DJ•03

6 1 0
                                    

'Semua potret tak selalu menggambarkan kebahagiaan'

_Anonim_

DJ•03

Hari ini merupakan malam sebelum hari ulang tahunnya Adia. Semua persiapan surprise untuknya sudah matang dan berharap berjalan lancar sesuai keinginan.

Afi, Anya dan Dio sudah siap dengan misi pertama untuk mengalihkan Adia ke rumah Afi dan berharap Adia tidak menyadari.

"Ngapain ke rumah Afi? Tugas gue numpuk. Lo mau bantuin emangnya?" Adia jengkel karena Dio menyuruhnya untuk ke rumah Afi.

"Tega lo ya. Teman lo sendirian dirumah. Tadi dia ngasih tau gue dan ngak mungkinkan gue kerumah Afi malam-malam begini. Nanti malah dibilang kumpul kebo lagi." Keluh Dio.

"Tapi Afi kok ngak ngomong ke gue kalo bokap sama nyokapnya pergi ke luar kota?" Adia mempertanyakan pertanyaan yang membuat Dio harus berfikir untuk menjawab.

"Afi juga ngak ngasih tau Anya. Dia takut ganggu kalian. Kalo gue jangan tanya tidur jam berapa." Jawaban Dio mantap dan dia yakin kalau Adia percaya.

"Apaan. Lo aja jam delapan udah tepar. Sok-sok pake acara begadang." Adia masih mempertahankan jawabannya.

"Nanti jangan kecewa ya sama diri lo sendiri atas apa keputusan lo. Gue harap ngak akan terjadi untuk ke-dua kalinya" Dio ngelantur. Adia terdiam.

Tuut tuut tuut

Adia memutuskan untuk pergi tanpa peduli bagaimana penampilannya. Adia mengeluarkan sepedanya di jam sepuluh dan memutuskan untuk datang ke rumah Afi. Adia mempercepat laju sepedanya, ia takut terjadi sesuatu.

Dari kejauhan tampak seseorang yang mencurigakan berusaha membuka pagar rumah Afi. Sontak mata Adia membesar, dengan cepat Adia memberhentikan laju sepedanya. Adia mencoba meraih ponselnya berniat mengirim pesan.

Andio : "Dio, gue harap lo juga ke rumah Afi. Sekarang gue ada di dekat rumah Afi, trus gue liat ada orang mencurigakan masuk ke rumahnya"

Adia menunggu jawab. Tangannya mulai gemetaran dan keringat mulai membasahi keningnya. Dering pesan line. Adia yakin pesan dari Dio dan tanpa pikir panjang Adia membuka pesan.

Andio :"Gue bakalan kesana sekarang, sekalian gue bawa security kompleks. Gue saranin lo untuk ikutin tuh orang. Gue takut tuh orang nyakitin Afi"

Tanpa pikir panjang Adia turun dari sepedanya dan memarkirkan disisi jalan. Begitu banyak hal-hal yang terlintas di pikiran Adia, takut terjadi hal yang tidak diinginkan.

Adia mengendap-endap masuk ke rumah Adia berharap langkahnya tidak menghasilkan suara. Adia melihat pintu rumah terbuka, tanpa pikir panjang Adia masuk dan ia melihat orang yang dimaksud tadi berada di bawah jenjang. Orang itu memakai baju serba hitam dan hendak naik ke lantai dua.

Adia sedikit takut dan tahu saja lantai dua merupakan posisi kamar Afi. Adia terus mengikuti hingga sesampainya di lantai dua Adia tidak menemukan orang itu, tetapi pintu teras terbuka langkah Adia mendekat ke pintu teras dan tiba-tiba penglihatannya gelap. Yap benar, kepala Adia ditutup menggunakan kain hitam. Adia pikir ini penculikan atau pembunuhan. Adia sempat memberontak tapi kemudian tangan dan kakinya dikiikat dan ia bisa merasakan kalau yang mengikatnya seorang laki-laki.

Adia dibiarkan dalam posisi diikat dan untungnya ia tidak pingsan. Adia berusaha untuk bertahan dan karena dalam posisi ini ia merasakan ujung kaki dan ujung jarinya seketika mendingin.

Aldo, Anya dan Afi membiarkan Adia hingga pukul dua belas. Sedangkan mereka mempersiapkan semuanya. Mulai dari Afi dan Anya yang menghiasi walpaper dinding dan Aldo mengambil sepeda Adia yang tertinggal.

23.58 WIB

Semua lampu dimatikan yang bersinar hanya lampu lilin berangka tujuh belas dari kue ulang tahun berwarna pink. Sudah jelas dari warna kue itu kalau Adia menyukai warna merah jambu yang lembut.

Perlahan Dio membuka penutup kepala Adia. Dan perlahan Adia membuka mata.

Afi dan Anya sudah berdiri di hadapan Adia membawakan kue sedangkan Dio berdiri dibelakang Adia.

Surprise...

Mereka berteriak. Seketika membuat Adia tersadar dan terdiam. Ia tidak menyangka apa yang terjadi. Dio melepaskan ikatan di tangan dan kaki Adia.

Adia menangis. Air matanya mulai berjatuhan. Ini bukan tangisan bahagia.

"Lu kenapa yak? Kami berlebihan ya?" Afi terduduk di hadapan Adia.

"Gue ngak mau Fi, kan udah gue bilang jangan ada perayaan. Ngak pantes buat gue masih bisa menghirup udara dan ngerayain umur yang ketujuh belas. Karena ini dia pergi. Karena gue dia pergi. Udah cukup bikin gue selalu nyesel" Adia menumpahkan semuanya. Membuat Anya, Afi dan Dio terdiam. Mereka tak tahu harus berbuat apa.

Anya memeluk Adia diikuti dengan Afi dan Dio. Semua merasakan kehilangan. Semua berduka.

Dio mengeluarkan suaranya. "Tapi Yak, kalo lo tetap ngini kapan berakhirnya penyesalan ini. Jangan berlarut-larut dalam kesedihan dan gue ngak suka orang kayak gitu. Lo harus.... " sesaat Dio berhenti dan menggeleng. "Kita, kita harus kuat yak. Ngak pernah ada yang nyalahin lo, semua murni kecelakaan" Anya dan Afi melepaskan pelukan mereka.

"Dio benar Yak, ngak pernah ada yang nyalahin lo. Semua murni kecelakaan" Anya ikut mengeluarkan suara dan berharap membuat Adia mengerti.

Adia menggeleng. "N..ngak Anya. K.. kalo saja gue ngak maksa Farell buat beliin gue kado sialan itu dia ngak akan ngalamin kecelakaan. Mungkin dia akan disini bersama kita" isakan dari Adia seakan-akan memberitahu penyesalan yang mendalam dalam dirinya.

Flashback

2 Tahun yang lalu

Hari ulang Adia.
"Afi udah, Anya udah, Dio juga udah. Lo ngak kasih apa-apa ke gue rell?" Adia memeluk kado-kado yang didapatkan dari sahabat-sahabatnya.

"Gue tadi mau beli, tapi nanti ngak keburu bikin surprise buat lo. Jadi besok-besok aja yah." Farell memberikan senyumannya. Tapi percuma saja Adia malah cemberut.

Tanpa pikir panjang Farell menaiki sepeda motornya lalu pergi dan tersungging senyum dibibir Adia.

Mereka menunggu dari sore hingga malam. Tapi, Farell tidak menunjuki batang hidungnya. Adia mulai cemas.

"Fi, Farell kok lama ya." Adia cemas dan ia hanya bisa memainkan kuku jari-jarinya.

"Paling macet Yak. Tunggu aja." Afi yang sibuk dengan novel barunya.

Dering HP Dio berbunyi, tertera jelas di layar HPnya dari nyokap Farell. Dio menggangkat. "Halo? Ya Nte..." Sesaat Dio terdiam dan dari wajahnya menjelaskan ada kabar buruk. Mata Dio menjelaskan ketidak percayaan.

_____

Haiii kasih voment yaaa.
Makasihh ^_^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DUA JALURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang