Rumah yang sangat nyaman, terbuat dari kayu yang berada di tengah hamparan rumput hijau. Sapi dan kambing berkeliaran memakan rumput rumput tiada henti.
Aku sudah dua hari disini, namun ternyata tidak ada siapa pun dirumah nenek ku, saat kami tiba penjaga rumah bilang bahwa nenek dan saudara ku sedang pergi ke rumah paman yang ada di pusat desa.
Disini tidak ada telephone seluler jadi terpaksa aku menunggu beberapa hari tentunya, dan mungkin tak akan lama.
Matahari kembali terbenam, dan menampakkan senja yang mengubah langit berubah menjadi oranye, seperti hatiku juga yang berubah ubah disetiap detik nya.
"Kita berdua lagi deh" akupun memecah keheningan
"Yahh mati deh gue"
"Kenapa kak?" tanyaku penasaran
"Yaa nanti kalo berdua yang ketiga nya siapa?" nada nya seperti menakut-nakuti ku
"Bodo ah, mau mandi dulu ya jangan ngintip loh" aku mengancam dan ia hanya tertawa.Aku memasuki kamar ku tapi ternyata semua kamar terkunci.
Aku mengingat sesuatu, aku menarik kunci yang terkalungkan di leher ku kemudian aku pasangkan dengan kamar paling ujung dari setiap kamar lainnya, yang sempat aku tempati.Aku memutar kunci itu perlahan dengan tanganku yang gemetaran, dengan isak tangisku yang mulai muncul, dengan air mata yang mulai mengalir dan membasahi knop pintu.
Aku tersentak saat memasuki ruangan itu sekaligus terharu. Rasanya seperti rekaman yang pernah terjadi terputar di otak ku.
Aku berlutut dan menangis. Suara tangisan tanpa suara. Dimana suara kesedihan itu berteriak di dalam hati, hanya tetesan deras air mata yang mulai membanjiri setiap lekuk wajah pucat ku.Aku memeluk lutut di sudut ruangan dan membenamkan kepala ku berharap semua air mata mengalir dan cepat mengering. Tangis ku tersendu sendu.
Aku berhenti menangis, dan lalu menatap kembali seisi ruangan yang tak berubah. Masih sama seperti terakhir aku pergi, semuanya masih sama.
Kamar yang ber cat warna biru, dan lukisan awan di sekeliling tembok nya, foto foto ku di waktu kecil, boneka yang berdebu, buku buku kecilku. Semua masih sama.
Aku ingat saat mengecat kamar ini bersama ayah, ketika ibu membantu ku membuat sebuah karya novel yang diketik oleh mesin ketik tua, mengajarkanku bermain piano dan menyanyi, suara ibu.. Yang begitu lembut, yang selalu menyanyikan lagu sebelum aku tidur.
Semua itu telah sirna.
Aku mulai menangis lagi dibawah shower yang membasahi seluruh tubuhku.
Aku rapuh.
***
Sedari tadi aku tidak keluar kamar, aku terus menatap langit, mencurahkan semua kesedihanku kepadanya. Aku duduk di bilik jendela kamarku menekuk lutut sembari menatap langit yang gelap.
***
Kudengar langkah kaki menuju kamarku, lalu kamar ku diketuk secara tergesa-gesa."Ara! Ara! Ara!"
Aku berjalan setengah sadar, lalu aku memutar kunci dan bertanya.
"Apaaaa" aku sedang malas karena kakakku yang terlalu berlebihan itu. Ia memelukku dan menasihatiku lagi.
"Ya ampun dicariin ternyata ada disini, gue kira lo kenapa-napa, oh iya ini kan emang kamar lo ya, ngapain tadi gua cari sampe tukang gado gado ya?"
"Tolol emang" aku membanting pintu dan kembali tidur menatap langit malam.
Arkan POV (kakaknya fahira)
"Cepet amat tuh anak, mood nya ganti ganti kaya flash, hih ngeri sumpah" gue bergidik dan pergi ke ruang tv.
Sambil memainkan remote dan mencari channel yang bagus gue bergumam
"yah padahal kalo nonton berdua nih ya sama si ara enak gitu bisa modus modus gimana,kan besok gue pergi, ehh dia malah ga mood gitu".
