"Dimana kau tinggal?" Tanya Athan.
"Di dekat sini," Clara menunduk melihat lukanya yang di obati oleh Athan.
"Wah, aku pikir, tak akan ada yang mau tinggal di hutan ini. Ternyata ada kau di sini," Athan tersenyum. Mengusap luka di kaki Clara, bahkan ia melupakan rasa sakit yang ia rasa.
"Bagaimana dengan kau sendiri? Dimana kau tinggal? Apa jauh dari sini?" Tanya Clara.
"Aku bisa tinggal di mana saja yang aku mau. Aku bahkan bisa tidur diatas rumput, diatas pohon, atau dipuncak gunung." Athan berdiri dari duduknya, ia mengangkat tubuh Clara dengan sangat mudah, seakan tubuh Clara seringan kapas. "Kau sangat berat." Canda Athan. Clara mendesis sebal.
"Dimana rumahmu?" Tanya Athan sambil menatap wajah Clara datar.
"Aku tak tahu. Hutan ini sangat luas dan sepertinya aku berlari terlalu jauh dari area rumahku. Tapi seingatku...," Clara memberi jeda untuk berpikir. "rumahku berada di jalan A nomer--30 atau 31 ya? Huft, kenapa aku lupa? Bodoh! Oh ya, aku ingat..."
Athan hanya tersenyum tipis mendengar bualan Clara yang membingungkan. Clara terus saja berbicara tanpa memperdulikan rasa sakit yang ia rasakan saat ini.
"Aku pikir kau hanya sebuah legenda. Bagaimana manusia seperti kau bisa hidup di dunia modern seperti ini?" Tanya Clara dengan wajah yang polos.
Athan menggidik bahu. "Entahlah, aku pun sedikit merasa bingung." Jawab Athan acuh.
"Bingung kenapa?" Clara melihat keseriusan di wajah Athan.
"Apa harus aku jelaskan padamu kenapa aku bingung?" Athan menatap wajah Clara lekat-lekat. Clara mengangguk.
"Aku bingung karena, bagaimana bisa seseorang hidup dengan serigala yang berada di dalam dirinya? Itu tidak masuk akal bukan? Memakan daging mentah secara langsung dan liar, hidup berkelana ditengah hutan tanpa perduli bahaya yang mengancamnya. Dan kalau kau Alpha, kau harus memimpin pack mu" Athan terdenyum miris.
"Dan apa kau tau? Setiap detik aku menyesal karena dilahirkan menjadi seorang warewolf. Penyesalan itu menjadi semakin mencuat ketika aku-" Athan menjeda ucapannya dan kini ia tengah memasang wajah penuh penyesala. "-aku hampir saja membunuh seorang manusia." Kalimat itu terdengar jelas seperti sebuah pentesalan.
Clara membulatkan matanya, kemudian ia memundurkan tubuhnya kebelakang. "Kau akan membunuhku?" Tanyanya polos. "Jangan! Jangan! Dangingku keras dan pait." Clara memeluk lututnya takut.
Athan tertawa, "Jika memang aku ingin memakanmu, sudah sejak tadi aku memakanmu," Ujar Athan masih dengan tawanya. "Lagi pula kau terlalu kurus, seperti tengkorak berjalan tau." Lanjutnya.
Clara mendumal, tapi kesekian detik terdiam dan terpesona dengan tawa Athan yang baginya itu sangat... seksi- Suaranya sangat berat, apa lagi bibirnya yang-- arghh. Pikiran Clara mulai berfantasi liar.
Wajahnya bertumpu pada kedua tangannya, sesekali ia tersenyum melihat wajahnya. Matanya turun ke arah dada dan perutnya. Clara berusaha menelan salivanya dengan susah payah saat melihat otot-otot di perutnya.
Tawa Athan mulai reda, matanya menangkap basah Clara tengah memperhatikan otot-otot di tubuhnya. Athan mengernyitkan dahi kemudian ia tersenyum jahat.
"Apa yang kau lihat?" Tanya Athan dengan senyum devil di wajahnya.
Clara tersadar dari lamunannya, ia terlihat salah tingkah. "Ke-kenapa ka-kau membunuh mereka?" Clara mencoba mengganti topik pembicaraan.
Athan mendekatkan tubuhnya pada Clara, "Oohh, kau mengaguminya, ya?" Ledek Athan yang membuat pipi Clara semerah kepiting rebus.
Clara mendorong tubuh Athan menjauh, "Kau ini!" Geram Clara.
~~~~~
Lelah. Itu kata yang tepat untuk mengekspresikan keadaan Athan saat ini. Sudah hampir puluhan kali mereka berkeliling hutan untuk menncari jalan menuju rumah gadis mungil itu ditambah dengan Clara yang ia gendong di punggung lebarnya.
"Cepatlah, aku sudah mulai lelah." Keluh Athan. Keringat membasahi seluruh tubuhnya.
"Sabarlah! Aku sedang mengingatnya. Bisakah kau sabar?" Balas Clara dengan kesal.
"Tapi kita sudah berkeliling hutan puluhan kali, kau tak memikirkan betapa lelahnya aku?"
"Tidak!" Jawab Clara lantang.
Athan menghela napasnya, "Gadis sialan." Umpatnya pelan.
"Aku mendengarnya." Ungkap Clara santai.
Lagi-lagi Athan hanya bisa menghela napas lelah. Athan tak mungkin bisa melawan seorang gadis, apa lagi gadis cerewet macam Clara. Jika sudah begitu, Athan hanya bisa mengalah atau menghela napasnya panjang.
Akhirnya Athan menyerah, ia membawa Clara ke sebuah tempat di tengah hutan. Tempat itu adalah sebuah rumah yang terbuat dari kayu. Tempat itu sangat indah nan menawan. Clara terpukau atas keindahannya.
Mata lebar Clara berbinar, "Waaawww.... ini rumahmu?" Athan mengangguk. "Indah sekali!" Seru Clara.
Athan tersennyum bangga, "Tentu saja. Aku yang membuatnya." Padahal bangunan itu di buat oleh pekerja bangunan yang Athan bayar.
"Benarkah?!" Tanya Clara semangat. Athan mengangguk. "Kalau begitu... bagaimana jika kau membuatkan satu untukku." Lanjut Clara dengan suara memohon.
Athan menghentikan langkahnya dan terdiam, "Em... kalau itu, tidak bisa." Ujar Athan dengan tersenyum terpaksa. Ia kembali melanjutkan langkahnya.
"Payah!" Umpat Clara.
"Apa?!" Geram Athan. "Kau bilang apa tadi?!" Lanjutnya masih dengan amarah di wajah tampannya.
Clara mendengar suara gemuruh dan ia dapat melihat jelas di wajah Athan bahwa ia kini tengah marah. Clara tertawa hambar, "Bukan apa-apa, bukan apa-apa." Ujar Clara, tapi itu tidak berhasil. Masih ada sedikit kemarahan di wajahnya.
Di dalam hati Athan ia mati-matian menahan amarahnya yang mulai menggebu-gebu. Siapa suruh membangunkam serigala yang sedang tidur? Beginikan akibatnya. Mata Athan mulai berubah layaknya seekor serigala.
Dengan polosnnya Clara membisikan sesuatu pada Athan, "Apa kau tau? Aku tak menyukai dirimu yang seperti ini." Ungkap Clara dengan ekspresi cemas di wajahnya.
Athan terdiam, kemarahannya mulai mereda saat mendengar kata-kata yang Clara ungkapkan. Athan tahu itu, ia begitu mengerikan untuk ukuran seorang manusia dan lemah untuk seekor serigala.
Athan merasa sangat bersalah, "Maaf," Lirihnya. Clara mengangkat bahu acuh.
Athan menggendong Clara hingga ke dalam rumah indahnya. Ternyata isi rumah itu cukup mewah dan sangat mengagumkan. Clara terpesona dengan ke indahannya.
"Siapa yang kau bawa?" Terdegar suara bariton yang membuat pendengarnya tunduk seketika. Mereka berdua diam, khususnya Athan.
.
.
.
.
.
.
.
.TBC.
Salam hangat,
Nabnabsz💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Could You Be Mine?
Ficción GeneralAthan. Dia sahabat baikku, dia penyelamat hidupku, dia bagaikan dewa pelindung untukku. Kami selalu menghabiskan waktu bersama. Entah mengapa, aku merasa nyaman bersamanya, dia juga begitu baik bagiku. Tapi aku tidak merasakan apapun yang mereka se...