"Pagi."
"Pagi Naya."
"Pagi Rere."
"Pagi Dafa."
"PAGI SEMUANYAAAAA!"
Sepertinya gadis ini berlebihan. Hampir setiap hari ketika ia tiba di sekolah, ia tak pernah lupa untuk menyapa siapapun yang ditemuinya. Tanpa terkecuali. Ia selalu bersikap ramah pada siapapun, ia juga tak pernah lupa memamerkan deretan giginya yang putih. Hihi. Katanya dia lebih percaya diri jika seperti itu.
Yap, dia Raya. Soraya Kusuma Putri, yang kini sudah duduk manis di bangku paling depan. Ia sendiri tak pernah tau mengapa begitu suka duduk di depan. Tapi katanya, jika ia duduk di belakang, ia akan tidur bukan malah belajar. Apalagi deretan belakang ada Revan. Revan pasti tak henti-hentinya berusaha menggoda Raya saat belajar. Dan perlu kalian tau, deretan belakang, paling pojok, ada seseorang yang pernah mengisi hatinya saat Menengah Pertama. Indra Pratama Winata. Oh, lupakan. Itu hanya masalalu, hanya berlangsung dua bulan. Tak ada yang istimewa, namun terkadang Raya masih berusaha mencuri-curi pandang pada pria itu. Dan satu lagi, deretan kedua, tidak tepat dibelakangnya Raya sih, selang satu bangku, ada seseorang yang membuat hatinya patah. Razi ..
Kelasnya masih belum ramai. Hal ini tentu membuat Raya jenuh. Terlebih lagi Revan belum datang. Rumahnya memang tak searah, jadi mereka jarang berangkat bersama. Akhirnya Raya memutuskan membuka aplikasi LINE di ponselnya. Dan, klik.
Revanofaizz: Ra.
Revanofaizz: Ra berangkat brg gue ya
Revanofaizz: RAYA!!
Revanofaizz: p
Revanofaizz: p
Revanofaizz: p
Revanofaizz: anjr, bls kek
Revanofaizz: heh sarap. Dmn sih? W abis makan nih
Revanofaizz: brgkt duluan ga blg anjrrr:(Raya menepuk jidatnya pelan. Gawat. Ia tadi pagi lupa tak mengecek ponselnya. Tau begitu, ia tadi tak minta Papanya untuk mengantar ke sekolah. Ah iya, pasti Revan telah mengutuknya. Ia pasti dijalan komat-kamit membaca mantra untuk Raya. Ah, menyebalkan. Oh Tuhan, selamatkan aku dari Revan...
***
"Temen macam apa lu,"
Revan menghampiri Raya yang sedang meyantap makanannya. Iya, hari ini Raya memesan semangkuk bakso. Lihat saja mulutnya,mengembung. Revan yang sedari tadi bicara, sama sekali tak ia gubris. Raya melahap bakso kecilnya itu, yummy, ia mengunyahnya dengan perasaan riang. Entahlah, Raya hari ini merasa begitu senang bisa memakan bakso lagi. Pasalnya seminggu yang lalu ia sudah dilarang makan bakso dan sebangsanya yang membuat asam lambungnya naik, tapi hari ini, dokternya bilang bahwa ia sudah diperbolehkan. Ssrpt... Es jeruk yang kini ada dihadapannya telah diminum juga ternyata. Am, Raya kini melahap mie nya, lalu kuahnya.
"Gue dianggurin nih?"
Revan tetap pada posisinya, duduk menghadap pada seorang gadis yang sedari tadi tak menggubrisnya sama sekali. Jangankan menjawab, menatapnya saja tidak. Ah sungguh, bakso yang ada dihadapannya telah mengalihkan dunianya.
"Ray,"
Aktivitasnya terhenti. Raya meletakkan sendok juga garpunya. Sedikit saja, ia mendongkakkan kepalanya. Menatap lekat-lekat pria yang ada dihadapannya. Ada perasaan kelam yang menyelimutinya kini. Oh tidak, untuk kali ini saja, jangan keluarkan amarahmu Raya.
"Hmm, ada apa? Apa aku salah?" tanya Revan polos.
Raya hanya menggeleng pelan.
"Ada apa? Katakan. Apa aku salah memanggilmu 'Ray'? Ups."
Ah, Revan. Mengapa kau malah menganggu Raya? Lihat tingkahnya, setelah merajuk, ia malah menutup mulutnya dengan kedua tangan, seolah ia tak sengaja mengucapkannya. Maniknya berputar. Seolah, meremehkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya & Revan
Teen FictionHari dimana aku menemukanmu. Hari dimana aku merasa bahwa aku merasakan kenyamanan yang luar biasa. Hari dimana aku takkan ingat akan luka dan duka. Hari dimana semua hari itu sama. Ya. Setiap hari. Bersamamu.