Akhirnya gue nyari makanan ke dapur, sampe dari arah belakang dapur gue liat anak kecil lagi mainin ayunan sambil menatap keatas.
Gue deketin tuh..
"Hai anak manis, lagi ngapain sendirian disini?"
Gue pikir kayanya ini anak bibi yang suka bersih bersih disini.
"Kakak itu lagi cedih ya om?" ia berkata sambil menunjukkan jari nya ke jendela kamar ara yang terbuka di lantai atas.
"Panggil abang aja ya jangan om" kesel gue ke anak kecil itu dikira gua om-om
Dia cuma natap gue
"Kalo mau main sama kakak cantik nya besok aja ya, sekarang kamu tidur ya sayang"
"Iya om" dengan polos nya dia turun dari ayunan dan jalan melesat meninggalkan gue sendiri.
Gue liatin si ara yang galau kerjaan nya. Tatapan nya kosong, muka nya pucat, serentak gue mukul jidat sendiri
"Oh iya tuh anak belum makan"
Gue lempar batu kearahnya ngeledek in dia biar marah dan turun, akhirnya dia nonton bareng gue dan makan bareng.
"Heh kuntilanak biasanya kaya gitu tuh, paling bentar lagi lo terbang ke pohon"
Dia cuma balik tatap gue dengan tampang horor nya
"Lu cari mati ye bang?" dia menyahut
"Lu kali yang cari mati belum makan dari lahir"
Dia diam, tapi langsung tersenyum, lalu ia menutup jendela nya. Mungkin dia tidur akhirnya gue balik ke ruang tv deh.
"EH GILA!"
"KAGET SUMPAH TIBA-TIBA ADA DI BELAKANG GUE SAMA RAMBUT PANJANG NYA SENGAJA DI URAI, BANGSAT LU DE"
tapi gue berhasil, akhirnya kita makan dan nonton bareng bercanda lagi sambil sender senderan, bahu membahu gitu. Yap modus gue berhasil kikikikikik.
Author Pov
Aku menyenderkan diri di badannya, ia mengelus ngelus kepala ku dengan lembut dan sangat aku sukai.
Kita memang kakak adik yang bukan satu ibu, tapi kita sepupu. Dari kecil udah sama sama, dan sebelum orang tua ku meninggal katanya aku dititipkan ke padanya untuk selalu menjaga ku namun aku merasa selalu merepotkannya.
"Besok jaga diri ya, katanya besok nenek pulang, terus abang pergi lagi ke kota"
Aku hanya mengangguk.
__________________
____________________
______________________Seberkas cahaya memasuki kamarku secara paksa menerobos lewat celah jendela.
Mataku terbuka karena terganggu. Aku bangkit untuk membuka jendela dan menghirup udara di pagi hari.
Aku pun melihat jam dinding
"Ehh apaa?? Jam 11?? Gila hari gini gua baru bangun" aku pun keluar kamar namun masuk lagi ketika teringat aku masih mengenakan celana pendek. Setelah aku ganti aku keluar dengan tergesa-gesa hingga menabrak seseorang.
"Ehh ughh maaff a-aku tidak sengaja" ucapku
Mata kami saling beradu, setelah itu aku tersipu malu karena aku jatuh menindih nya.
"Dia ini siapa ya? Aku tak ingat jika memiliki saudara lelaki seperti ini, ia tidak lebih tua dariku, lebih muda pun tidak." batinku dalam hati
"Kau siapa?" tanya nya dengan nada yang sangat dingin
"Santai kali, gua bukan maling" lalu aku meninggalkannya dengan sedikit kesal.
Tapi si cowok ia menuruni tangga dengan sedikit lengkungan di sudut bibirnya.
"Menarik" katanya.
Next chapter,, aku akan membuat cerita yang lebih menarik lagi. And thx buat para readers tercinteh ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Moment
RomanceCerita tentang kehidupan seseorang yang menemukan belahan jiwanya, dan segala perjuangan yang ia lalui,kepribadian seseorang, dan yah.. mungkin sekilas terdengar biasa, namun jika kalian melewati cerita ini kalian tidak akan mengetahui sesuatu, eh t...