part2

6 2 0
                                    

"Hah? Apa? Si jelek itu suka sama kapten basket kita itu?"
Deg! Hatiku panas seketika mendengarnya. Panas. Panas sekali mendengarnya. Aku harus segera bertindak. Aku tak suka bila mereka harus jadi pasangan kekasih. Helloww. Mereka ga pantes. Aku gasuka bila si jelek akhirnya bahagia. Aku ga suka liat dia bahagia. Ga suka. Aku harus segera bertindak.
Aku harus bisa lebih dekat dengan si boy, kapten basket itu. Biar dia bisa suka padaku. Biar dia ga peka sama si jelek Reina. Aku harus berusaha so baik pada si boy. Sampai akhirnya kita berpacaran. Dan si jelekpun sakit hati. Whahaha. Bahagianya daku. Itu yang ku mau.

***

Aku harus tampil cantik dan wangi. Karena hari ini si boy akan bertanding. Aku harus menjadi supporter dadakan. Arghh. Sebenarnya aku tak suka berada di tempat ramai seperti itu. akupun tak suka nonton basket. Aku lebih suka duduk di salon, sambil mempercantik diriku. Uhh itu jauh lebih menyenangkan. Tapi Aku hanya menjalankan misi. Apapun kulakukan agar aku bahagia, walaupun duri yang kuinjak.
"Ngapain kamu disini ? Jarang jarang kamu nonton basket, panas panas gini lagi. Kamu sehat kan?" Ujar si Reina
Aku hanya tersenyum. Kamu pasti iri kan liat aku yang semakin cantik. Emang orang cantik ga boleh panas panasan? Hellow orang cantik juga butuh hiburan kali. Termasuk liat penderitaan kamu jelek. Haha. Tunggu saja nanti.
"Kebetulan ada kamu disini, jadi aku ada temen buat ngobrol dan komentar komentar gitu" , maaf jelek ini hanya basa basi , okay.
"Eh iya nih, daritadi aku sendirian, bete, untung ada kamu sekarang. Hihi", ucap si jelek. Duhh, reaksi riang itu membuatku teriris. Aku gasuka. Liat saja nanti, aku akan tersenyum ketika kau meneteskan air mata.
Pertandingan selesai, kulihat Si boy berjalan menuju pinggir lapangan. Akupun berjalan mendekatinya sambil membawa botol minuman untuknya. Dia pasti haus. Dan dia pasti akan menerimanya.
Haiii!!!
Kata pertama yang kuucap untuknya. Gugup. Tapi bahagia. Langkah pertama yang lumayan memalukan.
Dia tersenyum padaku. Ah standar. Tak ada sedikitpun aku tersentuh atas senyumnya.
"Hmmm, boleh kenalan?"
Dia mengulurkan tangan dan mengucapkan namanya, "Boy!"
Aku sudah tahu dan sebenarnya aku tak mau tahu namamu. Ini hanya drama.
"Pamela" ucapku tersenyum ramah dan membalas uluran tangannya. Iiii menjijikan, tangannya penuh dengan keringat. Eoh
Senyumku? Ah ini hanya senyum palsu. Boy, semoga kau baper atas senyumku ini. Wellcome at my drama Boy. Haha

***

Aduuhhhh!!!
Gelap. Ada apa ini? Tuhan tolong aku. Aku takut

Next? Maaf ini hanya fiktif belaka okay?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang