Sudah beberapa bulan ini, aku dekat dengan Prilly. Berawal dari aku yang menanyakan tugas padanya, hingga ia bercerita tentang Irfan -sahabatku-atau lebih tepatnya, curhat.
Aliii :
Ya gt, lah dia orgnya. Emg keliatan dingin. Tp aslinya sih so sweet.Prillylt :
Lo ko tau? Jgn-jgn lo prnh di sosweetin dia yak?😆Aliii :
Idiiih, gue mah msh normal. Yaa, dl gue sering bantuin dia bikin surprise buat pacarnya.Prillylt :
Bestie bgt emang ya lo berdua? Soon gue yang dibuatin surprise sama dia😆*ngayalmodeonAliii :
Ngayal mulu, lo. Awas jatoh, sakit loh mba.Prillylt :
Ih lo mah, makanya lo doain cinta gue gak bertepuk sebelah tangan HAAZEEKKKAliii :
Lagi nyanyi bu? Iya dah gue doain.Prillylt :
Ngeselin bgt emg lo.Aku hanya membaca chatnya, karena memang saat ini aku sedang berlatih gitar untuk mengikuti kompetisi band.
Entah sejak kapan perasaan ini singgah di hatiku. Namun aku merasa detak jantungku bekerja tak normal bila di dekatnya. Aku pun sadar, aku tak mungkin mendapat balasan darinya. Karena ia, mencintai sahabatku sendiri. Irfan.
"Hayo, kenapa ngelamun?" mama datang sembari membawa segelas susu hangat untukku. Inilah kebiasaan mama. Selalu membawakan aku susu hangat meskipun aku sudah kelas tiga SMA. Entah apa alasannya.
"Gimana sih ma, rasanya kita cinta sama seseorang, tapi orang itu cintanya sama sahabat kita sendiri?" tanyaku sembari mendekap gitar dan menatap ke langit.
"Ohh, anak mama ini lagi jatuh cinta, ya? Cinta itu gak harus memiliki, merelakan dia sama orang yang dia cintai itu udah nunjukin cinta kita. Itu menurut mama, gatau pemikiran kamu gimana," jawab mama sembari mengelus rambutku lembut.
"Menurut aku, cinta itu harus memiliki. Gimanapun caranya." ucap Ali mantap.
"Nah, kalo gitu, kamu harus berjuang buat dapetin dia, dong. Kamu juga gak tau 'kan, sahabat kamu itu cinta apa engga sama dia? Jadi, selama dia belum ada yang punya, kejar dia" ucap mama membuat aku mengangguk yakin.
***
"Ali!" aku menoleh ke belakang ketika merasa ada yang memanggilku. Prilly menghampiri aku yang masih terdiam sembari memegang botol air mineral sehabis eskul basket.
"Astaga, lo belum pulang? Udah sore gini," ucapku yang dibalas cengiran darinya.
"Gue sengaja nunggu lo," membuat bibirku membuat senyuman seketika.
"Soalnya 'kan udah ini lo latihan band, gue ikut dong. Biasaa, mau liat doi" ucap Prilly sembari menaik turunkan alisnya dan sontak senyuman itu hilang.
"Tapi 'kan beresnya malem banget, Prill. Lo pulang aja, ya. Lo dateng pas kompetisi nya aja deh" ucapku ketika mengingat bahwa hari ini Irfan berencana akan menyatakan perasaannya pada Hanny.
Ya, memang beberapa hari yang lalu Irfan sempat bercerita bahwa ia akan menyatakan perasaannya pada Hanny setelah sekian lama mereka dekat tanpa status.
"Ternyata bener ya, kata Fitri, lo bukannya mau deketin gue sama dia, malah buat gue jauh" ucap Prilly sembari tersenyum getir membuat aku terkejut. Tak biasanya ia menjawab seperti itu.
"Bukan itu, maksud gue Prill-"
"Lo suka sama gue, 'kan? Makanya lo buat gue jauh sama Irfan" potong Prilly dengan cepat. Aku membulatkan mata terkejut. Tau darimana?