Karena ada yang nagih minta lanjut, Priska kabulin deh walaupun tadinya pengen one shoot aja. Tapi, kalo dijadikan oneshoot malah gantung. Yaudahlah ya, lanjut aja deh.
Mungkin kalian bertanya-tanya surat itu akan aku kasih ke Arvin atau tidak. Jawabannya tentu saja tidak. Demi Tuhan, sampai kapan pun itu aku belum bisa dan memiliki keberanian untuk menumpahkan perasaanku yang sebenarnya pada Arvin.
Arvin bisa dibilang orangnya terkesan cuek pada sekitar. Ia sama sekali tidak pernah bercanda kepada orang yang baru dikenalnya.
Ah, mengingat Arvin membuat pikiranku bertanya-tanya. Sekarang dia sedang apa, ya?
Line!
Suara Line di ponsel menyentakkanku, aku langsung membuka ponsel dan mengecek siapa gerangan malam-malam gini ada yang nge-Line. Biasanya sih, si Uli atau tidak Rara yang suka mengingatkanku tentang PR atau tidak ulangan besok.
Ternyata bukan Uli dan Rara. Yang nge-Line barusan ini adalah grup kelas. Pantasan notifnya banyak.
Eko: Wee... ada pr gak?
Andi: Nggak peduli.
Eko: Apa sih gak nyambung.
Andi: yalah
Reni: Ada
Eko: pr apa?
Reni: Pr MTK halaman 121 yang di buku paket tebal. Tulis soal dan jawabannya
Arvin: Anjir... banyak banget, mana disuruh buat soal lagi.
Deg!
Padahal Arvin hanya nge-chat di grup, tapi kenapa jantung aku yang berdangdutan di dalam sana.
Untuk masalah pr MTK itu masalah gampang, soalnya sudah ia selesaikan dari kemarin, untuk jawaban bisa ia salin punya Rara pas di sekolah.
●●●
Pagi-pagi tepat pukul tujuh kurang lima menit, aku sudah sampai di sekolah. Saat aku melewati koridor sekolah, tiba-tiba pundakku disentuh oleh seseorang. Sontak, kepalaku langsung menoleh ke arah seseorang tersebut.
"Tumben datengnya pagi. Kesambet setan apa tadi malem?"
Itu Rara. Mungkin dia heran kali ya melihat diriku yang datang ke sekolah on time. Alasannya ya tentu saja ingin menyontek jawaban PR Matematika punya teman. Dan target yang ingin kucontek adalah si Rara ini. Untung saja ia datangnya selalu cepat, sehingga aku tidak perlu menunggu kedatangannya terlalu lama.
"Setan galau."
"Dasar! Pasti mau nyontek MTK, kan?" tanyanya yang benar-benar tepat sekali.
"Nggak kok." Kilahku membuat Rara menatapku dengan jahil. "Nggak salah lagi."
"Tuh, kan bener! Kamu itu mana pernah nggak nyontek kalau itu menyangkut MTK. Selalu saja nyontek. Makanya belajar, kerjamu itu apa sih di rumah, sampai-sampai bikin PR aja males." Rara cerewet itu bersuara.
"Nulis, lah Ra, cerita First Kiss soalnya belum ending. Mendingan pikirin jalan ceritanya Orlando daripada Matematika yang rumit dan membingungkan itu." Belanya.
"Nggak segitunya juga kali, Sya. Lebay amat."
"Nggak lebay, Ra. Tapi MTK itu memang merumitkan. Coba deh nanti pas kamu kerja, pasti tentang bab Matriks, Statistika atau apalah itu sebutannya, nggak ada." Ujarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just A Friend To You
Kısa HikayeAku tahu aku salah karena mencintaimu. Aku tahu kamu pasti nantinya akan menjauhiku, aku tahu itu. Hanya saja, jika aku tidak mengungkapkannya sekarang, bebanku terlalu berat untuk memendam semua perasaan ini. Maafkan aku yang mencintaimu... Can we...