
Aku yg sedang melamun sembari menopang dagu pun terlonjak kaget. Aku langsung berlari dan memeluknya. Dia adalah salah satu keluarga yang paling aku sayang bahkan yg paling mengerti aku dari siapapun.

"Sekarang kita kemana kak" tanyaku, masih sambil memeluknya, seperti anak kecil yg bermanja ria ke kakaknyaa jhaa :v

"Gunung putri?sanggup?" ucapnya sambil mengelus rambut panjangku

"Ah kecil itumah, yuk ah caw"
Aku langsung menarik nya keluar rumah

"Siap siap dulu kali de, yakali kesana ga bawa bekel"

"Yaudah aku siap siap dul-"
Kalimat ku terpotong saat ia menarikku ke sofa di ruang tv dan menarik kepalaku pada pundaknya

"Tega nih gua baru dateng udah disuruh cape lagi ga perhatian amat sih lu de, nah enak gini kan"

Aku terdiam kaku, menunggu hingga ia benar benar melepasku.

Dan tak lama kemudian aku tertidur dan terbangun saat mendengar deruman mobil jeep.

"Wooy tidur mulu, gua tinggalin mewek lu " teriak kakak ku dari luar

"Anjir sialan" ucapku dalam hati.

Aku langsung bergegas membawa tas seadanya dan masuk ke dalam mobil jeep.

"Biar gua deh yg nyetir" ucapku ketus

"GUA MASIH MAU HIDUP, GILA"

Aku tertawa terbahak bahak ketika melihat ekspresinya yang ketakutan, apalagi saat aku menginjak gas dengan ganas, ia menyuruhku berhenti, mobil ini hampir jatuh ke jurang tapi untunglah masih selamat sampai tujuan.

Kami mendaki sampai puncak, beberapa kali aku terjatuh namun bangkit lagi, setiap aku jatuh aku tertawa bahkan si kakak mikir aku gila gapapa lah ngaku aja.

"Makanya mane jangan so so an "
"Bodo amat"
"Awas jatuh bego"
"Bodo amat"
"Tas lu berat amat bawa apaan sih?"
"Makanan"
"Anjir :v"

Okey ini gunung curam, bahkan aku sering kali terpeleset, tapi bukan masalah, aku terus mendaki dan mendaki walaupun tas berat dan jalan masih panjang namun aku tidak merasa lelah karena udara sejuk dan pepohonan membuat ku lupa akan semua itu.

Mega telah berdiri disinggasanannya dengan pipinya yang merah merona menambah keindahan alam ini, namun bertanda hari mulai gelap, dan kami pun membuat tenda setelah sampai dipuncak, aku dan kakak ku berpisah tenda karena ia tak mau tidur setenda dengan aku karena menurutnya aku ini sangat lincah ketika tertidur , aku pernah memecahkan aquarium dikamarku alhasil kamar ku banjir dan aku baru sadar ketika air menggeluti badanku, namun yang lebih parah aku hampir bunuh diri dalam keadaan tertidur. Aku gemar mengoleksi senjata tajam bahkan senapan sekali pun, jd kamarku lebih terlihat seperti kamar pemburu padahal aku ini pencinta Binatang jd tidak mungkin aku membunuh hewan yang tidak berdosa.

Jadi ceritanya aku sedang tertidur jam 9 malam, kakak ku baru pulang kuliah saat itu. Katanya ia melihat aku memegang sebuah pisau kecil untuk menikam jantungku sendiri, untung saja ada kakak ku jika tidak kamarku sudah banjir darah oleh darahku sendiri, karena kejadian itu aku mengunci lemari senjata ku bahkan disaat tidur aku mengikat diriku dengan tali. Entah mengapa namun aku merasa disaat aku tertidur itu adalah kesempatan arwah jahatku untuk pergi bebas dari tubuhku ini, karena aku berdiri diantara hidup dan mati oleh sifat pribadi yang berbeda.



pendek dulu ya ceritanya :(
Semoga penasaran sama cerita selanjutnyaa, waa makasii jangan lupa vote ya😘

Romantic MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang