'Sekedar mencoba dan berusaha saja tak akan membuatmu tenggelam. Justru, pasrahlah yang akan membuatmu tenggelam dan jauh dari permukaan'
_anonim_
DJ•02
Afi tidak mengerti dirinya sendiri kenapa harus merasa seperti ini sehingga pikirannya masih belum terlepas dari apa yang terjadi tadi. Padahal Afi sering datang ke pertandingan-pertandingan yang di kaptenkan cowok itu. Dan waktu itu....
Belum ada rasa
Afi berfikir untuk ke dua kalinya dan berpendapat sekalipun Afi berjuang tidak akan mendapatkan hasil apapun.
Pesimis
"Fi, jadi gimana rencana surprisenya Adia. Gue cuman ada waktu hari ini doang. Soalnya besok-besok ada jadwal latihan tari" Anya, sahabat Afi yang selalu sibuk dengan kegiatan organisasi. Jangan tanya kenapa Afi sangat mengerti Anya. Mereka telah mengenal dekat satu sama lain semenjak duduk di bangku kelas tujuh SMP.
"Lu ada, eh malah Dio yang ngak. Gitu mulu jadi gue ngak tau harus mulainya kapan"
"Dio udah ngomong ke gue tadi, paling bentar lagi si kancil datang" Anya memang selalu memanggil Dio dengan sebutan "Kancil". Tahu saja gimana licik dan malu yang tak Dio miliki.
"Apa lo pada? Gibahin gue ya, dasar cewek-cewek. Gini nih kalo udah nyatu ngomongin temannya sendiri" kesal Dio dengan pasang tampang kecewa.
"Naj*s lo. Udah telat pakai tampang gitu lagi. Buruan gue ada latihan" Anya terlalu malas memperpanjang masalah Dio yang kecewa.
Awalnya Dio sedikit bad mood. Tapi, saat mereka diskusi, Dio lupa kalau dia lagi bad mood dan seketika berubah kembali menjadi kancil.
☆☆☆
Nadhif dan teman-teman futsal lainya sedang latihan untuk persiapan pertandingan yang akan di adakan seminggu lagi. Dan Nadhif selalu memberikan yang terbaik.
Afi, Anya dan Dio melewati jalan yang membelah lapangan basket dan lapangan sepak bola. Akhirnya mereka dapat pulang setelah menyelesaikan perencanaan misi mereka.
Sesaat Afi menoleh ke arah lapangan. Arah pandangan Afi menuju ke Nadhif sehingga Afi tidak tahu kalau Anya melontarkan pertanyaan.
"Fi, lo hari sabtu ngak les kan?" Anya bertanya dan dijawab dengan keheningan Afi.
Mata Afi tidak lepas dari Nadhif, Petanyaan-pertanyaan mulai datang bertamu ke otaknya.
"Yaelah ditanyain diam aja nih bocah" Anya memperhatikan arah pandangan Afi yang tertuju ke lapangan sepak bola. "Lu ngeliatin siapa sih Fi?"
Daffa sesaat berhenti, dia sadar melihat Afi lalu dengan sigap Daffa memberi kode hingga Nadhif menoleh ke Afi, sesaat mata mereka bertemu walaupun hanya sesat.
Dengan refleks Afi menoleh ke Anya dan Dio secepatnya. "Ooh n..ngak. Kok mereka latihan yaa? Ada pertandingan kah?" Balas Afi yang membuat temannya binggung.
"Sejak kapan lo peduli sama futsal sekolah kita?" Dio mengeluarkan perkataan sehingga Afi menyesal bertanya.
"Cepat pulang ah. Tugas numpuk, laporan biologi juga belum selesai. Besok ulangan fisika lagi." Afi mencoba mengalihkan pembicaraannya.
Nadhif kesal. Sekarang malah Daffa yang tak henti-henti menggodanya. Ingin rasanya Nadhif tenggelamkan Daffa ke jamban.
☆☆☆
Nadhif dan Daffa istirahat sejenak di kantin sekolah. Memang sudah sore tapi masih banyak siswa yang nongkrong di kantin. Dan masih banyak juga kegiatan organisasi sekolah yang masih berlangsung.
"Ngomong-ngomong lu udah tau dhif nama cewek itu?" Daffa memulai lagi. Membuat Nadhif memberikan tatapan tajam.
"Lu ngak capek apa ngomongin cewek itu mulu. Kalo lo suka yaudah tinggal deketin aja." Nadhif menjawab enteng dan tidak mau menanggapi Daffa terlalu jauh.
"Yang bener ya. Kalo gue dapetin dia lo jangan marah atau nyesel." Daffa terlalu semangat hingga membuat Nadhif memberikan tatapan binggung.
"Lu pikir lagi deh. Siapa coba yang ngak mau kenal sama cewek semanis itu. Gue suka lesung pipinya. Oh. Matanya juga." Ntah apa yang membuat Daffa seperti itu hingga Nadhif hanya menggeleng saja.
"Kalo dimata gue standar-standar aja." Jawaban yang tidak diharapkan.
"Oh gue juga baru tahu kalo cewek itu anggota debat tingkat provinsi. Trus kalo ngak salah dia atlet sepeda dua tahun yang lalu."
"Sebegitu sukanya ya lo. Sampai-sampai prestasinya lo hafal" Nadhif menggeleng dan melanjutkan meneguk air minum.
"Lu ngak asyik." Daffa langsung angkat kaki dari kantin dan meninggalkan Nadhif sendirian. Padahal Daffa berharap reaksi Nadhif sedikit histeris tapi sungguh tidak sesuai yang diharapkan.
☆☆☆
Malamnya Afi sibuk membuat persiapan surprise untuk Adia. Dan Adia mengirim pesan lewat grup line namun tidak ada satupun yang membalas sehingga Adia mengutarakan kekecewaannya.
Adia :"Jangan di read doang. Kecewa gue sama lo pada."
Memang itu yang mereka harapkan. Mereka berharap Adia kecewa karena tidak ada satupun respon dari kami. Adia berulang tahun dua hari lagi. Sweet seventeen akan diraihnya.
Pesan masuk.Anya :"Dia ribut di line Fi. Kasihan kalo ngak ditanggapi"
Afi :"biarin dulu lah. Toh baru awal. Tunggu Dia kesel parah dulu"
Anya :"Et dah si Dio lupa bawa otak lagi. Dia malah nanggapin"
Afi :"Wkwkwkw .Dio bilang kalo dia lupa. Emang ya otaknya dihemat-hematin buat kuliah."
Anya :"Bukanya tamat SMA Dio pengen merried? "
Afi :"Katanya sih pengen gitu tapi takut di cincang bapaknya"
Percakapan mereka berlajut hingga mereka membuat grup line sementara untuk persiapan ulang tahun Adia.
☆☆☆
Kasih voment yaaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA JALUR
Roman pour AdolescentsQafiya Thasa Qalbi, cewek bawel yang punya lika-liku masalah yang harus dihadapi. Bermula dari kakak kelas yang memfitnahnya berbuat yang tidak sewajarnya. Qafiya bisa saja menjatuhkan Boom di depan orang itu, hanya saja, Afi-begitulah ia sering di...