NABILA POV
2 Years Later…
“ Kak Bila, Sinta udah dateng tuh!”, teriakan Jani membuatku akhirnya bisa sedikit tenang. Aku nggak tahu apa penyebab aku jadi gelisah,tapi yang jelas aku tidak pernah merasakan perasaan seperti ini.
“ Assalamualaikum calon pengantin”, Aku tersenyum geli mendengar sapaannya.
“ Walaikumsalam nyonya Oscar Sem Jansen”, balasku yang membuat Sinta tertawa. Ia menaruh koper besarnya di sudut kamar dan menghampiriku yang masih tak beranjak dari depan meja rias.
“ Gugup ya?”, pertanyaan darinya hanya bisa kujawab dengan anggukan. Sinta.. asal kau tahu aku bukan hanya gugup tapi aku gelisah, resah, galau atau apapun itu nama!
“ Aku juga gitu kok waktu nunggu Oscar selesai ijab Kabul, harusnya kamu lebih tenang dari aku dong Bil, kan kamu sudah kenal Agha lama, lagian dia cintanya pake banget kok sama kamu”, ucapan Sinta memang ada benarnya. Tak seharusnya aku lebay seperti ini, tapi wajar kan kalau seorang calon pengantin gugup menjelang akad nikahnya?
“ Aku tahu itu Sin, tapi tetap saja gugup, sudah jangan banyak bicara, cepat makeup aku, gaunku sudah siap kan?”, kudengar Sinta kembali tertawa. Aku menatapnya sengit.
“ Iya.. iya.. dasar calon pengantin lebay”,
Dan begitulah selanjutnya proses Sinta merubahku dari si itik buruk rupa menjadi swan lake yang mempesona. Oke.. aku berlebihan, Sinta hanya membuatku menjadi wanita yang sepantasnya dinikahi oleh Agha. Aku sendiri tidak akan pernah lupa bagaimana aku bisa sampai di fase ini.
- Flash Back On –
3 Bulan yang lalu…
“ Dia sudah kembali Bil”, suara Riana tampak serius,membuat suasana makan siang kami tiba – tiba saja berubah jadi tegang.
“ Dia siapa An?”, tanyaku berpura – pura tidak tahu.
“ Ck, jangan pura – pura bodoh, tentu saja Agha! Ingat kamu masih punya hutang jawaban untuknya”, Ooh Riana.. sahabatku yang kelewat pintar. Haruskah kamu memperjelas hutangku selama hampir dua tahun ini hah? Tentu saja aku ingat! Aku telah menggantung hidup seorang duda tampan yang dulu pernah jadi sahabatku.
“ Jadi.. apa jawabanmu?”, tanyanya lagi saat melihat aku sama sekali tidak bereaksi atas omongannya.
“ Rahasia”, jawabku singkat. Riana mendengus sebal lalu meminum gelas berisi jus strawberry kesukaannya.
“ Dasar pelit!”,
Setelah pertemuanku dengan Riana saat makan siang itu aku menjadi lebih tenang. Aku memang sengaja tidak menghubunginya lewat media manapun kecuali SMS. Apalagi ditambah kepergiannya yang melebihi rencana, ya.. dulu ia bilang akan pergi paling telat satu setengah tahun. Tapi ini sudah hampir dua tahun dan ia baru bisa kembali. Dari pesan terakhir yang kuterima darinya ia harus merombak struktur pengurus perusahaan karena sempat ada kasus kalau perusahaan keluarga Agha disana sempat hampir dipindah tangankan oleh salah satu orang kepercayaan mereka.
Kecewa? Ya.. aku jujur kecewa, tapi semua jawaban yang telah kusimpan dalam hati selama beberapa tahun ini cukup membuatku tenang. Aku juga semakin tenang saat tahu ia disana memenuhi janjinya. Tidak berhubungan dengan wanita lain dan bisa menjaga dirinya dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sunshine
Dla nastolatkówAku melihatnya… Dia… begitu terang dan bercahaya,, Bak matahari yang cahayanya begitu menyilaukan,, Tapi dia tak pernah melihatku, melihatku menjadi yang istimewa,, Karena kami telah terjebak dalam sebuah hubungan paling aman yang kusesali,, Persah...