Warning: Typo(s) bertebaran!
Aku melihat makanan ringan dan minuman sudah rapi di atas meja. Jadi begini, karena teman kelompok mau buat tugas kelompok di rumahku, aku pun harus mempersiapkan makanan dan minuman untuk mereka.
Kini, aku hanya tinggal menunggu kedatangan mereka di rumahku saja. Sembari menunggu kedatangan mereka, aku memainkan ponselku dan membuka aplikasi Wattpad.
Belum saja beberapa menit baca cerita di Wattpad, tiba-tiba ada satu pesan dari Nadha di Line.
Nadha:
Sya! Kami bentar lagi udah nyampe.
Fasya Dillan:
Y.
Nadha:
Songong banget cuma balas 'y' doang.
Fasya Dillan:
Ya.
Nadha:
Heh.
Bodo amat, lagi males balas pesan dari Nadha, habisnya udah enak-enakkan baca cerita di Wattpad, malah digangguin. Si Nadha itu gak bisa lihat temannya senang apa.
"Fasyaaaa!"
Arrgghh... baru aja mau lanjut baca. Para kunyuk itu udah datang aja.
Segera aku keluar rumah, ternyata mereka semua sudah datang lengkap dengan perlengkapan mereka masing-masing. Mereka sungguh bersemangat sekali kerja kelompok. Tapi, tunggu dulu... ada satu anggota yang kurang. Kuteliti lagi pandanganku dan memeriksa apakah dia datang atau tidak. Ternyata benar dugaanku, hanya dia sendiri yang belum datang.
Sadar karena mereka masih nangkring di depan pagar, aku pun bergegas membuka pintu pagar dan mempersilahkan mereka masuk. Satu per satu mereka pada masuk, mataku terus memandang mereka berharap penglihatanku salah. Ternyata penglihatanku tidak salah, dia memang tidak datang. Kenapa? Apa dia lupa kalau sekarang jadwalnya bikin tugas sekolah? Tapi, kurasa ia tidak lupa.
"Kalian datangnya kok bisa barengan?" tanyaku heran karena mereka datangnya bersamaan kecuali, dia.
"Iya, kami janjian di depan komplekmu, soalnya pada tidak tahu rumahmu. Makanya kita janjian di depan komplek." Kini, Uli bersuara.
Aku mangut-mangut, mereka semua pada mengerjakan tugas mereka masing-masing. Sedangkan aku? Aku hanya ditugaskan untuk bagian lem saja. Jangan tanya mengapa aku mendapatkan bagian yang mudah, karena aku orangnya ceroboh dan juga suka merusak barang orang lain, maka dari itu daripada tugas praktek kami hancur, mereka pun hanya memberikanku tugas lem saja karena pekerjaan mengelem tidaklah sulit.
"Eh, si Arvin telponin dulu lah dia, enak kali kita kerja dianya nggak." Celutuk Nadha sambil mendumal.
"Aku ada nomornya tapi gak ada pulsa. Gimana dong?" itu suara Uli. Begitulah dia, memiliki semua nomor anak kelas tapi tidaklah berguna. Kenapa? Karena dia hanya menyimpan nomor mereka tapi tidak berniat menelepon atau sekedar sms.
Aku berdecak gemas. "Ya sudah, aku saja yang telepon dia."
"Butuh nomornya?"
"Aku sudah ada nomornya Arvin." Cetusku sambil men-dial nomor hp-nya. Namun, hanya operator saja yang menjawab.
"Gimana? Si Arvin belum angkat teleponnya?" tanya Nadha.
"Belum,"
Nadha berdecak kesal. "Anak itu malas sekali. Kenapa harus dia sih yang di kelompok kita." Gerutu Nadha dengan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just A Friend To You
Short StoryAku tahu aku salah karena mencintaimu. Aku tahu kamu pasti nantinya akan menjauhiku, aku tahu itu. Hanya saja, jika aku tidak mengungkapkannya sekarang, bebanku terlalu berat untuk memendam semua perasaan ini. Maafkan aku yang mencintaimu... Can we...