AGHA POV
Jangan kira karena aku sudah pernah menikah jadi kalian fikir aku pasti lancar mengucapkan ijab Kabul, itu semua tidak menjamin! Buktinya ya sekarang ini, aku masih berada di mobil yang akan mengantarku menuju rumah Nabila dengan mulut komat kamit mengucapkan nama Nabila dan ayahnya dengan sekali tarikan nafas dan itu susah. Ayo kita coba sekali lagi ‘ Saya terima nikah dan kawinnya Nabila Zahwa Hamzah binti…’ aduh tadi nama Ayahnya’nya Bila sapa ya? Aku melirik kertas contekanku sekali lagi. Oh ya ampuun. Alfian Hamzah.. Alfian Hamzah.. aku mengucapkan nama itu terus menerus bak mantra.
“ Mas Agha, kita udah sampe”, Suara Pak Sugi akhirnya mengalihkanku dari mantra yang sudah kuulangi puluhan kali.
Hah? Udah sampe? Aku menoleh kearah sebelah kiri dan terpampang megah rumah Nabila yang sudah disulap bak hotel dengan pagar rumah telah dipenuhi oleh karangan bunga dari para kolegaku dan Nabila. Bismillah… aku mulai membuka pintu dan segera disambut oleh para keluarga Nabila salah satunya Oscar. Dia terlihat tampan dengan pakaian khas padang disertai senyum seringai yang membuatku ingin sekali menjitak kepalanya.
“ Sudah hafal belom mantra ajaibnya?”, tanya si bule saat menemaniku masuk keruangan yang akan menjadi tempat ijab kabul nanti. Mantra ajaib? Maksudnya kalimat yang dari tadi ku hafal tapi belum bisa juga.
“ Doakan saja hafal bro”, jawabku pelan. tapi sepertinya ia mendengar dan bola matanya yang berwarna kelabu itu melotot kepadaku.
“ Kamu belom hafal? Kamu kan seorang… sudahlah.. semoga lancar ya bro”,Ia menepuk pundakku pelan lalu berjalan lebih dulu didepanku. Bule resek!! Pasti dia mau bilang kalau aku seorang DUDA kan?? Ya ampuun memang kenapa kalo aku duda? Aku kan duda ganteng, tampan, keren, kece, oke stop Agha!! Tapi memang kenapa kalo aku duda? Duda juga bisa gugup kan? Bisa salah ngomong juga kan? Aku kan Cuma manusia biasa. Emang abis jadi Duda aku bisa jadi manusia super yang lancar ngucapin ijab kabul gitu? Nggak!.
Rumah Nabila yang biasa terlihat lengang dan minimalis kini berubah drastis. Aku bahkan tak tahu ruangan apa ini sebelumnya yang pasti sekarang sudah jadi ruangan dengan penuh hiasan berwarna putih bercampuh ungu muda. Karena memang semua acara pernikahan dikerjakan oleh Nabila dan keluarga. Aku bahkan baru tahu warna baju yang akan kupakai hari ini dua hari yang lalu.
Aku diminta duduk di sebuah kursi dan dihadapanku sudah ada meja berwarna putih. Ini untuk acara ijab kabul pasti! Ayahnya Nabila pun akhirnya datang bersama dengan Seorang pria bertubuh gemuk dan seorang pria yang senyumnya sekilas mirip Oscar lalu duduk di kanan dan kiriku. Aku melirik Oscar yang duduk tak jauh dariku dan dia berkata ‘ itu Ayahku’ tanpa suara. Aku mengangguk mengerti.
Aku sempat bingung sebelumnya karena ruangan ini hanya dipenuhi oleh para pria. Tak ada wanita sama sekali. Namun akhirnya aku ingat saat Nabila sempat mengirim pesan padaku kalau jangan kaget saat ada yang berbeda dengan acara pernikahan kami nanti. Aku tersenyum mengingatnya.
Seorang pria paruh baya pun datang dan duduk dihadapanku dengan tak lupa tersenyum ramah padaku. Ternyata beliau adalah pak penghulu yang akan mencatat pernikahanku hari ini. Acara pun dimulai dengan kata sambutan dari para tetuah dari keluarga Nabila lalu dilanjutkan dengan doa yang dipimpin oleh pak penghulu dan selanjutnya adalah ijab kabul yang sedari tadi ditunggu – tunggu olehku dan keluarga.
Aku menjabat tangan Ayah Bila yang saat ini menjadi wali nikah dari Nabila. Ketika Ayah Bila selesai mengucapkan kata – katanya kurasakan tanganku dihentakkan pelan olehnya. aku segera menyambut ucapannya dengan terlebih dahulu mengambil nafas.
“ Saya terima nikah dan kawinnya Nabila Zahwa Hamzah binti Alfian Hamzah dengan mas kawinnya yang tersebut dibayar tunai “
“ Sah?”,
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sunshine
Teen FictionAku melihatnya… Dia… begitu terang dan bercahaya,, Bak matahari yang cahayanya begitu menyilaukan,, Tapi dia tak pernah melihatku, melihatku menjadi yang istimewa,, Karena kami telah terjebak dalam sebuah hubungan paling aman yang kusesali,, Persah...